Rafi mengendarai motor vespa nya dengan pikiran yang penuh sama Sabrina. Iya, perempuan yang baru dikenalnya beberapa waktu belakangan ini. Rafi tipe orang yang carefree, yang nongkrong hampir tiap hari, kalau nggak main diluar, ya main game dirumah. Dari dulu Rafi punya pacar, pacarnya yaa nggak ada yang clingy banget, bahkan biasa aja kalau Rafi pulang main tengah malam, memang Rafi nggak banyak punya pacar sih seumur hidupnya, tapi setiap pacar yang dia punya biasanya punya karakteristik yang mirip-mirip. Rafi cuma pernah pacaran tiga kali, sisanya hanya dekat sebentar aja tapi nggak pacaran.Mantan nya Rafi, biasanya perempuan yang suka main juga. Perempuan yang suka ke mall, yang narsis, yang punya pacar cuma buat kebanggaan, yang cuek sama kayak Rafi. Bahkan Rafi nggak tahu bisa bilang itu pacaran atau enggak.
Rafi selalu hidup sesukanya, orang tuanya sibuk kerja, Rafi cuma dirumah sama Abang, dan Emak, Ibu paruh baya yang sudah bekerja dirumah Rafi sejak Rafi kecil.
Rafi memarkirkan motor nya di garasi, dan menghampiri tetangga nya yang punya mulut berisik itu. "Denaannn." panggil Rafi dari depan rumahnya.
"Denandaa..." panggilnya lagi sebelum perempuan itu keluar dari balkon rumahnya.
"Apaan?" tanya Denan dengan masker yang menempel di wajahnya.
Rafi sedikit kaget. "Turun dong!" ucapnya.
Denan menghela napas, langsung turun ke bawah dan menghampiri Rafi yang duduk di bangku panjang depan rumahnya. "Ngapain?" tanya Denan.
"Mau cerita gue." balas Rafi dengan raut wajah yang kusut, rambut berantakan karena pakai helm tadi. Rafi bahkan belum masuk rumah, dan langsung menghampiri Denanda.
"Apa tuh?" balas Denan. Denan sudah kenal Rafi sejak kecil, dulu sering ikut lomba 17 Agustus bareng waktu masih kecil, sampai jadi panitia 17 Agustus pas udah besar. Denan nggak pernah sih cerita-cerita bareng Rafi soal hubungan pribadi karena ya mereka bukan dekat seperti itu, tapi lebih ke teman main dirumah. Ketemu juga kalau ada acara di komplek.
"Sabrina," ucap Rafi menyenderkan tubuhnya.
"Kenapa temen gue?"
Rafi menghela napas. "Masa dia diemin gue dari kemarin." ucap Rafi langsung ke inti.
"Diemin gimana? Kenapa?" tanya Denan lagi.
Rafi menceritakan semuanya, alur dari dia mengajak nyamperin Sabrina pas perempuan itu selesai rapat, sampai pas Sabrina pergi tanpa pamit. Rafi juga cerita ke Denan kalau dia nggak bisa membaca Sabrina yang misterius, yang seolah-olah selalu menjaga jarak sama Rafi, seperti Sabrina sering menolak kalau Rafi mau ketemu Sabrina di kampus, atau gelagat nggak nyaman Sabrina kalau Rafi ketemu sama teman-temannya.
"Dia tuh udah lama nggak deket sama cowok yang serius." ucap Denan. "Selama ini kalau ada cowok yang deketin dia, nggak di respon."
"Kenapa? Trauma masa lalu?" tanya Rafi tepat pada poin nya.
"Dia tuh...sulit. Gimana ya bilangnya?... Tapi dia tuh selalu merasa dia bikin orang malu, dia merasa dia selalu nyusahin orang." balas Denan. "Gue juga nggak paham sih kenapa, tapi ada masa lalu buruk dia waktu kecil."
Nyusahin? Bikin malu? Sabrina punya pikiran kayak gitu darimana sih? Selama kenal sama Sabrina, dan selama Rafi cari tau banyak tentang Sabrina ke Denanda, Rafi tahu kalau Sabrina orangnya nggak seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Girl Behind the Curtains
Romance"Kenapa nggak jadi sama temen yang gue kenalin kemarin?" Sabrina diam. "I am not an easy person to deal with...Nan." Sabrina Azalea, selfless girl yang punya medium wavy brown hair dengan kulit honey skinnya yang nggak mau punya pacar yang cuma ja...