MAF 38

2.3K 157 39
                                    

Hari minggu pun tiba, seperti janji Ali kepada Prilly. Mereka akan ketaman menghabisi hari minggu dengan cara berjalan-jalan.

"Li aku mau es cream," pinta Prilly sambil duduk di bangku taman.

"Kamu tunggu di sini ya, aku beli dulu," ujar Ali dan segera berlalu membeli es cream tak jauh dari tempat mereka. Prilly pun mengeluarkan ponsel dari tas slempang yang di bawanya.

"Selfi ah," ucap Prilly dan membuka kamera untuk foto. Beberapa menit kemudian Ali pun enggak datang-datang.

"Ko Ali lama banget si," ucap Prilly sambil melihat hasil selfienya.

"Cantik banget si gue," lanjut Prilly dan memasukkan ponselnya ke tasnya. Prilly pun melihat ke arah tukang es cream yang Ali beli seketika Prilly membelakkan matanya.

"Itu Ali ngobrol sama siapa," gumam Prilly memincingkan kedua matanya.

"Jangan - jangan pelakor, gue harus samperin," lanjut Prilly dan segera beranjak dari duduknya.

"Ali," panggil Prilly yang membuat Ali menoleh ke arahnya.

"Ngapain aja lama banget," sinis Prilly sambil melihat seorang wanita yang berada di sebelah Ali.

"Ini yang punya warung lagi nukerin duitnya," ujar Ali sambil menghapus peluh Prilly.

"Perasaan kamu duduk doang, tapi ko keringetan," lanjut Ali yang di balas putaran mata Prilly.

"Jelas lah, orang lumayan panas," ketus Prilly.

"Maaf ya lama," ucap Ali.

"Li," panggil cewe di sebelahnya yang membuat Prilly menatapnya sinis.

"Siapa lo Li?" lanjutnya.

"Cewe gue," jawab Ali yang membuat Shinta melototkan matanya.

"Bukannya ade lo ya," ucap Shinta.

"Bukan Sin," kata Ali.

"Kalian kenal?" tanya Prilly pura-pura tak tau.

"Iya kita kenal, Ali sahabat gue di kampus, kenalin gue Shinta," ucap Shinta menekan kata sahabat yang membuat Prilly tersenyum simpul.

"Salam kenal ya, gue Prilly sahabat hidupnya Ali," kata Prilly menekan kata sahabat hidup.

"Baru pacarankan belum tentu nikahan," ucap Shinta yang membuat Ali dan Prilly menatapnya tajam. Shinta yang merasa di tatap seperti itu pun merasa takut, tapi tak perduli dengan rasa takutnya di bandingkan rasa tak relanya. Shinta pun melanjutkan ucapannya.

"Ehm, banyak kan kaya gitu, pacaran belum tentu nikahan," lanjut Shinta.

"Sahabat ya sahabat enggak usah berharap lebih," ketus Prilly.

"Lah apa urusannya sama lo, percayakan kalo persahabatan anatara cowo dan cewe enggak bakal tumbuhan perasaan lebih dari kata sahabat," ucap Shinta yang membuat Prilly naik pitam dan Ali menatapnya tajam.

"Maksud dari ucapan lo apa? gue bakal suka gitu sama lo? Jangan harap!" sinis Ali dan segera menarik tangan Prilly.

"Li kembaliannya," ucap Prilly saat mereka sedang jalan sambil memakan es creamnya.

My Annoying FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang