Part 14

17 2 0
                                    

Hari ini adalah hari yang benar-benar menguras tenaga dan air mata Gladys. Hari ini Gladys tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

"Kenapa jadi gini sih? Dimana salah gue? Padahal semua itu hanya kesalah pahaman doang," ucap Gladys sambil merengung ditrotoar jalan.

"Dan kenapa Arventa malah marah sama gue? Padahal Dia itu kan cuma temennya." Kali ini Gladys memutuskan untuk duduk dihalte karena sudah lelah berjalan dari tadi.

"Aduh, gimana ini? Besok sekolah juga ngadain persami lagi, kan sekarang kondisinya lagi nggak baik."

"Arghh! Kalo nggak pergi, gue bakal dapet hukuman, duh apes banget hidup gue."

Sibuk berbicara sendiri, tiba-tiba handphone Gladys bergetar yang menandakan bahwa ada pesan yang masuk, dengan cepat Gladys langsung membacanya.

Arventa :
Gue mau ketemu sama lo, ditempat biasa

Melihat pesan masuk dari Arventa Gladys langsung bergegas menuju tempat yang sudah sering ia tempati bersama Arventa.

Sibuk mencari angkutan umum, Gladys mencoba untuk memesan gojek, tapi sinyalnya saat ini tidak lah mendukung.

Disisi lain, sekarang Arventa sibuk mengotak atik handphone nya karena Arventa tidak tahu lagi mau melakukan apa, sebab Gladys sudah membuat Arventa menunggu lama.

"Lama banget sih tu anak, nggak tau apa udah dari tadi gue tungguin," gerutu Arventa.

"Arghh! Gimana sih ini? Apa gue lari aja kali ya?" tanya Gladys pada dirinya sendiri.

"Ahh! Gue lari aja deh, ntar dimana ada angkutan umum aja dah gue berhenti."

Dengan sigapnya Gladys berlari sekuat tenaganya agar sampai ketempat Arventa menunggu.

Sudah hampir 1 jam Arventa menunggu, tapi Glasys tidak juga datang untuk menemuinya, Arventa memutuskan untuk pergi dari cafe tersebut.

Lagi-lagi Gladys sudah membuat Arventa kecewa.

Cukup jauh juga Gladys berlari dan sudah cukup lelah juga untuk Gladys berlari, dirinya memutuskan untuk istirahat sebentar.

"Ah, capek, ini cafe masih jauh gak ya? Gue capek banget nih," ucap Gladys sambil menetralkan nafasnya.

Sudah merasa cukup untuk istirahat, Gladyas memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya, karena menurutnya cafe tersebut sudah tidak jauh lagi.

Namun, ketika Gladys berlarian, tiba-tiba saja ada seseorang yang mencoba untuk mencelakai Gladys.

Brugh!

"Awh, kaki gue! Duhh," rengek Gladys sambil membenarkan posisinya.

"Yah, jatoh!"

Mendengar ada yang bersuara, Gladys langsung melihat kearah sumber suara tersebut. Dan betapa terkejutnya Gladys saat melihat siapa yang barusan membuatnya terjatuh.

"Kenapa cantik?" tanya orang itu.

"Si-siapa kalian?"

"Oh iya, kita lupa, kita kan belum kenalan," ucap pria itu sambil tersenyum.

Gladys sangat merasa risih karena pria itu mencoba untuk mendekatinya.

Gladys berusaha untuk berdiri, karena Gladys ingin pergi dari kerumunan orang-orang itu.

Namun, ketika Gladys mencoba untuk berjalan menjauh dari kerumunan pria-pria tersebut, tiba-tiba tangannya dicekal oleh pria tadi.

"Mau kemana cantik?"

"Apaan sih! Lepas!" Gladys langsung menghempaskan tangan pria tadi hingga terlepas.

"Jangan pernah sentuh gue!" peringat Gladys.

Lagi-lagi Gladys mencoba untuk menjauh dari pria-pria tersebut.

"Jangan pergi dulu dong, kita butuh hiburan nih," kata salah satu pria-pria tadi.

"Apaan sih! Gue teriak nih!" Tidak peduli dengan ancaman Gladya pria-pria itu malah menertawakannya.

"Ini gue beneran teriak ya!"

"Silahkan nggak akan ada yang denger dan nggak akan ada yang peduli!" bentak salah satu pria tersebut.

"TOLONGGGG! SAYA DIGANGGUIN SAMA ORANG-ORANG GILA INI! TOLONGGGGG! YANG DENGER PADA BUDEK ATAU APA SIH!!?"

Sontak semua pria-pria itu langsung tertawa lepas.

"Lah, kalian kenapa ketawa hah? Hue nggak ngelawak ya!"

"Percuma lo teriak, nggak bakal ada yang denger,"

"Oh, kalian ngeremehin gue nih? Okey! Gue nggak bakal diam, gue bakal teriak sekeras mungkin biar kalian dihajar sama orang-orang yang denger teriakan gue!"

"Silahkan, nggak bakal ada yang denger,"

Kesal dengan remehan pria-pria itu, Gladys kembali mencoba untuk berteriak.

"TOLONGGGG! PAK SAYA DIGANGGUIN SAMA ORANG GILA INI PAK! BUK! HELLOW YANG DENGER TERIAKAN SAYA TOLONG BANTU SAYA!"

"Hah, hah, hah, capek juga teriak-teriak ya,"

"Gue boleh minta minum nggak?" tanya Gladys pada salah satu pria tersebut.

"Nih, makanya jangan teriak-teriak," ucap salah satu pria tersebut.

"Ah, lega, makasih ya minumnya,"

Sibuk dengam bercanda gurau dengan pria-pria tersebut Gladys sampai lupa dengan tujuannya.

"Lah? Itu bukannya Gladys ya?"

"Kok dia bisa sama cowok-cowok jalan itu ya?"

"Wah, gila tu cewek, pantes aja dari tadi gue tungguin dianya nggak dateng-dateng, ternyata dia ada disini!" ucap Arventa sambil tersenyum miring.

"Kesempatan yang bagus nih, gue foto dulu deh, biar lo semakin dibenci Fahri." Dengan cepat Arventa langsung memfoto Gladys bersama dengan kerumunan pria-pria jalanan itu.

"Gue kirim aja langsung nih."

Disisi lain.

"Wah gila kalian ya, hahaha,"

"Makanya kita ini nggak sejahat yang lo pikir, kita itu cuma pengen kenal banyak orang,"

Sibuk curhat satu sama lain, Gladys baru ingat akan janjinya dengan Arventa.

"Astaga!"

Sontak semua yang ada disana langsung terkejut.

"Kenapa lo?"

"Gue batu inget kalo gue ada janji sama temen gue, ya udah kalo gitu gue pergi dulu ya." Dengan bergegasnya Gladys langsung pergi begitu saja.

"Duh! Gimana ini? Apa Arventa masih ada disana apa nggak ya?" tanya Gladys pada dirinya sendiri.

Tidak butuh waktu lama akhirnya Gladys sampai ditempat tujuan, dengan cepat Gladys langsung mencari Arventa.

"Ar, maaf ya gue lama, soalnya gue tadi—"

"Tadi lo bercanda sama temen jalanan lo itu kan?" Sontak Gladys langsung membulatkan mata tidak percaya.

"Ma-maksud lo apa Ar?"

Tiba-tiba saja Fahri datang dari belakang Gladys.

"Udahlah nggak usah banyak tanya lo Dys, gue juga udah liat kok,"

"Ka-kalian tau dari mana?"

Fahri tersenyum miring, dan berkata, "dasar cewek murahan lo Dys!" Lalu Fahri langsung menarik tangan Arventa untuk pergi dari sana.

"Fahri tunggu! Ini bukan seperti yang lo lihat!"

"Udahlab Dys, awalnya gue mau maafin lo, tapi karna lo nggak ada berubah-rubahnya gue jadi ragu buat maafin lo Dys!" Tanpa mendengarkan penjelasan Gladys, Fahri langsung saja pergi dari hadapan Gladys.

"Maafin gue Dys," batin Arventa.

Bersambung,
Maap ya lama:)
Jangan lupa vote sama komennya gais:)

OKTOBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang