Part 11

33 6 0
                                    

Pagi ini Gladys merasa sangat lelah di sekujur tubuhnya. Bagaimana tidak, seharian kemarin dirinya sangat puas berjalan dengan Fahri. Bukan, dirinya hanya pergi menonton film hantu saja, tapi itu mampu membuat tubuh Gladys menjadi lelah. Aneh memang.

Pagi ini seperti biasa Gladys pergi bersama dengan Fahri, hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi Gladys, ntah kenapa dirinya saat ini tidak merasa risih kalau Fahri menjemputnya untuk pergi bareng ke sekolah.

"Lama banget sih lo," tukas Fahri saat Gladys sudah berada didekatnya.

"Emang lo udah dari tadi ya disini?" tanya Gladys dengan sengaja.

"Nggak, gue baru satu jam kok nunggu lo disini," ucap Fahri kesal.

"Lah? Itu lama namanya Fahri ..." kata Gladys yang memang ingin membuat Fahri menjadi kesal.

"Masih nanya juga." Dengan cepat Fahri langsung memasuki mobilnya, sedangkan Gladys masih mematung ditempat sambil tersenyum-senyum dan itu membuat Fahri harus meneriakinya agar Gladys segera masuk kedalam mobil.

"Lo mau disana aja, atau lo mau kesekolah?" tanya Fahri dengan nada yang sedikit keras.

Mendengar itu, Gladys langsung memasuki mobil Fahri.

***

"Gue duluan," ucap Fahri sebal, lalu langsung saja pergi begitu saja.

"Sensian amat sih tu orang, untung sayang,"

"Eh! Gladys! Lo bilang apa barusan? Sayang? Lo kenapa sih hah? Ya ampun Gladys! Ucap apaan gue tadi? OMG sadar Gladys! Sadar!" sesal Gladys yang tidak sadar akan ucapannya tadi.

Sibuk menyesali ucapannya tadi, tiba-tiba saja, Arventa datang sambil menepuk bahu Gladys, hingga membuat Gladys terkejut.

"Gladys!"

"Ayam! Eh ayam! Ya ampun Ar, bikin kaget gue aja lo," seru Gladys sambil memegangi dadanya. "Untung gue masih hidup," lanjut Gladys asal.

"Heh, gue lihat-lihat nih ya, kok saat Fahri baru masuk, lo kok sering banget sih pergi bareng sama dia?" tanya Arventa sambil merangkul Gladys dari samping.

"Masa sih? Kok gue nggak tau ya?" tanya Gladys balik dan itu mampu membuat Arventa menepuk jidatnya.

"Ya ampun Dys, lo kok makin gedek, makin oon sih?" kata Arventa yang sekarang sudah kesal dengan kelakuan Gladys.

"Enak aja lo ngomong gue oon, jahat banget sih lo jadi temen," gerutu Gladys sambil memayunkan bibirnya kedepan.

"Emang, gue emang jahat Dys, tapi bukan sekarang,"

"Malah diem ni anak," ucap Gladys sambil menyenggol lengan Arventa dan sontak Arventa langsung sadar dari lamunannya.

"Hehehehe,"

"Udah gila kali nih anak," guman Gladys, dengan cepat Gladys langsung pergi begitu saja meninggalkan Arventa sendiri.

"Kenapa sih, setiap orang yang gue sayang, selalu dekat sama Gladys terus?" guman Arventa saat Gladys sudah tidak ada didekatnya.

"Sorry Dys, gue bukannya ingin berbuat jahat sama lo, tapi gue hanya ingin mendapatkan kebahagiaan gue yang sekarang ada didekat lo," lanjut Arventa berguman dan setelah itu pergi menuju kelas.

Ketika diperjalanan Gladys berpapasan dengan Fahri, dengan cepat Gladys langsung mencekal tangan Fahri agar Fahri tidak menjauhkan darinya dari Gladys.

"Lo masih marah sama gue?" tanya Gladys dengan menunjukkan puppy eyes–Nya.

"Kenapa gue harus marah sama lo?" tanya Fahri balik sambil menahan tawa, dan dengan senangnya Gladys langsung memeluk Fahri begitu saja, reflek Fahri langsung mematung ditempat.

"Lo liat aja Gladys, apa yang akan gue lakuin ke elo,"

Tanpa berfikir panjang Gladys langsung teringat dengan apa yang barusan ia lakukan dengan cepat Gladys langsung melepaskan pelukannya itu dari Fahri.

"Kenapa? Baru sadar lo?" cemooh Fahri. Mendengar penuturan Fahri Gladys langsung saja berlari meninggalkan Fahri yang masih mematung ditempat.

"Ya ampun Gladys! Tadi pagi lo udah bilang 'untung sayang' dan barusan lo juga, langsung meluk anak orang, lo kenapa sih hah? Sadar Gladys, sadar!" gerutu Gladys sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Heh! Lo kenapa hah?" tanya Arventa yang kini sudah berada didekat Gladys.

"Astagfirullah. Lo bisa nggak sih, kalo datang itu nggak kayak jelangkung? Kaget gue," ucap Gladys kesal.

"Lo aja yang main tinggalin gue, makanya jadi orang itu jangan resek," kata Arventa dengan tersenyum miring.

"Lo nya aja yang—" Belum lagi Gladys menyelesaikan ucapannya, Arventa langsung saja meninggalkan Gladys.

"Dasar temen resek lo ya Ar!" sorak Gladys kesal, sedangkan Arventa hanya tertawa sambil berlari dengan posisi membalik.

Ketika Arventa ingin membalikkan badan, tiba-tiba kakinya tidak sengaja memijak tali sepatunya sendiri dan itu membuat Arventa hampir saja terjatuh, dan dengan untungnya ada orang yang langsung menangkapnya agar Arventa tidak jatuh tersungkur.

"Fahri?" Ketika Arventa tahu siapa yang telah menolongnya, Arventa merasakan jantungnya berdetak begitu kencang, kenapa tidak? bahkan sekarang posisi mereka begitu sangat dekat, bahkan Arventa dapat merasakan hembusan nafas Fahri di wajah mulusnya.

"Kenapa hati gue jadi sakit gini ketika Arventa lagi ditolong sama Fahri?" batin Gladys sambil menatap Arventa dan Fahri dengan tatapan datar.

"Ya ampun Ar! Makanya kalo lari itu ngadep depan, bukan ngadep belakang. Satu lagi, tu tali sepatu bukannya diiket, ini malah dibiarin kayak gitu, hampir jatoh kan lo," cerca Gladys ketika sudah berada didekat Fahri dan juga Arventa.

Mendengar suara Gladys dengan reflek Fahri langsung membenarkan posisi Arventa dengan benar dan tidak lupa Fahri langsung menjauh dari Arventa.

"Ar lo nggak pa-pa kan?" tanya Gladys sambil memegang bahu Arventa.

Arventa tersenyum, "gue nggak pa-pa kok, untung ada Fahri, kalo nggak ada mungkin sekarang gue udah malu Dys, ditambah badan gue jadi sakit," ucap Arventa sambil melirik Fahri.

"Hm ... Makasih ya Fahri, udah mau tolongin aku," ucap Arventa sambil memeluk Fahri.

"I–iya, kalo gitu gue duluan yah." Dengan cepat Fahri langsung melepaskan pelukan itu dan bergegas menuju kelas.

Tapi, sebelum Fahri memutuskan untuk pergi, Fahri menyempatkan untuk menatap Gladys dengan tatapan yang mengisyaratkan kalau sudah masuk waktunya istirahat, Fahri harus bicara dengan Gladys.

Gladys hanya menatap Fahri datar, dan setelah itu Fahri langsung pergi begitu saja.

"Dys, gue mau ngomong sama lo," ucap Arventa sambil menarik tangan Gladys.

"Ngomongnya disini aja kali," sergah Gladys. Namun, Arventa tetap menarik tangan Gladys sampai ke rooftop.

"Ya elah, nih anak, kenapa harus disini sih?" gerutu Gladys.

"Ya ... Asikan disini sih dari pada tempat tadi," kata Arventa santai.

"Mau ngomong apaan sih Ar?" tanya Gladys yang mulai kepo.

"Tapi, lo harus jawab gue jujur ya," ucap Arventa meyakinkan Gladys. Mendengar itu Gladya langsung menelan salivanya dengan berat.

"Harus ya? Jan bikin gue gugup dong," ucap Gladys dengan raut wajah risih.

"Ya iya lah, lo kira gue bercanda?" ujar Arventa geram.

"Ya udah, apaan yang mau lo tanya nih?"

"Lo ... Suka ya sama Fahri?"

Bersambung👣
Jangan lupa vote dan komennya teman-teman
LopeYu😙

OKTOBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang