Chapter 2 : Ada yang deketin nggak?

4 1 0
                                    




Sabrina melihat pantulan dirinya lagi di depan cermin, hari ini Sabrina pake long sleeve shirt warna hitam yang tangannya ia gulung sedikit dan dipadukan celana jeans. Rambut gelombang nya ia ikat hari ini karena cukup panas, Sabrina juga lagi malas yang rapih-rapih hari ini, ingat kalau jadwal kelas dia cuma sedikit.

Sabrina ikut kepanitiaan untuk acara amal di kampusnya, kegiatan besar tahunan yang rutin diadakan di kampusnya, gabungan beberapa fakultas gitu. Hari ini Sabrina akan pergi survey beberapa bahan yang dibutuhkan buat panggung.

Sabrina keluar dari kamarnya dan mengambil kotak makan yang ada di meja, dibuatin Bunda sebelum ia berangkat kerja ke Rumah Sakit. Dirumah udah nggak ada orang, Kakak Sabrina yang pertama, Bang Samudra udah kerja, sedangkan Kakak Sabrina yang kedua, Sandra, lagi sibuk koas karena ia mengikuti jejak Bunda jadi Dokter, yang lebih memilih nyewa kos untuk sementara waktu karena lebih dekat sama Rumah Sakit tempat nya koas.

Jalanan hari ini nggak begitu ramai, jam udah menunjukkan pukul 9. Tiba-tiba ponsel Sabrina berbunyi. "Haloo?Halo Sab, lo udah jalan?" tanya suara perempuan diujung sana.

"Ini lagi dijalan, kenapa Sya?" tanya Sabrina ke teman dekatnya dari ospek, Tasya.

Tasya bergumam. "Boleh minta tolong gak? Back Up-an Proposal kita kebawa sama Hanif! Lo tau kan? yang pake kacamata itu, anak Komunikasi."

"Yang man— Ohhh Iya gue tau.." balas Sabrina.

"Gue minta tolong ambilin di dia ya??? Nanti gue bilangin suruh ketemu lo depan fakultas nya, lo kan ngelewatin."

Sabrina menghela napas, Tasya memang selalu lupa sama barang-barang, pernah flashdisk isi materi presentasi yang harus dipakai 30 menit sebelum kelas dimulai ketinggalan gara-gara Tasya habis dari kantin, ia lupa ditaruh dimana dan akhirnya Tasya dan kelompok baru bisa presentasi di minggu depan dengan pengurangan poin.

"Iyaa, yaudah." balas Sabrina.

Sabrina membelokkan stir mobilnya ke arah Fakultas Komunikasi nya Hanif, dan menunggu didepan. Sambil nunggu Sabrina mengecek ponselnya, sesekali matanya melirik ke arah spion untuk melihat apa Hanif udah muncul. Nggak lama setelah itu, Sabrina menangkap sosok yang cukup familiar buat Sabrina, itu cowok yang menolongnya kemarin! Yang ngasih kunci mobil Sabrina yang jatuh kemarin. Dia anak Komunikasi? Kok Sabrina nggak pernah lihat kalau lagi rapat disini? Apa karena Sabrina terlalu cuek untuk lihat sekitar?

Tunggu, tunggu....Cowok itu bonceng cewek, sambil ketawa-ketawa gitu sebelum sampai di parkiran. Mata Sabrina nggak bisa lepas dari dua orang itu, nggak tahu kenapa Sabrina mau lihat aja.

Apa itu ceweknya ya? batin Sabrina.

Ya wajar sih kalau cowok itu punya cewek, maksudnya, dari tampang cowok itu manis, penampilannya juga lumayan rapih, muka nya juga kelihatan segar gitu nggak berantakan.

Kejadian itu terputus sampe pas kaca mobil Sabrina diketuk, Sabrina membuka pintu mobilnya, ngerasa nggak sopan aja kalau lewat kaca.

"Nih Sab, proposalnya." ucap Hanif. "Si Tasya emang bener-bener..."

Sabrina terkekeh. "Hahaha! Untung kebawa nya sama lo bukan sama Jaki!" balas Sabrina, si Jaki juga salah satu panitia yang kocak abis, lebih teledor daripada Tasya.

"Iya tuh, yaudah ya Sab, gue cabut." ucap Hanif yang dibalas anggukan sama Sabrina.

Sabrina langsung menoleh ke belakang, upaya melihat apa cowok yang kemarin itu masih ada di parkiran atau enggak, ternyata udah pergi.

**

Sabrina, dan beberapa teman dekatnya Aqila, Tasya, sama Bima dan Zidan duduk didepan kelas, sambil nunggu hujan berhenti. Mereka ngapain aja, kadang Bima mintain bekel nya Aqila, atau si Zidan tidur karena semalam ia habis pergi dari rumah sakit nemenin Neneknya yang di rawat. Mereka berlima kenal dari satu grup waktu ospek, nggak nyangka juga bakal satu kelas.

Bima dari dulu suka sama Aqila, yaaa suka ngeledekin dan bikin Aqila kesal. Sabrina yakin sih, Bima sebenarnya ada maksud. Tapi yaudah lah, biar aja Sabrina jadi penikmat drama mereka berdua.

"Sab nanti lo jadi kan survey?" tanya Tasya.

Sabrina mengangguk. "Kenapa emangnya?"

"Pergi sama Zidan aja tuh, dia juga sekalian ngurusin dekor." balas Tasya. "Citra nggak bisa pergi hari ini."

Citra teman satu divisi Sabrina, satu-satunya yang katanya bisa pergi survey hari ini. Kalau dia nggak bisa..

"Yaudah, Dan. Nanti mau pergi pake motor lo atau mobil gue?" tanya Sabrina.

Zidan mengubah posisinya jadi duduk. "Motor gue aja kali ya? Sore takut macet."

Zidan, perawakannya cukup ganteng. Tinggi, kulitnya lebih cerah dibanding cowok pada umumnya, dekat banget sama Nenek nya, sebenarnya Sabrina dan Zidan satu SMP, tapi nggak kenal waktu itu. Zidan aktif banget ikut kegiatan kampus, dia juga suka naik gunung. Punya motor namanya Slamet, katanya biar selalu Slamet di jalan.

Diantara semua teman cowok yang pernah Sabrina kenal atau dekat dari jaman sekolah dulu, Zidan salah satu favoritnya. Zidan nggak segan kalau tiba-tiba diajak jalan Sabrina kalau dia lagi bosan, Zidan juga asik dibawa cerita, suka jadi pengamat orang-orang dikampus yang lagi PDKT, nggak tahu gimana caranya tapi Zidan bisa ngerasain aura-aura orang yang lagi PDKT.

"Hujannya udah berhenti nih, Sab. Mau jalan sekarang?" tanya Zidan.

"Yaudah yuk." Sabrina bangkit dari duduknya disusul dengan Tasya yang ada rapat divisi. Sedangkan Bima ada kumpul organisasi nya, dan Aqila pulang karena sekalian jemput Ibu nya pulang kerja.

Dijalan, Zidan cerita soal gimana dia kesal sama teman divisinya anak Teknik, dia juga cerita gimana dia ditanya sama Bonyok nya kenapa masih jomblo, katanya nanti wisuda masa nggak ada gandengan?
(Baca : bokap nyokap)
Sore itu mereka lewati dengan tenang, berkendara di sejuknya udara sehabis hujan, Zidan mengajak Sabrina mampir sebentar untuk makan soto.

"Hmm, enak banget Dan sotonya!" ucap Sabrina di saat makan.

Zidan tersenyum. "Enak kan? Bokap gue suka ngajak makan disini."

Sabrina mengangguk, dan Zidan bercerita soal keluarga nya sedikit. Diantara mereka berlima, Sabrina paling dekat sama Tasya dan Zidan,  selain Sabrina punya banyak kesamaan sama Tasya, Zidan juga orangnya nyambung ngobrol sama siapa aja, nggak bikin suasana canggung.

"Sab." panggil Zidan.

Sabrina mengalihkan pandangannya dari soto ke Zidan. "Hm?"

"Lo tuh ada yang deketin ga sih?"




**

Back to writing after such a looonggg time😳

A Girl Behind the CurtainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang