Chapter 5 : Di ajak jalan

4 0 0
                                    




Perjalanan ke Hanamasa buat Sabrina kurang nyaman. Bima sama Aqila naik motor berdua, dan sisanya naik ke mobil Sabrina. Iya, soalnya nanti Tasya di jemput sama pacarnya, yang berarti juga nanti Zidan harus balik sama Sabrina ke kampus.

Selama di jalan Zidan nggak ngomong apa-apa, Tasya yang paling banyak ngomong. Mungkin Tasya mggak sadar itu, tapi Sabrina sadar kalau Zidan lagi diam. Padahal biasanya Zidan yang semangat cerita-cerita, heboh sampe buat mereka ketawa. Belakangan ini memang Zidan banyak diam, lebih anteng. Kenapa ya???

Selama makan, Zidan kelihatan cukup ceria, setidaknya lebih baik daripada pas Zidan di mobil.

Pas lagi asik makan, ada notif pesan masuk ke handphone Sabrina.

rafialfaruq reply to your story : enak banget makanannyaa! makan yg banyak ya😛

Iya Sabrina upload foto-fotonya dia bareng teman-teman di Hanamasa. Nggak sadar Sabrina senyum kecil, kecil banget. Udah lama nggak ada yang perhatiin Sabrina kayak gitu.

Yah, kalau dibilang jadi anak terakhir itu enak. Hal ini nggak berlaku buat Sabrina. Karena masalah keluarga yang Sabrina punya dulu, Sabrina nggak bisa merasakan rasanya punya sosok Kakak yang melindungi, sosok Ayah yang menyayangi, Sabrina punya Bunda, tapi Bunda juga sama sibuknya. Karena masalah yang keluarga Sabrina punya, kedua Kakak Sabrina juga sama broken nya seperti Sabrina. It was more like they tried to heal themselves rather than healing each other's as a family.

Ini Sabrina aja semakin bertambah umur, memang sih saling pengertian satu sama lain karena semuanya udah berpikir dewasa, semua merasa harus lupa akan masalah itu. Kak Sandra dengan kehidupannya, kadang suka ajak Sandra pergi kalau dia lagi libur kuliah, atau kadang Sabrina suka nyamperin Sandra. Samudra juga begitu, jadi satu-satunya lelaki di keluarga buat Samudra merasa punya tanggung jawab yang lebih, untuk melindungi Bunda dan Adik-adiknya.

"Aduhhh, kenyang banget gue!" ucap Tasya sambil memegang perutnya.

Bima mendengus. "Lo kenyang gue bangkrut!" balas Bima yang disambut acakan rambut dari Aqila. Aduh pasangan baru...

"Btw, thanks ya Bim, Qil. Gue tinggal nunggu Zidan sama Sabrina jadian aja nih, biar dapet traktiran lagi!" timpa Tasya.

"Hah gue sama Zidan?" tanya Sabrina bingung.
Aqila terkekeh. "Iya, kan lo berdua doang yang masih jomblo!"

Ohhhh, maksud Tasya itu tinggal nunggu Sabrina jadian sama orang lain, dan Zidan juga kan? Bukan Sabrina jadian sama Zidan, kan? Kok Sabrina jadi mikirnya kayak gitu sih?

Sabrina melirik sedikit ke Zidan, buat tau reaksi cowok itu kayak apa. Si Zidan cuma senyam-senyum aja, padahal Sabrina tahu dalam hati Zidan juga ngeledekin Sabrina!

**

"Mau nyalain lagu nggak Dan?" tanya Sabrina ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil. Buat memecah keheningan aja sih maksud Sabrina.

Zidan mengangguk dan mengarahkan tangannya ke audio mobil. "Lagu lo pasti enak-enak."

Sabrina terkekeh. "Nggak juga, tau darimana?"
"Kan gua add playlist spotify lo!" balas Zidan. "Gue hampir udah hafal semua lagunya."

Masa sih? Aduh, Sabrina lupa lagi apa aja yang ada di Playlist nya dia. Dengar Zidan ngomong kayak gitu, Sabrina jadi malu..

"Gue mau denger juga dong, lagu-lagu lo." balas Sabrina.

Zidan tertawa kecil. "Jangan, lagunya bukan lo banget."

Lalu hening beberapa menit, Zidan sibuk liat ke arah samping jendela nya, Sabrina pun juga sibuk menyetir. Ada hal yang mau banget Sabrina tanya ke Zidan, kenapa belakangan ini dia jadi diam, nggak ceria kayak biasanya.

"Dan." ucap Sabrina berbarengan pas Zidan panggil Sabrina "Sab."

"Hahaha! Apaan sih kok barengan, lo duluan deh." balas Sabrina.
"Nggak nggak, gue gajadi. Lo aja," ucap Zidan.

"Hmmm....ini gue mau nanya aja sih..." ucap Sabrina pelan. "Tapi lo jangan marah ya? Nggak dijawab juga gapapa kok."

Zidan tersenyum. "Iya Sabrinaaa, mau nanya apaaa???"
"Lo kok belakangan ini banyak diem sih? Ada masalah?"

Deg. Ditanya kayak gitu sama Sabrina nggak tahu kenapa dia jadi nervous. Ternyata diantara teman-temannya, bahkan teman nongkrong dia diluar mereka berempat, cuma Sabrina yang menyadari. Ini kenapa ya? Apa Sabrina juga merhatiin Zidan diam-diam?

"Hm, iya Sab, biasa lah...dirumah." balas Zidan sekenanya.
Sabrina mengangguk. Ada rasa di dalam dirinya yang mau bertanya lebih banyak, tapi juga ia tahu jawaban singkat Zidan mungkin kode kalau dia belum siap cerita. "Tapi lo nggak papa kan?" tanya Sabrina.

Zidan tersenyum sebelum jawab, bersyukur karena Sabrina nggak mendorong Zidan untuk jawab lebih banyak. Salah satu sifat Sabrina yang Zidan kagumi semenjak temenan sama Sabrina, dia mau mendengarkan, orangnya nggak memihak, nggak pernah memaksa untuk diceritakan juga, tapi disisi lain khawatir.

"Gue nggak papa kok." ucap Zidan.
Tangan Sabrina terulur dan menepuk pundak Zidan pelan, gesture kecil yang buat Zidan merasa ada seseorang yang mendukungnya.

"Oiya, lo kok bisa kenal sih sama Rafi?" tanya Zidan penasaran.

"Panjang ceritanya sih, pokoknya waktu itu dia nemuin kunci mobil gue yang jatoh."

Zidan mencibir. "Terus?"
"Terus yaudah...dia follow IG gue, terus tadi nggak sengaja ketemu di bangjo."
(Baca : bangku ijo)

"Itu bukan nggak sengaja Sab, orang emang Rafinya sendiri kok yang nyariin lo makanya dateng ke Fakultas tadi."

Masa sih? Rafi bilang kan dia mau ngasih barang ke temannya. "Engga tadi tuh-"
"Sab udah lampu hijau." tunjuk Zidan memotong ucapan Sabrina.

Udah gitu Sabrina nggak lanjutin omongannya, nggak usah diperjelas lah ya ke Zidan, buat apa juga sih Sabrina mau repot-repot ngejelasin?

**

Beberapa hari berlalu, normal aja nggak ada kejadian yang bikin Sabrina bingung kayak minggu sebelumnya, beberapa hari ini juga Sabrina sering di chat sama Rafi. Sejak dia reply story nya Sabrina, obrolan mereka jadi lanjut. Rafi sendiri orang nya suka ngomong sih menurut Sabrina, ada aja gitu yang dibahas sama Rafi.

Sabrina seneng akhirnya punya temen chattingan yang nyambung, yang nggak agresif kayak cowok-cowok lain ke Sabrina. Dari yang Sabrina tahu, Rafi ini anak kedua dari dua bersaudara, dia punya Kakak laki-laki beda 2 tahun. Sama-sama suka motor vespa modern, Kakak nya Rafi ini punya kedai kopi gitu, kadang Rafi suka datang kesana.

Tiba-tiba Sabrina dapat panggilan.

"SAAABBBBB!!" ucap suara cempreng diujung sana.

Sabrina menjauhkan ponselnya. "Apa Denan sayangggg?"
"Besok PIM yuk? Temenin gue beli sesuatuu!!" ucap Denan.

Besok Sabrina nggak ada acara apa-apa sih, lagian udah lama juga terakhir kali Sabrina pergi sama Denan. "Yaudah, jemput ya." balas Sabrina, malas banget bawa mobil di hari weekend!

"Iihhh! Lo kerumah gue deh naik Ojek, nanti darisini pake mobil gue." balas Denan. "Kalo gue kerumah lo dulu, gue muter-muter dong!?"

Sabrina menghela nafas, untung Sabrina sayang sama Denan. "Yaudah." balas Sabrina jengkel.
"Yes! See you tommorow, pretty Sabrina!" ucap Denanda disertai suara kecupan.

Hadeh gini nih nasib jomblo, weekend jalannya sama teman bukan sama pacar.





**

A Girl Behind the CurtainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang