#3

1K 121 5
                                    


~♥️~
'Staring at the bottom of your glass'

.
.
.

Jarum pendek menujuk ke angka dua beserta jarum panjang menujuk angka dua belas. Satu jam dia hanya duduk depan segelas green tea yang kini sudah tak menampakkan kepulaan asapnya lagi. Meski begitu tak ada niatan untuk dirinya beranjak dari tempatnya. Seakan masih mengharapkan kehadiran seseorang. Dia, Sakura. Gadis merah muda itu memejamkan sejenak matanya. Mencoba menghirup oksigen guna menenangkan dirinya. Sesekali ia melirik ponsel miliknya yang tak menampilkan notifikasi apapun. Sampai unggahan salah satu temannya disosial media menarik perhatiannya.

Sakura mengeratkan genggamannya pada ponselnya. Meraup oksigen sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya kembali. Ia kembali mengabaikan postingan temannya dengan menatap pemandangan diluar kafe. Hanya sedikit orang yang berlalu lalang disana karena cuaca yang tidak mendukung. Kiranya tiga puluh menit setelah ia datang, hujan turun dengan derasnya. Mungkin itu alasannya tidak beranjak dari duduknya dan mungkin juga tidak.

Lelah menunggu, Sakura akhirnya beranjak dari duduknya. Berjalan keluar kafe tanpa membawa payung atau apapun yang kiranya bisa melindunginya dari guyuran air hujan. Bahkan langkah kakinya terlihat santai berjalan ditengah hujan. Membiarkan ribuan tetesan air menyapu tubuhnya. Dan membiarkan air yang lain turun dari pipinya. Tak ada yang melihatnya, dan disaat hujan lah dia bisa menangis sepuasnya.

"Ck, apa yang kau lakukan?!" Teriak seseorang yang berlari ke arahnya. Bukan seseorang yang dia tunggu tapi seseorang yang selalu ia buat menunggu. Pemuda itu menarik bahunya pelan lalu meletakkan jaketnya ke atas kepala pink itu.

Rahangnya mengeras melihat mata merah gadis itu. Ia tahu apa artinya, ia sangat jelas mengerti bajingan siapa yang sudah membuat permatanya menangis. Dengan lembut ia memeluk tubuh gadis itu, mengumamkan kata-kata penenang.

"Its still hurt..." Bisiknya.

Pemuda itu semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya juga sakit melihat keadaan Sakura. "Ayo pulang, kau bisa sakit nanti."

Sakura diam dan hanya menuruti langkah pemuda itu yang membawanya kedalam sebuah mobil mewah. Bahkan pemuda itu tak keberatan jika mobilnya akan basah jika Sakura duduk disana.

Dengan kecepatan sedang pemuda itu mengendarai mobilnya. Hingga berhenti disebuah rumah yang sangat besar. Tangannya meraih tubuh Sakura. Menggendongnya hingga ke kamar gadis itu. Dia memanggil salah satu pelayan dan menyuruh pelayan itu mengganti pakaian Sakura.

Diruang tengah langkah kakinya berhenti hanya untuk melihat seorang pemuda lain dengan rambut sewarna dengannya. Beberapa lama mereka hanya saling tatap sampai akhirnya salah satunya memutuskan untuk buka suara, "Kali ini apa? Aku melepasnya karena kau yang meminta. Tapi lihat hasil dari keputusanmu?"

Pemuda yang lebih tua darinya itu menghela napas lelah, "Dia sudah jatuh. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, Gaara."

"Itu karena kau tidak pernah menghentikannya. Kau membiarkan dia jatuh Sasori. Harusnya kau tahu bahwa tidak ada orang yang lebih mengerti Sakura dibandingkan aku. Lihat, sekarang dia terluka." Ada getaran diakhir katanya.

Sasori mengalihkan tatapannya dari jade yang terlihat terluka itu. "Aku..."

Belum sempat Sasori membalas ucapan Gaara. Pemuda merah itu pergi begitu saja, membawa segala amarah yang ia pendam sedari tadi. Sekaligus membawa rasa sakit yang ia dapat saat melihat Sakura. Gadis yang sangat ia cintai. Melepaskan demi kebahagiaan, tapi nyatanya hal itu sia-sia belaka. Seharusnya tak ada kata melepaskan dalam kamusnya. Sehingga ia tidak melihat rasa sakit dimata gadis itu saat ini. Ia hanya ingin Sakura bahagia dengan atau tanpa dirinya.

HOLDING TIGHTLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang