Chapter 13 : Kebanggaan

1 0 0
                                    





Rafi sudah siap memakai jaket bomber warna hitam nya, dan mengambil kunci di atas nakas. Rafi turun dari lantai dua rumahnya, menuju garasi.

Belum sempat ia memakai helm, bahkan menyalakan motor, ponselnya berdering.

Rafi menghela nafas. "Kenapa?" tanya nya dengan nada malas.

"Rafi?Halo? Kamu dimana?"

"Di rumah."

"Aku kesana ya?" tanya perempuan di telepon itu.

Rafi memakai helm nya, mengubah panggilan menjadi speaker. "Nggak bisa, gue mau pergi."

"Aku udah masuk komplek rumah kamu.." ucap perempuan itu dengan nada sedikit sedih.

Shit.

Kenapa sih perempuan ini harus datang disaat kayak gini? Rafi udah malas banget ketemu dia, udah nggak mau berurusan lagi. Rafi menarik napas panjang, dan melepaskan lagi helm nya.

Nggak lama, mobil yaris hitam berhenti di depan rumah Rafi. Rafi mengatur nafasnya, berusaha tenang. Perempuan bernama Nadhira itu keluar, lengkap dengan senyumannya dan totebag di tangan kanannya.

"Hey.." ucap perempuan itu, berjalan ke arah Rafi yang berdiri diam seperti patung. Nggak tahu harus apa.

Nadhira, anak teman arisan orang tua nya. Waktu kecil Rafi sering diajak orang tua nya untuk ikut arisan, nggak tahu itu arisan berdasarkan apa, yang jelas bukan antar tetangga satu komplek, atau antar keluarga. Rafi kenal sama Nadhira sejak mereka kecil, ya walaupun ketemu cuma pas arisan aja, tapi Mama suka banget sama Nadhira. Kuliah arsitektur, anaknya sopan, cukup modis.

Sampai mereka besar, walaupun orang tua Rafi sudah nggak ikut arisan itu lagi, tapi pertemanan orang-orang disana masih terjalin. Kadang mereka ada makan bersama, dan Rafi tahu betul kalau Mama selalu berusaha mendekatkan Rafi sama Nadhira.

Rafi nggak pernah tertarik sama Nadhira karena dia terlalu bergantung sama orang tua. Tapi bukan berarti Rafi benci Nadhira juga. Cuma nggak tertarik aja, dan nggak mau ada keterkaitan juga sama Nadhira, nggak mau memberinya harapan.

"Aku bawa ini, buat Tante sama Om." ucap Nadhira memberikan tas berisi kue didalamnya.

Rafi tersenyum kecil. "Makasih." balas Rafi.

Mereka berdua masih berdiri di garasi. Hening beberapa saat. "Masuk, Nad." ajak Rafi dan Nadhira mengikutinya.

Nadhira dan Rafi memang jarang ketemu, jarang banget. Tapi mereka saling follow di sosial media, kadang Nadhira balas story Rafi, tapi Rafi nggak begitu merespon yang niat banget.

Nadhira duduk di ruang tamu, dan Rafi langsung mengambil segelas air di dapur. "Aku tadi abis main sama temen di sekitar sini, terus mau mampir aja." ucapnya ke Rafi.

"Oh..iya." balas Rafi kikuk.

Nggak lama pagar rumah Rafi di buka, dan masuk mobil orang tua nya. Rafi menarik napas panjang, frustasi. Kenapa disaat semua waktu yang ada, harus hari ini Nadhira datang, dan harus detik ini juga orang tua nya pulang kerja?!

Nadhira langsung bangun dari duduknya, dan menghampiri pintu. "Nadhiraa! Yaampun, kamu makin cantik aja sih??" puji Alda, Ibu nya Rafi.

Nadhira tersipu malu. "Engga kok Tantee.."

"Udah lama Nad?" tanya Alda.

"Belum kok Tan, baru aja sampe, hehehe.." balas Nadhira yang juga salam ke Ian, Papa nya Rafi.

"Udah makan belum Nad? Tante bawa makanan nih." ucap Alda sambil menunjukan chinese take out yang dibawa nya.

Rafi memutar bola matanya malas, sambil mencari-cari ponselnya di sofa dan dapur, tapi nggak ketemu. "Makan dulu yuk." ucap Alda ramah ke Nadhira.



A Girl Behind the CurtainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang