''wahh,, tempat ini indah sekali''
''iya ger,, udaranya juga sejuk'' ujar tania membuka kaca mobil diikuti gery.
Udara sejuk dengan wangi alami menusuk hidung mereka berdua. Minggu ini tania dan gery pergi ke tempat itu. Sesuai dengan janjinya minggu lalu.
Sebuah tempat yang sudah lama tak dikunjungi tania. Walaupun begitu, tempat ini tampak sama. Tak memiliki perubahan yang signifikan. Mungkin karena tempat ini tak diketahui banyak orang.
''itu tempatnya'' tunjuk tania ke sebuah rumah kayu yang tak jauh lagi.
''oke''
Sebuah rumah kayu yang memiliki ribuan kenangan tania bersama orang yang sangat menyayanginya.
Tania tampak merongoh kunci di dalam tasnya. ''eh benat bentar ko ga ada ya''
''waduuu kebiasaan nih, mesti lupa'' gery sedikit meledek
Tania masih serius mencarinya dan...
Kedua bibirnya menyeringai ''ada wleeee'' dengan menjulurkan lidahnya kembali meledek dan membuka pintunya
Krekkkk
Tumpukan meja dan kursi kayu yang tampak berdebu menyambut kedatangan mereka. Sebagian lukisan lukisan tania masih terpajang di dinding, tampak kusam dan berdebu
''emang tempat ini gaada yang bersihin ya tan?'' Tanya gery
Tania menoleh kearahya ''mmm''
''Padahal tempat ini sangat strategis loh''
''dulu ada orang suruhan papa yang merawat tempat ini'' jawabnya ''mungkin orang itu udah gak ngurusin lagi''
Gery diam, tania juga memilih diam.
Mereka berdua kembali melihat sekeliling rumah ini terutama tania. Pikirannya kembali flashback ke kejadian beberapa tahun lalu. Ketika orang yang menyayanginya masih ada untuk tania.
Ketika itu papanya baru saja pulang kerja, tania diajak keluar untuk jalan jalan. hanya mereka berdua.
Tania yang awalnya bingung kenapa ia dibawa ketempat yang sepi berubah menjadi senang ketika papanya memberi tahukan bahwa tempat itu untuk tempatnya berkarya. Disini ia dibebaskan untuk melakukan apa saja tanpa akan kena marah mama dan saudaranya.
''tan ini papa kamu?'' Tanya gery yang tampak mengamati foto usang yang menempel di diantara deretan lukisan tania
Tania menghampiri gery ''iya, ini papa'' jawabnya dengan sedikit mengelap debu yang menutupinya.
Kerinduan adalah kerinduan, obatnya hanya bertemu. Matanya semakin berkaca kaca ketika wajah itu makin jelas dimata.
''tan tunggu deh.'' Gery mengangkat bicara ''bukannya ini anta?'' Tanya gery menunjuk orang yang sedang membelah kayu bakar dibelakang papa tania.
Tania mengerutkan dahinya. Mengamati foto orang yang sudah tak dipedulikannya lagi setelah kejadian waktu itu. Tania mengusap debu yang menempel untuk memperjelasnya, ya, orang itu anta
''kenapa dia ada disini?''
''jangan jangan.....''