Sabrina duduk di kamarnya, menatap kertas-kertas kosong diatas kasur. Sabrina kesal, kesal sama dirinya yang masih takut, takut dinilai buruk sama orang-orang. Sabrina merasa nggak nyaman tadi pas Rafi ajak Sabrina ketemu teman-temannya disana, mereka ramah, menyambut Sabrina dengan baik, tapi ketakutan Sabrina muncul lagi.*Flashback*
"Sabrina, nggak papa ya, berangkat sekolah sama Om dulu?" tanya Bunda, ke Sabrina dan sebenarnya ke Samudra dan Sandra juga.
Sandra menoleh ke Adiknya. "Nggak papa ya Sab? Kan ada aku." ucapnya.
Sabrina mengangguk. Menggenggam tangan Sandra, Samudra berjalan di belakangnya. "Berangkat dulu, Bun.." pamit Samudra.
Sabrina, Samudra dan Sandra satu sekolah, disekolah itu ada dari tingkat TK sampai SMA. Begitu sampai di kelas, Sabrina seperti biasa menghampiri teman-temannya.
"Pada ngapain?" tanya Sabrina.
Mereka semua menoleh, melihat Sabrina dengan tatapan jijik. "Kamu ngapain masuk sekolah?" tanya salah satu anak perempuan yang rambutnya di jepit dengan jepitan merah muda.
"Emang nya kenapa?" tanya Sabrina heran.
"Kata mama ku, kamu jadi miskin." timpa anak yang lain. "Aku nggak mau main sama orang miskin." Mereka berjalan menjauhi Sabrina yang sebenarnya nggak tahu apa yang terjadi.
Hari itu, semua orang menghindari Sabrina. Semua melempar cacian ke Sabrina dan bilang kalau Sabrina nggak seharusnya berada di sekolah itu. Sabrina nggak pernah tahu, kenapa pertemanan orang hanya berdasarkan harta aja. Sabrina kira, selama ini semua mau berteman sama Sabrina, berteman satu sama lain di kelas karena memang ingin berteman. Sabrina selalu diajari sama Bunda untuk terus berbuat baik sama orang-orang, nggak boleh pilih-pilih teman.
Sabrina nggak suka seeperti ini, Sabrina benci hari itu. Pulang sekolah, Sabrina di jemput Tante Ana, Sabrina juga nggak mengerti kenapa dia harus tinggal di rumah Om dan Tante. Apa benar Sabrina jadi miskin? Sabrina nggak punya rumah lagi? Kamar sendiri lagi? Kenapa Ayah pergi? Kenapa Bunda nangis?
**
Sabrina bangun tidur dengan matanya yang bengkak akibat menangis semalam, Sabrina tahu, udah saatnya Sabrina bisa bersosialisasi lebih baik lagi dan nggak terpengaruh sama kenangan buruk masa kecilnya. Sabrina merasa malu, malu sama diri nya sendiri yang kelihatan seperti orang bodoh, apalagi di mata teman-teman Rafi kemarin.
Sabrina rasanya nggak mau masuk kuliah hari ini. Sabrina sengaja nggak mengecek ponselnya dari semalam. Sabrina tahu kenapa dia nggak pernah bisa menerima seseorang dihidupnya, dilingkaran hidup nya yang lebih kecil lagi. Karena Sabrina tahu, dia belum siap. Sabrina ingat, waktu itu Denan pernah mengenalkan temannya ke Sabrina, baru dekat sebentar, jalan sekali berdua, Sabrina langsung tahu kalau cowok itu nggak suka cewek yang anak 'rumahan' kayak Sabrina, cowok itu mau punya cewek yang mau di ajak pergi jalan kemana aja, yang bisa berbaur sama semua teman-temannya.
Iya, Sabrina emang nggak punya banyak sekali teman dekat dihidupnya. Sabrina selalu menjaga pertemanannya kecil, tapi itu cukup buat Sabrina. Sabrina nggak butuh teman satu grup yang banyak orang, tapi ada yang menjelekkan dia dibelakangnya. Sabrina nggak butuh teman-teman yang gaul, yang mengikuti trend, tapi nggak ada saat Sabrina butuh. Sabrina ingat, waktu SMA pernah di tawari ikut ekskul cheerleader yang biasanya diisi sama anak-anak yang cantik, Sabrina nggak terima itu karena Sabrina tahu pertemanan mereka hanya sebatas kecantikan, yaa memang nggak semua orang di grup itu buruk sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Girl Behind the Curtains
Romance"Kenapa nggak jadi sama temen yang gue kenalin kemarin?" Sabrina diam. "I am not an easy person to deal with...Nan." Sabrina Azalea, selfless girl yang punya medium wavy brown hair dengan kulit honey skinnya yang nggak mau punya pacar yang cuma ja...