#7

1.1K 128 2
                                    


♥️
'You see her when you close your eyes'

.
.
.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Sakura datar, "Apa kau sudah berbaikan dengan Naruto?"

Pemuda raven itu menghela napas pelan, "Menemanimu. Aku dan Naruto akan berbaikan nanti."

"Kapan? Besok? Bulan depan? Tahun depan?"

"Sudahlah Saku. Aku disini untuk menemanimu, bisakah kau tidak membahas yang lain?" Ucap Sasuke lelah. Kepalanya sedikit pusing dengan pertanyaan Sakura yang terus saja mendesaknya.

"Kau bisa pergi jika kau keberatan Sasuke. Tak ada yang memaksamu untuk menemaniku." Balas Sakura ringan.

"Sasori memaksaku. Jadi bisakah kau teruskan saja kegiatan mu tanpa menghiraukan aku?"

Sakura menatap onyx kelam itu lama sampai ia memutuskan kontak diantara mereka. "Kau tau kemana dia pergi?"

"Aku tidak tahu." Balas Sasuke acuh.

Sakura tersenyum miring, sepertinya tujuan kakaknya berhasil saat ini. Ingin rasanya ia bertepuk tangan. Mudah baginya untuk membaca gerak gerik Sasori. Kepergian Sasori kali ini tentunya bukan karena urusan perusahaan. Karena setiap kali Sasori akan pergi, maka ia akan mengatakan kemana dan berapa lama dia akan pergi. Tapi tidak kali ini. Tentunya membuat Sakura menyimpulkan satu hal, alasan yang membuat Sasori pergi karena seseorang. Seseorang yang membuat dua orang yang ia sayangi berubah.

♥️
'Maybe one day you'll understand why'


Bola mata sewarna ruby itu bergerak mengikuti seorang gadis bersurai indigo. Tak lepas dari mata tajamnya setiap gerakan yang dibuat gadis itu. Dari dia memasuki kafe, memgobrol dengan seorang pemuda dan berakhir dengan gadis itu yang pergi dari kafe. Dengan langkah tegas dia mengikuti kemana gadis itu pergi. Hingga keduanya berhenti disebuah halte yang cukup sepi.

Memutuskan untuk berdiri disamping gadis itu dengan sebuah rokok ditangannya.

"Kau mau?" Tawar gadis ruby itu.

Sang gadis indigo menggeleng pelan seraya sedikit menjauh dari gadis ruby, "Maaf, aku tidak suka rokok."

Buru-buru gadis ruby itu mematikan rokoknya lalu kembali menatap gadis didepannya. "Maafkan aku!"

"Tidak apa-apa, nona em..."

"Karin. Kau bisa memanggilku Karin." Gadis Ruby itu mengulurkan tangannya.

"Aku hinata, Hyuga Hinata." Hinata membalas uluran tangan Karin dengan senyum ramah.

"Ah jadi ini nona Hyuga itu. Kau terlihat cantik. Pasti banyak pria yang jatuh hati padamu." Puji Karin.

Hinata menggeleng pelan, "Kau berlebihan Karin-san."

"Itu kenyataannya. Bahkan orang yang ku sukai tertarik padamu." Kata Karin dengan senyum lebar hingga matanya menyipit.

Hinata menatap Karin canggung, "Ma-Maaf aku tidak bermaksud."

"Tidak masalah nona, tapi jangan sampai kecantikanmu merusak kehidupan orang lain. Kau tau maksudku kan?" Karin memiringkan kepalanya. Masih dengan senyum lebar yang membuat Hinata sedikit bergidik ngeri. Dimatanya, Karin terlihat seperti seorang psikopat sekarang.

"Sampai jumpa, nona Hyuga." Karin memasuki bus seraya melambaikan tangan pada gadis yang masih terpaku ditempatnya.

Karin menatap telapak tangannya lama kemudian mengepal erat. Memandang jalanan yang dilewati bus lalu memutuskan untuk turun disalah satu halte yang cukup jauh dari apartemennya. Kembali berkutat dengan nikotinnya bersama pikiran yang penuh. Tak lepas sosok pemuda yang amat ia cintai berkelana didalam pikirannya. Sampai ia tak sadar akan kehadiran seseorang disampingnya. Menatapnya dengan tatapan memuja. Senyum tak lepas dari wajahnya.

HOLDING TIGHTLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang