lima

207 31 14
                                    

SEPERTI biasa, seolah sudah menjadi rutinitas wajib oleh semua siswa. Ketika waktu istirahat sudah berlangsung, semuanya secara serentak pergi ke kantin, tak terkecuali Elata dan keempat sahabatnya.

Di salah satu bangku kantin, mereka berlima duduk di meja bundar seraya berbincang dan menikmati hidangan. Semuanya nampak asyik mengobrol dan bercanda, kecuali Elata yang sedari tadi hanya diam. Tangannya sibuk mengaduk mi ayam di mangkuknya, sedangkan tatapan kosongnya menatap ke arah meja.

Lola, salah satu sahabat Elata yang duduk tepat di samping gadis tersebut langsung menyadari jika Elata sedari tadi hanya diam membisu, seakan obrolan dari teman-temannya tidak nyambung ditelinganya. Kening Lola mengernyit bingung.

Setelah menepuk pundak Elata satu kali, Lola pun berkata pelan ketika sahabatnya itu sudah menatap ke arahnya.

"Lo dari tadi gue perhatiin ngelamun mulu, mikirin apaan sih?" Alis Lola tertukik ke atas dengan sorot mata memicing menatap Elata. Membuat Elata meringis dan menggeleng.

"Eh iya, gue baru nyadar kalo Elata dari tadi diem. Lo kenapa Ta?" Tika ikut bertanya bingung.

"Jangan bilang kalo lo lagi mikirin cowok, ya?" Ninik menyahut usil sambil terkekeh. Yang langsung mendapatkan teguran dari Desta supaya tidak menyahut asal seperti itu.

Elata menggeleng pelan sembari menghela napasnya. "Gue nggak mikirin apapun."

"Bohong!" Secara serempak, keempat sahabat Elata tersebut menyahut. Gabungan suara itu terdengar cukup keras, membuat siswa lain yang berada di dekat mereka ada yang menoleh.

Mendengkus kasar, Elata akhirnya memilih mengaku daripada hal-hal tidak ia inginkan akan segara mampir. Contohnya didesak oleh mereka. Elata tahu, mereka akan terus bertanya sebelum Elata sendiri yang membuka suara. Menyebalkan memang.

"Gue lagi bingung," jawab Elata akhirnya. Dan kepala para sahabatnya langsung condong ke arah tengah meja untuk mendengarkan sahutan Elata lebih lanjut.

"Bingung kenapa? Lo habis di tembak cowok, terus lo nggak tau mau jawab apa. Gitu, ya?"

Pertanyaan Ninik membuat Elata menggeleng dengan sangat cepat. Bola matanya pun melotot. Ekspresi seperti ini sudah jelas bahwa pertanyaan Ninik barusan bisa Elata bantah secara mentah-mentah. "Bukan itu!" sahutnya lirih.

"Terus?" Tika dan Lola menyahut secara berbarengan.

Pertama-tama, Elata menghela napas panjang. Matanya pun terpejam rapat. Hingga akhirnya ia kembali membuka bibirnya. "Lo semua tau sendiri, kan, kalo tadi gue terlat ngumpulin kertas ulangan?"

"Oh jadi kertas ulangan lo nggak diterima Bu Susi, ya? Itu masalahnya kenapa dari tadi lo diem. Mikirin itu ternyata," celetuk Ninik lagi.

Desta menoleh cepat dan menatap Ninik, wajahnya terlihat sedang menahan geram. "Lo diem deh Nik, biarin Elata jelasin dulu. Jangan nyahut mulu napa, kesel sendiri gue sama lo!" Desta menghela napas panjang setelah memutar bola matanya dengan malas.

Tidak mau disalahkan, Ninik kembali berujar, "kan gue cuma nebak, siapa tahu jawaban gue nggak salah, kan?"

"Udah deh diem lo berdua," lerai Tika. "Biarin Elata ngomong, jangan dipotong terus," lanjutnya.

"Nah betul tuh," sahut Lola, kemudian menatap Elata lagi. "Ta, lanjutin cerita lo buruan!"

Tidak mau membuang waktu lebih lama lagi, Elata pun mengangguk. "Nah ini masalahnya, waktu gue lari ngejar Bu Susi, nggak sengaja gue nabrak seseorang. Karena gue terlalu terpaku sama kertas ulangan gue, jadinya gue langsung cabut tanpa minta maaf sama dia. Lo semua tahu nggak siapa orang itu? Coba tebak!"

Nolan & ElataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang