Chapter 9 : Sedekat Apa?

2 0 0
                                    




"Sab, yang ini bagus nggak?" tanya Zidan sambil menunjukkan selimut yang tampilan luarnya di jahit dengan gabungan kaos-kaos yang membentuk pola. Zidan nggak ada ide mau beli apa buat Oma, tapi Zidan tahu kalau selimut yang biasa Oma pakai sudah lusuh.

Sabrina mengangguk. "Bagus tuh." balasnya. "Sekalian ini juga gimana?Gue mau beliin, hehehe..."

Sabrina suka ketemu Oma beberapa kali, beliau selalu ramah sama Sabrina, kadang juga Zidan titip salam dari Oma buat teman-temannya, kadang kalau Zidan lagi nginap di rumah Oma, Zidan suka dibawain makanan buat di bagi ke teman-temannya.

"Nggak usah, Sab.. Ngerepotin." balas Zidan. "Lagian udah tuwir, ultah sendiri aja nggak inget!" canda Zidan, yaa Oma udah berumur, tapi nggak setua itu kok, masih bugar dan sehat.

"Udahh, gapapa, sini." balas Sabrina sambil menarik selimut yang ada ditangan Zidan dan berjalan menuju kasir.

"Sab ini lucu." ucap Zidan yang berdiri disampingnya, memainkan gantungan patung dari kayu. "Gue beli ini ah." ucap Zidan.

Sabrina senyum aja, cowok kayak Zidan ini bisa suka sama barang lucu juga. Sambil menunggu kasir menotal semuanya, Sabrina sempat mengecek ponselnya dan belum mendapat balasan dari Rafi.

Begitu selesai, mereka berdua keluar dari toko antik itu dan Zidan mengambil tangan Sabrina, membuka tangannya. "Buat lo." ucapnya sambil menaruh gantungan itu di telapak tangan Sabrina.

"Ha? Buat gue?" tanya Sabrina heran, pantas Zidan beli dua. "Thank you ya! Lucu bangeettt.." balasnya senang.

Mereka sempat berkeliling sebentar, tapi Zidan dapat telfon kalau ia harus ke sekret organisasinya, entah mau ambil apa. "Buru-buru nggak Dan? Gue balik sendiri aja nggak papa." ucap Sabrina, bisa aja ia pesan ojek Online nanti.

Zidan menoleh. "Yakali gue jemput lo, baliknya nggak dianterr! Ikut gue aja, gapapa kan? Sebentar doang kok." ucap Zidan.

Sabrina mau aja sih..tapi dia selalu canggung kalau ketemu temannya teman dia, aneh aja takut merasa ganggu, takut ada yang mau diomongin tapi karena ada Sabrina mereka nggak enak.

"Gapapa?" tanya Sabrina mengikuti Zidan yang berjalan ke mobilnya.

"Iyaa baweelll.." balas Zidan, tahu betul kalau Sabrina nggak enak orangnya.

**

Begitu sampai, Zidan parkir mobil di depan gang, sekret organisasinya agak masuk ke dalam, dan mobil nggak akan muat. "Yuk Sab." ucap Zidan.

Sabrina tadinya mau di mobil aja, tapi nggak tahu Zidan bakal lama apa enggak, iseng juga sendirian. Lagian nanti Sabrina bakal tunggu di luar kok.

Sabrina ngeliat bendera organisasi nya Zidan digantung di jendela kontrakan itu, tempat biasa barang-barang Organisasi nya disimpan, atau tempat ngumpul anak Organisasi kalau di kampus nggak bisa lama-lama, tempat Zidan suka nongkrong atau kadang tidur disini sambil nunggu kelas yang jaraknya jauh.

Dari depan Sabrina udah melihat beberapa orang ada didalam. "Gue tunggu sini aja, Dan." ucap Sabrina.

Zidan masuk ke dalam sekret, dan Sabrina duduk di tempat duduk dari semen yang ada diluar, sambil buka ponselnya. Sabrina berharap Rafi balas pesannya sih, yaaa kasih tau aja gitu dia mau ngapain hari ini. Apa Rafi tidur lagi? Atau dia ada acara sama teman-temannya? Teman kuliah apa SMP ya? Sabrina ingat Rafi lebih dekat sama teman SMP nya dibanding dengan teman SMA. Tapi Sabrina nggak tahu banyak soal itu.

Jari-jari Sabrina gatel mau kirim pesan ke Rafi lagi, nanya dia lagi apa. Tapi Sabrina nggak mau jadi cewek yang posesif atau bawel.

A Girl Behind the CurtainsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang