Episode 9

26 9 0
                                    

Jam beker ku berdering kencang sekali nyaring di kuping ku. Berisik sekali padahal sekarang baru saja pukul tujuh pagi--ha? Tujuh pagi?. Ketika aku baru menyadari bahwa sekarang sudah pukul tujuh, aku langsung berlari ke kamar mandi. Masa bodo dengan futon ku yang masih berantakan.

Lima menit kemudian aku sudah selesai mandi. Cepat bukan? Aku langsung berlari ke ruang tamu dan langsung memasak Mie cup yang ada di dalam kardus. Syukurlah ada mie cup instan ini. Aku sungguh sangat bersyukur.

"Selamat makan" ucap ku sambil menepuk kedua tangan ku dan langsung menyeruput mie yang sangat enak ini.

Kuah nya yang hangat membuat suasana pagi yang dingin ini menjadi hangat. Sangat benar benar nikmat. Tapi ketika aku tak sengaja melirik ke jam dinding sudah pukul setengah delapan lewat lima menit. Gawat! Aku belum memakai kaus kaki dan belum mengambil tas.

Mie cup yang ku makan ludes habis oleh diri ku yang kelaparan. Aku segera berlari menaiki anak tangga dan menyiap kan buku untuk mata pelajaran hari ini lalu turun menuruni anak tangga dan berlari menuju rak sepatu.

Ketika aku membuka pintu. Angin dengan suhu lima derajat celsius menusuk tulang ku. Aku hanya memakai jaket hoodie dan syal yang tipis pula. Salju sedang turun memnuhi langit. Tumpukan salju setinggi mata kaki memenuhi halaman rumah ku. Aku mengunci pintu ku lalu berangkat ke sekolah.

Semoga saja tidak telat. Gara gara musim dingin aku berjalan lebih lambat dari biasa nya. Salju pagi ini adalah salju yang memenangkan rekor salju terlebat yang turun di pagi hari. Sungguh tak beruntung nya aku di hari ini.

                                     ***

Syukurlah aku tak telat sampai kelas. Hanya saja bel masuk berbunyi satu menit setelah aku masuk ke kelas.

"Selamat pagi yurika yang sering terlambat" ledek hideki.
Aku hanya melirik hideki lalu segera membersihkan rambut ku yang di penuhi butiran salju. Salah ku juga aku tak membawa payung.

"Haha sombong amat pagi pagi" hideki meledekku lagi

"Sudah sudah hideki" lerai Miena

"Aku hanya bercanda Miena" sanggah hideki.
Masa bodo dengan percakapan mereka yang tak jelas sama sekali, pagi pagi sudah garing.

Bu layla masuk ke dalam kelas dengan tatapan sinis. Suasana kelas yang tadi nya berisik Sekarang menjadi lenggang. Itu sih karena mereka takut pada bu layla dia memang terkenal galak dan tegas tak pernah sama sekali tersenyum. Beliau Guru di bidang bahasa inggris. Ya.. begitulah guru galak.

"Baik anak anak keluar kan buku bahasa inggris kalian. Ohh ya kumpulkan buku pr bahasa inggris kalian ke meja guru. Ketua kelas silahkan ambil buku teman teman mu dan kumpulkan di meja" ucap bu layla datar.
Aku segera merogoh tas tenteng ku yang berwarna biru tua ini. Syukurlah aku membawa buku nya, hari yang menyenangkan.

Tapi sial nya aku tak membawa buku bahasa inggris nya. Tertinggal di meja belajar. Bagaimana ini?

Aoki sudah menghampiri tempat duduk ku. Ia mengulurkan tangan nya meminta buku Pr bahasa inggris ku di kumpulkan. Aku memberikan buku ku kepadanya. Lalu aku mau menulis materi bahasa inggris hari ini dimana?

Semua buku pr bahasa inggris sudah tersusun rapih di meja guru. Aku masih merogoh tas ku. Ah sudah lah aku menyerah, aku mengambil buku sastra jepang ku dan menulis negeri hari ini di buku ini. Masa bodo kalau di cek apa kah aku mencatat materi hari ini atau tidak. Aku pasrah saja.

                                   ***

Perutku sudah berbunyi. Padahal bel istirahat pertama belum berbunyi. Ayo lah aku sudah lapar ni, Buruan istirahat. Di depan bu ayumi guru sastra jepang sedang menerangkan materi yang baru saja beliau tulis. Sekitar lima menit lagi bel akan berbunyi. Tch.. lama sekali.

Diantara Dua Dunia「二つの世界の間」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang