"Dalam hidup, akan selalu ada orang istimewa yang bisa membentuk dirimu dan membantumu menjadi seseorang yang kamu inginkan."
(Molly Ringwald)
[Chenzie's note: Ini kalau ada yang bisa bahasa Jawa, bisa bantu terjemahin yang ada bahasa Jawanya ya... Nggak banyak kok, hehe. Gomawoo....]
Alif mengemudikan mobilnya dengan perasaan campur aduk. Kekhawatirannya memuncak tatkala ia yang menyambi menghubungi nomor Erina, ternyata tak dapat tersambung sama sekali. Jemarinya mencengkeram kemudi mobilnya hingga buku-buku jadinya memutih. Ia juga berkali-kali menggigit bibirnya sendiri.
"Oh ayolah! Ini kenapa semalam ini Daan Mogot tiba-tiba macet, sih?!"
Ia sudah menghubungi nomor ponsel Erina berkali-kali, namun tetap saja, nomor itu tak dapat dihubungi. Mati total. Ia hanya bisa tersambung ke kotak suara.
"Anna, kalo lo udah denger pesan gue, tolong lo telepon balik gue. Atau paling nggak, kasih gue chat sebentar biar gue bisa tahu keberadaan lo sekarang ini. Gue panik banget ini sumpah..."
Alif sedang berusaha menembus kendaraan yang padat merayap. Jantungnya sedari tadi tidak berhenti bertalu-talu. Menyiksa rasanya. Ia hanya ingin mengharapkan keajaiban, bahwa wanita yang terperangkap di dalam kamar kos itu bukanlah Erina.
Bukan gadis yang dicintainya.
Emosinya memuncak begitu ia harus berhenti karena lampu merah yang mengular kemacetan. Alif hanya bisa memukulkan keningnya berkali-kali ke kemudi di depannya.
"Ya Allah... Anna... lo gimana kondisinya..."
Begitu bisa melepaskan diri dari lampu merah dan kepadatan lalu lintas, Alif segera menaikkan kecepatan mobilnya. Ia juga sesegera mungkin memangkas jarak, dan begitu memasuki area Poris, ia semakin terpacu waktu. Jantungnya sudah seperti ingin meletus rasanya. Ia tak mempedulikan bagaimana keringat sudah mengucur dengan derasnya, karena yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Erina.
Begitu sampai di depan gang, Alif langsung turun dan berlari seperti kesetanan memasuki gang sempit yang bahkan tidak bisa dijangkau oleh mobil sebesar pemadam kebakaran. Pantas saja kebakaran sulit dikendalikan, karena petugas damkar hanya bisa menyemprotkan air dari kejauhan.
Tanpa mempedulikan kehebhan orang-orang disana, ia segera merangsek masuk, mencari lokasi kejadian yang sudah ia hapal betul posisinya saking seringnya ia kesana.
Sambil tak henti ia merapalkan doa dengan satu nama yang ia lantunkan.
"Anna... Gue nggak akan maafin diri gue kalo sampe terjadi apa-apa sama lo."
Begitu sampai di lokasi, matanya segera berjuang mencari sosok yang ia cari. Di tengah kerumunan banyak manusia, tentu saja menemukan Erina bukan perkara mudah. Sekian lama mencari, ia tetap tak bisa menemukan sosok Erina.
Tak berapa lama kemudian, terjadilah kehebohan. Satu jenazah diangkut menggunakan kantong oleh beberapa petugas penyelamat.
Dengan hati teriris, Alif mencoba mencari tahu dengan semakin mendekati kerumunan yang heboh itu. Ada satu perempuan yang ikut masuk ke ambulans.
"Itu jenazah siapa, Bu?" Alif memberanikan diri bertanya kepada salah satu warga.
"Itu yang tinggal di kosan paling ujung, Mas. Yang mbak-mbak pake kerudung."
KAMU SEDANG MEMBACA
the Dream of a Fangirl (Semi Hiatus)
Fanfiction"Ngapain sih suka sama member boy group yang nggak pernah perform sama grupnya sendiri?" "Pengkhianat kayak dia tuh nggak cocok bareng sama grupnya lagi!" "Sesuka-sukanya lo sama dia, lo hidup aja dia nggak tahu!" Ini hanyalah sekelumit kisah antara...