Part 7

57 10 0
                                    

Berhari-hari Gladys memikirkan Elno. Tapi, entah dengan Elno yang kini jauh darinya. Gladys seakan sudah putus asa untuk mengingat sejengkal kenangan yang pernah ia lalui bersama Elno. Rasanya, sudah cukup gadis itu menderita dengan keadaan yang ia rasakan.

Gladys menghela napas panjang. Ia harus kembali ke dunianya yang sempat gelap. Ia harus mulai terbiasa tanpa Elno.

"Bunda, Adys berangkat sekolah dulu ya," pamit Gladys pada ibunya yang sedang menyiram tanaman di pekarangan.

"Hati-hati, sayang!" ujar Bundanya lembut.

Bundanya turut prihatin dengan keadaan gadisnya yang akhir-akhir ini murung.

Gladys sudah duduk di halte. Ia sengaja berangkat pagi supaya mendapatkan bus dan tidak terlambat datang ke sekolah. Ramai siswa berseragam yang sama dengan Gladys. Jadi, ia tidak terlalu kesepian saat menunggu tumpangan.

"Hei!" sapa seorang lelaki yang tidak Gladys kenal.

Lelaki itu keluar dari mobil hitam dengan senyum yang tidak juga turun. Ia menghampiri Gladys yang masih terheran.

"Kamu siapa?"

"Oh, kenalin namaku Fahri," ucap lelaki itu tanpa basa-basi.

Gladys masih mematung, memerhatikan lelaki itu dengan seksama. Sepertinya, Gladys belum pernah bertemu dengan lelaki itu dan darimana lelaki itu berasal. Sungguh, ini menjadi tanda tanya bagi Gladys.

"Bareng aja yuk!" ajak Fahri. Gladys hanya mengangguk.

Fahri melajukan mobil menyusuri jalan kota. Hari ini tidak terlalu macet. Jadi, mereka bisa dengan cepat sampai di sekolah.

Eh?

Fahri satu sekolah dengan Gladys?

"Kamu pindahan?" ucap Gladys membuka percakapan.

"Yoi, bulan lalu aku baru aja pulang dari Singapura dan sekarang aku akan menetap di Indonesia," jelas Fahri. Gladys hanya mengangguk.

"Oiya, kok kamu tahu aku?" tanya Gladys. Ini pertanyaan penting dan membutuhkan jawaban pasti.

"Iya, sepupuku pernah cerita tentang kamu."

"Hah, sepupu?" beo Gladys. Who is he?

"Gak perlu kaget begitu, aku punya sepupu di Indonesia dan dia dekat banget sama aku," jelas Fahri seolah mengerti pikiran Gladys.

"Kalau boleh tahu siapa sepupumu?" tanya Gladys penasaran.

"Elno sarap!" kekeh Fahri.

"Oh, Elno .... " Gladys membeo. Sedetik kemudian dia tersadar. "Hah! Elno?"

"Iya."

"Elno Elmansyah?"

"Iya."

Mampus!

Gladys akan terus teringat dengan Elno jika harus berdekatan dengan manusia bernama Fahri ini. Bagaimana mungkin manusia ini datang di hidup Gladys?

Gladys merutuki nasibnya kini. Hari ini ia berniat untuk melupakan Elno. Tapi, takdir malah mempertemukan dia dengan ingatan tentang Elno.

Gladys memejamkan matanya seraya menghela napas panjang. Rasanya sesak sekali mengingat kenangan-kenangannya bersama Elno.

"Gak mau turun?" ucap Fahri dari balik kaca jendela mobil tempat duduk Gladys.

Gladys gelagapan mendengar suara itu. "Eh, udah sampai toh?"
Fahri hanya menggeleng pelan dan membukakan pintu mobil. Gladys keluar dengan seringaian kecut.

OKTOBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang