Awal Mula

5 2 0
                                    




[TANIA]

KARYA SENI

Sebuah tulisan kapital yang baru saja ditulis dipapan putih itu membuat gue kembali fokus. Tidak, bukan. Bukan pada tulisan itu, tetapi pada kertas yang di tangan gue yang didalamnya tertera sebuah coreta dengan makna yang dalam.

''menurut kihajar dewantara seni merupakan segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan bersifat indah.''

.....

....

[AUTHOR]

Bu seyna, salah satu guru seni yang mengajar disekolah Tania terdengar sedang memaparkan materinya didepan kelas, walaupun begitu, Tania tidak memperduikannya. Ia masih saja sibuk dengan kertas itu. Dengan lihai ia menggoreskan pensilnya, menggambarkan suasana hati yang sedang ia rasakan saat ini. Selalu seperti itu.

''di sekolah kita ini banyak sekali ya, karya seni yang bisa kita lihat. Misalnya taman depan itu, indah kan? Itu merupakan salah satu contoh seni''

Sesekali ia melihat kearah depan dan mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kelas. Teman temannya sibuk mendengarkan pemaparan bu Seyna.

''huaaaaaa'' Tania menguap tanpa menutup mulunya. 'sangat membosankan'

''TANIA!!'' panggil bu Seyna dengan nada tinggi

Namun Tania tidak menjawab bahkan tidak merespon apapun. Dia masih sibuk dengan pensil dan kertasnya. Bu Seyna yang melihatnya tampak geram. Dia berjalan menuju tempat duduk Tania, sampai bu Seyna didepannya, ia masih saja sibuk sendiri. Puluhan pasang mata sudah tertuju padanya, ekspresi heran terpampang diwajah mereka. Kenapa dia bisa secuek dan sesantai itu ketika keadaan seperti ini?

''apa ini!!?'' Tanya bu seyna mengambil kertas Tania secara tiba tiba.

Masih seperti tadi Tania tidak meresponnya. Tangannya mengencangkan pegangannya dan mengetuk ngetukkan pensil itu ke meja hingga menimbulkan suara yang cukup kencang.

''dasar anak aneh. Dari tadi saya jelasin materi kamu sibuk sendiri dengan ini''

Srekk srekkk

Kertas yang sudah berisi lukisan itu sudah terbagi menjadi empat bagian.

''coba kamu jelasin apa itu seni!?'' Tanya bu Seyna mengetes

Semua wajah menegang,kecuali Tania. Dia masih dengan ekspresi yang datar tanpa melihat kearah bu seyna sedikitpun dan tanpa menjawab sepatah katapun. Dengan perlakuan tania yang seperti itu, bu Seyna sudah benar benar naik pitam..

Dia tampak menaruh kertas itu kehadapan Tania dan membalikan badan berjalan menuju depan kelas. ''kan benar,, mana bisa orang seperti kamu menjelaskan hal yang bahkan simpel kaya gitu ''

Tanpa ada yang sadar, rahang Tania sudah mengeras, bahkan didalam sana gigi atasnya sudah beradu dengan gigi bawah sejak tadi.

Tania menarik napasnya ''seni menurut plato adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya.'' Dia menjawabnya dengan lantang membuat bu Seyna membalikkan badannya lagi kearahnya.

'' menurut leo Tolstoy seni adalah ungkapan perasaan pencipta yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan pelukis'' suaranya bertambah lantang. napasnya tampak terengah engah menahan emosi yang sudah membara. Teman temannya melihat kearahnya tak percaya dengan apa yang dikatakan Tania, bahkan bu Seyna juga nampak terkejut.

''menurut thom....''

''CUKUP!!'' potong bu seyna dengan lebih tegas.

''jadi salah kalau taman itu merupakan karya seni. Kalo benar itu adalah karya seni, tukang taman sekolah udah jadi seniman dong bu'' lanjut Tania tanpa sedikitpun rasa takut.

''hahaha'' seru semua murid yang ada dikelas itu

''DIAM!!!'' bentak bu seyna membuat semua murid menundukkan kepalanya takut.

Tania yang merasa dirinya tidak bersalah enggan untuk minta maaf walaupun bu seyna adalah gurunya sendiri. Dia tidak peduli dengan apa yang selanjutnya akan terjadi.

****

''.....''

''...''

Tania tampak duduk diruang tunggu depan ruang kepala sekolah. Didalam sana sudah ada bu Seyna yang masih berdiskusi dengan guru BK dan kepala sekolah tentang hal yang baru terjadi.

''...kan kalau gitu dia tidak menghargai saya''

''...''

''...''

Sudah lama Tania menunggu namun namanya tak kunjung dipanggil . Matanya tertuju pada papan informasi yang tertera disana. Tangannya mulai meraih sepidol biru dari tasnya dan beralih menambahkan coretan-coretan disana.

''gambar apa ?''

Tanpa menjawab Tania masih melanjutkan coretannya.

''ohhh balon''

Merasa dirinya terganggu Tania kembali duduk dikursi tunggu tanpa menggubris cowo disampingnya.

[TANIA]

''ohh balon'' kata cowo itu so tau dengan coretan coretan yang gue buat.

Entah siapa dia, yang jelas gue tidak mengenalnya dan TIDAK MAU mengenalnya.

Cowo itu tampak seumuran dengan gue, mungkin dia juga siswa sekolah ini, nyatanya dia memakai seragam sekolah. Penampilannya juga terlihat rapi, dengan kancing baju paling atas ikut dikancingkan membuatnya terlihat tambah cupu.

''kenapa sampai dipanggil keruang kepala sekolah?'' Tanya cowo itu lagi

Gue agak membenarkan posisi duduk gue dan sedikit menjauh dari cowo yang ikut ikutan duduk itu.

Setelah duduk cukup santai, cowo itu menoleh kekiri, kearah gue yang duduk tepat disebelahnya, lalu menyengir. Sebuah senyum jenaka yang gue tahu persis bukan waktu yang tepat untuk menunjukkan senyum selebar model iklan pasta gigi seperti itu.

''teh kenalin namaku Anta teh'' lanjutnya sambil menepuk pundak gue.

''GAUSAH PEGANG PEGANG!'' bentak gue yang ternyata mengangetkannya. Padahal gue piker itu belum seberapa. Tetapi mungkin nada bicara gue yang dengan jelas memberitahukan pada seisi jagat raya kalau gue itu judes, soliter, menyebalkan.

Apalagi ini!!!! Setelah guru yang menyebalkan itu, gue harus dihadapkan dengan cowo cupu ini? Oh my god.

''oh iya teh maaf atuh'' jawabnya gugup.

''APA LAGI TETE TETE !'' kata gue menjauhkan badannya.

''aduhh bukan gitu.. teteh pake H. itu bahasa sunda, artinya kaka'' jelasnya

Tanpa menghiraukannya gue langsung cabut meninggalkan cowo cupu itu


ANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang