DUA PULUH ENAM

1.6K 268 108
                                    

*Pekan kedua*

Andromeda Galaksi yang tenar dengan panggilan Pak Andro, adalah orang ganteng ketiga di perusahaan, setelah Big Boss Keenan Umair Zhafran dan lelaki bernama Troy.

Begitu Pak Andro lewat, parfumnya yang khas aroma Citrus, seperti membius semua kaum hawa yang dilewatinya. Kecuali Sita. Gadis manis berkacamata minus dua itu sering pusing kalau mencium bau minyak wangi.

Andro berhenti di depan kubikel milik Sita. Jarang-jarang Bos mampir ke divisi Umum, kalau nggak bersentuhan dengan pekerjaan. Lagipula, setahu Sita sesuai gosip yang dia dengar, Pak Andro itu udah punya tunangan. Jadi dia jarang berurusan dengan ladies anak buahnya.

"Assalaamu'alaikum. Sita, tadi kayaknya ada tamu yang nunggu kamu di lobi. Laki-laki."

Sita yang baru duduk dan hendak memakai kaus kaki, terdiam. Mengapa di kata 'laki-laki' seolah ada penekanan khusus ya.

"Wa'alaikumsalam Pak. Baik Pak, saya akan turun ke lobi segera dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya."

Sita udah kayak baca teks proklamasi. Maklum, sebenarnya dia gugup karena baru kali ini, seorang Andromeda Galaksi berdiri sedekat ini dengannya.

Sita baru selesai berwudhu dan sholat Duha. Dia masih berusaha mencari kaca matanya di meja.

Andro terpana sesaat, melihat wajah Sita yang tanpa kaca mata. Ia sudah lama memperhatikan kalau gadis ini cantik alami dan itu semakin memunculkan getaran aneh di dadanya.

Apalagi dengan bekas air wudhu yang membuat wajah gadis ini bersinar, mengalahkan iklan pemutih wajah di televisi.

"Ini kaca mata kamu, Sit. Makanya jangan naruh kaca mata sembarangan."

Andro mengambil kacamata Sita yang tersembunyi di antara tumpukan laporan divisi Umum.

"Eh iya Pak Bos, terima kasih. Kok tumben Mbak Inka yang jaga di resepsionis, nggak telepon saya ya, kalau ada tamu."

"Itu karena saya yang bilang, tamunya suruh menunggu. Kita harus profesional Sita. Sekarang masih jam 11.50. Masih 10 menit lagi menjelang jam istirahat. Time is money."

Andro sebenarnya kesal karena lelaki yang menunggu di lobi itu terlihat mapan dan sepertinya intelek. Ia seperti pernah melihat wajah lelaki itu. Mirip dengan guru besar di kampusnya dulu. Tidak mungkin lelaki itu anaknya Prof.

Tring...

Bunyi pesan masuk ke ponsel milik Sita.

"Waah.. Kak Awan beneran datang. Pak, ternyata yang nunggu di bawah itu kakak kelas saya SMA."

Andro melupakan sesaat urusannya yang hendak melanjutkan pertemuan dengan Big Boss Zhafran.

"Terus, apa ada urusan pekerjaan sama dia?"

Beberapa pasang telinga di sekitar mereka, mendengarkan dengan cermat. Galak bener Pak Andro. Nggak kayak biasanya. Jangan-jangan udah ketularan Bos es Zhafran.

Diam-diam yang lain memperhatikan, kalau Pak Andro selama ini memang punya perhatian khusus pada Sita. Tapi karena menjaga gengsi, Pak Andro sering minta tolong anak buahnya, Troy dari divisi sebelah, untuk membelikan Sita kopi setiap pagi.

Walhasil Sita salah paham mengira Troy yang berbaik hati membelikannya minuman dan juga makanan.

"Saya mau nanya masalah kuliah S2 Pak. Saya rencana mau ambil kuliah malam. Daripada waktunya nganggur dan belum ketemu jodoh juga Pak, sampai sekarang."

Andro menelan ludah, pahit. Sita membicarakan masalah jodoh, kayak lagi jualan kacang goreng.

"Terus kalau kamu kuliah S2, memangnya bakal ketemu jodoh? Yang ada semua teman S2 kamu itu rata-rata sudah beristri."

Baghdad and Madinah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang