delapan

112 19 0
                                    

"KENAPA malah bengong?"

Elata mengerjapkan matanya, lalu buru-buru ia bangkit berdiri. Ia nyengir kecil, merasa sedikit canggung. Dadanya juga berdebar. Rasanya memang sulit jika berhadapan dengan orang baru. Elata berdehem, kembali ia menatap cowok jangkung disampingnya itu.

"Kak Nolan, kan?" tanya Elata.

"Iya, gue Nolan. Kenapa?"

Sungguh? Cowok itu tanya kenapa? Elata jadi agak bingung dan merasa tenggorakannya tercekat. Bagaimana bisa Nolan bertanya seperti itu kepadanya? Seharusnya cowok itu langsung bisa menebak Elata itu siapa. Bahkan Elata yang menyebabkan seragam Nolan kotor kemarin hari.

Tapi, Elata menggeleng pelan nyaris tidak kentara. Ia harus menjelaskan dan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.

"Gini kak, sebelumnya kakak beneran nggak kenal sama aku?" tanya Elata dengan wajah mendongak. Ia menatap Nolan selagi Nolan menyipitkan matanya.

Nolan mengendikkan bahu, cuek. "Enggak, kenapa nyari gue?"

"Beneran kak Nolan nggak tau siapa aku?" Elata jelas terkejut. Bagaimana bisa Nolan lupa kejadian yang belum lama itu? Padahal saja, biasanya kalau ada orang yang berbuat salah kepada kita, kita sendiri selalu mengingat bagaimana bentuk wajah orang tersebut. Tapi, Nolan sungguh beda. Elata jadi gregetan sendiri.

Lantas, apa sebaiknya Elata kabur saja dari sini mumpung Nolan tidak ingat siapa dirinya? Elata menimang. Tapi menit berikutnya ia mendesah panjang. Jelas, asumsi itu tidak masuk akal dan terkesan tidak tahu diri. Elata harus minta maaf karena ia memang bersalah. Terlepas dari Nolan yang tidak ingat.

"Lo mau apa sebenarnya?"

Pertanyaan Nolan yang cukup tegas dan keras, membuat Elata pulih dari pikiran liarnya. Ia menatap Nolan lagi.

"Aku mau minta maaf sama kak Nolan hehe ..." Elata meringis diakhir kalimatnya.

Kening Nolan bergelombang untuk waktu yang sangat singkat. Pandangannya semakin dalam menyorot Elata. "Maaf?" bingungnya. "Soal apa?"

"Kak Nolan beneran nggak ingat kesalahan aku itu apa?"

"Gue tanya artinya gue nggak tau, kan? Jadi lo jelasin aja biar nggak bertele-tele. To the point, biar gue nggak kelamaan mikir." Nolan mengembuskan napas panjang. Kemudian menyilangkan kedua lengannya didepan dada.

Elata mengangguk mengerti. "Soal kejadian waktu itu, aku pernah numpahin kuah bakso ke seragam kak Nolan. Sekarang ingat kan kak? Yang di kantin waktu itu." Elata berharap Nolan bisa mengingat apa yang dirinya ucapakan. Karena itu penting bagi Elata.

Nolan kemudian mengangguk kecil. Membuat senyuman Elata mengembang. "Iya, ingat. Terus?"

"Maaf kak, aku emang salah dan ceroboh. Harusnya saat itu juga aku minta maaf, tapi aku panik banget. Aku juga takut kak Nolan bakal marah. Belum lagi waktu itu banyak yang nonton. Jadi aku lari karena shock banget. Sekali lagi aku mau minta maaf. Kak Nolan mau kan maafin aku?"

Elata menyorot Nolan dan sangat berharap apabila Nolan mau memaafkan kesalahannya. Semoga saja begitu. Elata meneguk ludahnya kasar ketika Nolan menatapnya lama, cowok itu belum juga membuka mulutnya. Cemas, Elata dapat merasakan jika perutnya mencelus. Bibir bagian bawahnya sudah Elata gigit keras-keras.

Nolan & ElataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang