*SMA Duta Pertiwi*
"Nara... "
Terdengar suara bernada maskulin memanggil namanya. Pernahkah hatimu berbunga ketika berharap seseorang yang kamu sukai, memanggil namamu. Nara menghentikan langkahnya. Dia baru selesai sholat Zhuhur dan hendak kembali ke kelas.
Tapi ternyata itu hanyalah angan Nara yang tertiup jauh sampai ke langit biru. Berharap Kak Hamzah yang akan mendekat, malah ini kakak kelas yang setahu dia adalah temannya Kak Zhafran.
"Masih ingat aku kan? Aku Wildan, yang pernah dipukul Zhafran sampai bibirnya robek."
Wildan menarik lengan Nara hingga ke kantin.
"Kamu sudah makan siang apa belum? Makan bareng yuk."
Gadis itu mengangguk karena dia memang lapar. Salahkan perutnya yang selalu sulit menolak bila diajak makan. Tadi pagi dia memang tidak sempat sarapan karena jam 4 pagi Kak Zhafran justru mengajak Nara bersih-bersih kandang dan juga memberi makan ayam.
Padahal berulang kali Kak Zhafran menutup hidungnya dengan masker, karena tidak tahan bau kotoran ayam.
"Kok kamu bisa tahan sih, bersihin kandang ayam kayak begini."
Suara Zhafran terdengar sengau karena menutup hidung.
"Meskipun bau, kotoran ayamnya bisa dikumpulin buat jadi pupuk tanamannya Ibu." Nara menjelaskan.
Zhafran mengangkat alis, mendengar jawaban Nara.
"Bukannya itu kotoran kambing ya, yang biasanya jadi pupuk."
"Ya kan aku punyanya ayam, bukan kambing."
Nara terdengar sewot.
"Jadi perempuan itu, jangan galak-galak. Nanti nggak ada cowok yang mau dekat."
"Biarin, memang itu tujuannya. Hush... Hush..."
Nara mengusir Zhafran pergi, sambil mengomel. Nggak jam 4 pagi juga kali, dia mesti bersihin kandang ayam. Cowok ini usil dan kurang kerjaan.
Ujung-ujungnya Nara juga yang bersihin kandang karena Zhafran memilih menyingkir sambil menahan mual. Lelaki itu nggak tahan sama bau kotoran hewan.
Mak Kantin membuatkan pesanan makanan Wildan dan Nara. Siang itu Wildan memesan mie ayam jamur dan bakso. Nara memesan nasi dan soto ayam ceker.
"Selamat makan Kak. Nanti kita BSS ya. Bayar sendiri-sendiri."
Nara memejamkan mata dan berdo'a sebelum makan.
"Aku yang traktir aja Na. Aku kan cowok. Hmm.. Kalau dipikir-pikir, kamu tuh cocoknya sama Awan, deh. Dia pria mushola, hobinya sebelum makan juga berdo'a kayak kamu gini."
"Kak Awan itu yang mana ya? Kenalnya kalau yang rajin ke mushola, cuma Kak Hamzah."
Hamzah? Apa kabar dengan sahabatnya Zhafran, yang sepertinya menaruh hati pada Nara.
"Iya sih, Hamzah anaknya baik, sholeh juga. Idaman akhwat dan ukhti-ukhti."
Nara tertawa kecil mendengar komentar Wildan. Lelaki itu sampai terkejut melihat wajah Nara yang tampak manis dengan lesung pipi kecil di sebelah kanan wajahnya.
Pantas saja Zhafran klepek-klepek dan sudah mencari nama gadis ini di hari pertama MOS. Wildan kemudian mengalihkan topik agar pikirannya tetap waras.
"Na, Zhafran katanya kos di dekat rumah kamu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baghdad and Madinah
RomanceCITY OF FAME. Awalnya ini adalah grup chat sekumpulan anak -anak yang bermimpi meraih kesuksesan untuk bisa kuliah dan menyambangi dunia. Masing-masing mereka merajut mimpi untuk dapat pergi ke Tokyo, Amsterdam, Sydney, London dan Madinah. Bagaima...