Episode 5

30 10 0
                                    


Hari Rabu yang indah. Langit pagi ini di selimuti oleh awan berarak yang memenuhi langit, bak berada di bawah lautan. Aku dan ayah ku jalan jalan pagi berkeliling desa. Ayah memakai jaket Yang lebih tebal dari ku. Sementara aku hanya memakai jaket hoodie yang kurang tebal.

Ayah mengajak ku mampir ke Minimarket sebentar, katanya mau membeli air putih karena tadi kami tidak membawa bekal air putih. Sementara aku memutuskan untuk menunggu di luar saja

Aku mendongak memandang langit yang sangat biru dan di hiasi awan berwarna putih, indah sekali. Lalu aku melihat sawah para penduduk yang mata pencarian nya petani. Aku berjalan mendekati sawah tersebut

Kabut radius beberapa meter menghalangi mataku, sehingga aku tak dapat melihat hingga ke ujung rumah para petani hanya samar samar saja

"Seperti nya mereka tak menanam padi" gumam ku sambil menatap persawahan yang tidak di tanami padi

"Ayo yurika chan!" Ucap ayah bersemangat sambil menyodorkan sebotol air putih yang dingin

"Tunggu, kenapa air nya dingin ayah?"

"Eh?"

"Kan sekarang musim dingin, masa aku mau minum air dingin, brrrrrr" ucap ku membayangkan ketika meminum air ini

"Sudah jangan banyak komentar ayo kita lanjut jalan nya"

Jawaban yang tidak menyenangkan. Aku hanya mendengus kesal menatap punggung ayah yang berjalan duluan di depan ku

Masih terdapat salju di sisi kanan dan kiri jalan, sehingga kami berjalan harus hati hati agar tidak terpeleset

Satu dua Pengemudi motor lewat menyapa kami, kami juga balas menyapa mereka seramah mungkin. Sepertinya penduduk desa ini ramah

Setelah melewati jalanan di antara dua sawah di sisi kanan dan kirinya, kami terus berjalan lurus hingga bertemu perempatan.

"Ayah masih jauh?" Tanya ku sambil menyeka keringat di dahi ku

"Sebentar lagi juga sampai, minum dulu air putih mu sekalian kita istirahat sebentar di sini" ucap ayah sambil membuka tutup botol nya
Aku mengangguk

Eh? Seriusan nih minum air dingin? Ayah lagi gak bikin lelucon kan? Ucap ku dalam hati

Aku meneguk air yang tadi ayah berikan kepada ku. Gawat dingin banget. Dingin nya sampai membuat ingus ku meler.

"Eh? Yurika kamu flu?" Tanya ayah khawatir

"Gak, aku baik baik saja. Hanya karena musim dingin yang ditambah air dingin" ucap ku sambil menyodorkan botol yang sudah berkurang setengah

"Haha.. katanya tadi ragu ragu mau minum, sekarang malah mau minum" ledek ayah sambil tertawa
Aku tak menghiraukan nya dan segera bangkit dari tempat ku duduk, di trotoar.

Ayah memilih jalan sebelah kanan. Terdapat sebuah taman di sebelah kiri ku dan perumahan di sebelah kanan ku. Pohon pohon di taman tersebut sama seperti di rumah ku, tidak ada daun nya bak sudah mati

"Nah, sebentar lagi kita akan sampai, lihat bangunan itu yurika" ucap ayah sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan di samping taman tadi

"Jadi itu sekolah nya?"

"Ya"

Syukurlah sudah hampir sampai, sehabis ini aku sudah bisa bernafas kembali. Ayah berlari lari kecil di depan ku sambil terus berjalan menuju ke sekolah baru ku, aku hanya menonton nya dari belakang dan berjalan agak lesu

"Ayo yurika kamu harus lari juga, keluarkan jiwa muda mu! Joging, joging joging"  teriak ayah, untung nya gak ada orang yang denger teriakan ayah

Semangat masa tua yang keren, tak seperti anak mu ini yang pemalas dan tak memiliki semangat seperti nenek nenek yang sudah tak punya energi ucap ku dalam hati

Diantara Dua Dunia「二つの世界の間」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang