ELATA bersungut-sungut sebal, ia berjalan sambil menghentakkan kakinya kuat-kuat ke lantai menuju kelasnya. Ia masih kesal dengan adiknya yang sudah membuat kerusuhan. Harapannya untuk meminta maaf kepada Nolan dan Brian dengan cara memberikan kue kering hanya tinggal kenangan. Kalau saja Ethan tidak memakannya, sudah pasti hari ini Elata sangat girang. Tapi justru yang ia rasakan adalah kebalikannya. Elata merasa jika kepalanya panas, terbakar oleh emosi.
"Kenapa lo? Pagi-pagi udah cemberut mulu?" Lola, teman bangku Elata langsung bertanya ketika Elata melempar tasnya secara asal ke mana. Lalu dilanjutkan mendaratkan bokongnya di kursi. Wajah Elata yang nampak keruh membuat Lola semakin ingin tahu.
Desta dan Tika, yang duduk dihadapan bangku Elata dan Lola segara mengubah posisinya menghadap ke belakang, menatap Elata yang sedang terdiam sambil mengerucutkan bibirnya.
"Pagi-pagi tuh harusnya semangat dong Ta, apalagi udah ketemu banyak cogan di parkiran. Nah, lo kok malah gini?" Tika menyahut, menatap Elata bingung.
Desta melanjutkan. "Iya Ta, lo kenapa deh? Biasanya juga nggak gini. Ada masalah?" ucapnya, yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Tika dan Lola.
Sementara itu, Ninik yang baru saja datang dari ambang pintu kelas segara ikut nimbrung pembicaraan. "Elata kan dari kemarin emang udah buat salah sama dua cowok sekaligus. Cogan semua pula, pasti kepikiran lah!"
Elata menatap Ninik sinis, yang langsung ditanggapi Ninik hanya main-main. Ninik nyengir lebar, sementara tatapan Lola, Tika, dan Desta kembali menatap Elata.
"Ta, kok diem sih? cerita dong sama kita!" Lola mengguncang bahu Elata cukup keras, tidak sabar rasanya menunggu Elata angkat suara.
"Gue pusing." Elata menjawab acuh. Ia menunduk sambil menyangga dagunya.
"Pusing kenapa? Udah lihat cogan di parkiran belum? Kalo belum sih pantes aja lo nggak semangat gini. Yuk, lo mau lihat sama gue lagi?" Tika menjawab asal, yang langsung dicubit Desta dari samping. Membuat Tika mengaduh kesakitan seraya mengelus lengannya. Tika menatap Desta garang.
"Lagi serius bego! Nggak usah main-main!" tegur Desta sambil melotot, membalas tatapan Tika langsung menyorot tajam.
"Bingung kenapa sih Ta? Gue tebak pasti soal yang sama lagi, kan?" Ninik menarik kursi, lalu duduk. Ikut melingkari meja. "Gini ya Ta, lo tinggal minta maaf. Terus kelar deh. Udah, cuma itu doang. Gampang banget kok!"
Tidak setuju dengan apa yang Ninik utarakan, Elata menggeleng dan menyahut cepat. "Itu menurut lo, beda lagi sama gue."
"Terus, lo mau diem aja gitu? Sementara lo sendiri juga ngerasa bersalah?" Ninik menyahut telak, membungkam mulut Elata detik itu juga. Elata menunduk sambil memikirkan perkataan Ninik barusan.
"Ninik betul juga sih Ta," sahut Desta.
Lola mengangguk, "tumben lo pinter Nik. Sarapan apa barusan di rumah?"
"Odading yang nyokap beli," ujar Ninik sambil nyengir lebar. Yang kepalanya langsung di toyor Desta.
"Gimana Ta? Lebih cepat emang lebih baik sih. Lo nggak nyoba minta maaf sekarang aja? Mumpung belum masuk loh. Terus udah deh, kelar! Lo juga nggak kepikiran lagi." Tika memberikan usulan.
"Daripada nunda terus, tapi ujung-ujungnya aja lo nggak lakuin. Mending sekarang aja, gue setuju sih." Lola ikut berpendapat.
Elata menatap sahabatnya satu persatu. Mengembuskan napasnya panjang, Elata membuka mulut. "Menurut lo semua, gue harus minta maaf ke siapa dulu? Kak Nolan atau kak Brian?"
"Menurut gue sih kak Brian. Secara kan kak Brian dulu yang lo buat salah. Itu sih menurut gue," usul Tika.
Ninik menggeleng. "Nggak, gue nggak setuju. Kalo menurut gue kak Nolan dulu sih. Elata kan cuma nabrak kak Brian doang. Agak sepele sih masalahnya, beda lagi kalo kak Nolan. Elata nabrak sekaligus numpahin kuah bakso. Jadi masalahnya lebih berat." Saran dari Ninik, yang disetujui oleh Desta. Dan kini, semua pasang mata kembali mengarah kepada Lola. Hanya Lola yang masih mengunci bibirnya, belum mengerahkan sebuah pendapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nolan & Elata
Teen Fiction"Kak Nolan mau nggak jadi pacar aku?" Menatap manik cowok dihadapannya dengan raut wajah setengah takut, Elata berujar lirih, lengkap dengan suara gugupnya. Sambil melipat kedua tangannya di depan dada, Nolan mensejajarkan wajahnya dengan cewek pen...