AWAL masuk kelas sepuluh, Elata memang sudah naksir berat sama cowok yang bernama Brian. Pertama kali melihat Brian, Elata sudah dibuat terpana. Bagaimana mungkin Elata mengabaikan cowok itu begitu saja?
Pertemuan pertama kalinya dengan Brian sudah membuat Elata dimabuk asmara. Waktu itu, Brian menolong Elata ketika Elata lupa membawa uang sewaktu hendak membayar pulpen di koperasi. Datang bak malaikat, Brian tiba-tiba muncul sekalian membayar pulpen Elata.
Elata hanya tercengang, mulutnya terbuka sambil menatap Brian tanpa berkedip. Cowok itu sudah menolongnya, dan Elata tidak bisa menolaknya begitu saja. Lagipula, mau balik ke kelas dan mengambil uang, rasanya juga kurang tepat lantaran jarak kelasnya dengan koperasi sekolah cukup jauh.
Setelah melakukan transaksi pembayaran, Brian langsung berbalik badan dan keluar dari koperasi, tapi buru-buru langkahnya di cegah oleh Elata. Elata mengucapkan terima kasih, yang dibalas cowok itu dengan anggukan kepala dan senyuman tipis.
Sejak saat itu Elata benar-benar jatuh hati kepada kakak kelasnya itu. Belum lagi kalau pernyataan itu diperkuat bahwa Brian adalah cowok yang memiliki otak enter. Wajahnya yang rupawan, murah hati, dan tidak sombong. Semakin besar rasa cinta Elata kepada Brian.
Mengingat semua itu, membuat Elata sadar diri. Ia mengerjapkan matanya dan secara naluri ia langsung bangkit dari duduknya. Ia salah, teman-temannya benar. Brian sudah baik kepadanya, salah jika Elata terus mengabaikan kesalahannya.
Memantapkan diri, Elata menarik napas panjang dan langsung berjalan keluar dari kelasnya. Jam istirahat seperti ini, Brian seringkali menghabiskan waktunya di perpustakaan. Kenapa Elata bisa tahu? Sebut saja apabila Elata seorang stalker.
Sesampainya di perpustakaan, Elata beranjak menuju bangku yang berada di ujung. Matanya berpendar beberapa detik sebelum akhirnya tertuju ke satu titik, senyuman Elata pun mengembang secara perlahan. Benar dugaannya, Brian ada di perpustakaan sedang membaca buku.
Dari jarak jauh seperti ini, Brian sudah mengeluarkan sebuah aura yang membuat cewek-cewek, termasuk Elata sendiri, langsung dibuat kagum. Udah ganteng, rajin pula. Siapa juga yang mau menyia-nyiakan kesempatan itu?
Dan kaki Elata segera berjalan untuk menghampiri cowok itu. Elata sangat bersemangat hingga tidak sadar jika dirinya sudah melangkah terlalu cepat, dan tidak sadar Elata membuat sebuah kesalahan. Terlalu bersemangat membuatnya menabrak seseorang yang sedang membawa banyak tumpukan buku.
"Lihat-lihat dong kalo jalan."
Elata mengerjap kecil ketika mendapatkan hardikan tersebut. Ia langsung menoleh dan segera jongkok, dengan cekatan ia membantu mengumpulkan buku-buku yang berserakan di lantai.
"Maaf, gue nggak sengaja," ujar Elata tulus, merasa menyesal karena dirinya begitu ceroboh.
Seorang cewek yang Elata tabrak barusan hanya diam, sorot mata tajamnya yang terus menatap Elata, sebelum akhirnya ia pergi dari perpustakaan dengan tumpukan buku tersebut. Elata mengelus dadanya, akhirnya terbebas dari masalah lagi.
Fokus utamanya sekarang hanyalah Brian. Elata terdiam beberapa detik, mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan langkah. Setelah dirasa cukup mantap, Elata pun mengangguk tegas. Dan kini posisinya sudah berdiri tepat di samping Brian yang tidak sadar jika ada Elata di sana, mungkin cowok itu terlalu fokus membaca buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nolan & Elata
Teen Fiction"Kak Nolan mau nggak jadi pacar aku?" Menatap manik cowok dihadapannya dengan raut wajah setengah takut, Elata berujar lirih, lengkap dengan suara gugupnya. Sambil melipat kedua tangannya di depan dada, Nolan mensejajarkan wajahnya dengan cewek pen...