enam

113 18 0
                                    

DI dalam sebuah kamar yang ukurannya lumayan luas, seorang cewek berambut panjang sedang duduk sambil mengigit bantal. Otaknya berpikir tentang kejadian tadi siang sewaktu di kantin sekolah. Ia memejamkan matanya, kemudian menggeleng pelan.

Sungguh, entah kenapa hari ini sebuah kesialan terus menerjangnya. Membuat Elata dilanda kepanikan yang berlebihan. Ia pusing memikirkan itu. Belum lagi, namanya kini disebut-sebut oleh siswa lain. Elata sadar, dirinya sedang menjadi bahan gunjingan satu sekolahan.

"Gue besok nggak mau berangkat sekolah, malu banget!" Elata bergumam lirih sembari meluruskan kakinya di atas kasur.

Minta maaf dengan kakak kelasnya yang Elata taksir sejak lama bahkan belum ia lakukan. Rencananya tadi siang gagal total gara-gara tali sepatunya yang terlepas. Dan kini, Elata dihadapankan oleh sesuatu yang lebih mengerikan lagi.

Bagaimana caranya Elata meminta maaf dengan dua cowok sekaligus? Brian adalah salah satu cowok populer di sekolahnya, prestasinya tidak usah diragukan lagi. Brian juga menjadi siswa kebanggaan para guru karena otaknya yang encer dan sering memenangkan sebuah perlombaan. Mungkin sebab itulah Elata mengagumi cowok itu.

Lain lagi dengan Nolan. Cowok satu ini juga terkenal di kalangan siswa-siswi. Wajahnya memang terlihat menarik, membuat para kaum hawa selalu ingin menjadi pacarnya. Tapi, menurut rumor yang Elata dengar dari siswa lain, Nolan ini fuckboy bukan main. Pacarnya ada di sana sini.

Elata menggaruk kepalanya yang gatal. Bagaimana? Apa yang harus ia lakukan? Meminta maaf adalah perkara yang cukup sulit dilakukan oleh Elata. Kalau sesama orang yang cukup dekat dengannya, mungkin Elata bisa gampang melakukan itu. Tapi ini Nolan dan Brian?!

"Mama! Elata nggak mau berangkat sekolah! Takut minta maaf!" Cewek itu berteriak kencang sembari menggesek-gesekkan kakinya di kasur.

"Kenapa nggak mau?"

Elata mengerjapkan matanya satu kali, lantas kepalanya menoleh ke ambang pintu kamarnya, dimana mamanya berdiri di sana. Elata sedikit melotot. Kenapa mamanya tiba-tiba saja ada di sini?

Elata meringis kecil, sementara mamanya itu berjalan memasuki kamar Elata. Wanita itu berdiri tidak jauh dari Elata, berkacak pinggang sekaligus geleng-geleng kepala.

"Kenapa nggak mau berangkat sekolah? Mama sekolahin kamu pakai uang, bukan daun!" Elata mendongak, menyorot mamanya. Menunggu wanita tersebut melanjutkan kalimatnya. "Takut minta maaf sama siapa?"

"Hari ini Elata buat banyak kesalahan Ma. Elata takut minta maaf," ujar Elata sambil menunduk, jari jemarinya memainkan ujung baju tidur yang ia kenakan.

"Nggak boleh gitu. Kamu ngaku salah, kan? Kenapa nggak mau minta maaf?"

Elata menghela napas pendek. "Mama nggak tau rasanya jadi Elata, hari ini Elata benar-benar kacau. Elata buat kesalahan banyak banget."

Melihat putrinya yang terlihat sangat frustrasi, lantas wanita itu tersenyum tipis dan duduk di tepi kasur Elata. Tangannya menggapai Elata dan memeluk Elata cukup erat. Diusapnya pelan puncak kepala Elata dengan lembut.

"Masalah nggak bakal selesai kalo kamu ngehindar kayak gini. Kamu coba deh bicara baik-baik sama orang yang buat kamu merasa bersalah. Mama yakin, orang itu bakal maafin kamu."

Elata mengangkat kepalanya, menatap bola mata mamanya. "Elata takut memulai, takut kalo dia bakal marah. Soalnya waktu Elata buat salah, Elata langsung kabur dan nggak minta maaf langsung. Elata takut kalo dia bakal marah."

Mamanya menyentil ujung hidung Elata sambil tersenyum. "Mama kan udah bilang, bicarain baik-baik. Nanti dia paham kok kalo Elata mau minta maaf dengan tulus."

Nolan & ElataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang