''ma, aku kan lagi ngelanjutin kuliah kedokteranku di Australi, jadi aku ga bisa tinggal disini terus.''
'' mama juga harus ke malaysia buat ngurusin butik butik mama disana'' jawabnya santai
''lah terus? Siapa yang mau ngurusin Tania?''
'' ya kamu lah cer.''
''tapi kan aku juga harus ngelanjutin kuliah arsitek aku'
Tania mempercepat langkah kakinya. Berpura pura tidak mendengar percakapan yang baru saja terjadi di depan matanya. Niatnya untuk memperbaiki hubungan dengan keluarganya lenyap dengan seketika.
Tania menatap mentari yang sudah melambung tinggi, langit yang kini berubah menjadi biru dengan sedikit awan membentuk labu tak membuat perasaan tania membaik. Mood tania hari ini sangat buruk. Tania lagi dan lagi dibuat sakit hati oleh omongan keluarganya. Bayangkan saja dengan jelas disana mereka mengaku tidak mau mengurus tania?. Yang lebih parah, bukan sekali itu saja.
'gue bukan anak kecil yang harus kalian urus. Gue juga bisa ngurus diri gue sendiri' gumam tania.
''teh tatan!''
Tania tak merespon suara itu.
''teh tatan kenapa?, ko pucet? Teh tatan sakit?'' Tanya anta khawatir.
''udah lah ga usah so peduli'' jawab tania jutek
''ngga ko teh engga'' jawab anta.
''teh gimana kalo kita main ke kebun ,,,nanti disana teteh bisa sambil ngelukis..''
...
''nanti aku bawa nasi telor orak arik deh''
...
''enak loh dimakan dialam terbuka kaya gitu.''
''ayo'' jawabnya malas
**
Udara sejuk dengan dedaunan hijau seperti menjadi energy baru bagi tania. Suasana nyaman yang dirasa membuat mood nya kembai membaik. Ditambah lagi dengan wangi nasi telur yang dibawa Anta telah merebak memasuki hidungnya, membuat isi perutnya kosong.
''nih teh aku siapin, ''
Tania melihat nasi itu dengan mata berbinar dan sudah jelas siap menghabiskannya
''hok atuh dimakan, diliatin doang mah gabakal kenyang''
Dengan sigap tania langsung menyerbu makanan itu.
Suapannya terhenti ketika menyadari Anta hanya melihatnya makan. ''kamu ga ikut makan,, enak loh makan disini, gakaya dirumah''
Kedua bibir anta mengembangkan senyuman.''teteh aja, anta tadi udah makan''.
. Senyum yang manis. Benar benar manis dengan hidung mancung dan alis tebalnya, sepertinya tania baru menyadari itu
Tak membutuhkan waktu lama untuk menghabiskan makanan itu. Tania sejenak memejamkan matanya menghirup udara dalam dalam.
Disisi lain, cerli yang melihat anta dan tania duduk dikebun dengan beralaskan tikar heran.
''anta''
''anta''
Anta menoleh dan berjalan menuju kearahnya.
''kalian berdua ngapain disitu''
''piknik teh''
''hah? Piknik?yang bener aja'' katanya tak percaya
''iya,, teteh mau gabung? Tapi makannya udah abis teh'' ajak anta
''gak lah. Lagian piknik tuh ke gunung sekalian pemandangannya bagus.. lah ini Cuma deket rumah''
''ini juga ada the.. ada sungainya, ada air terjun, ada batu batu besar..''
''stop deh ta.. kanyanya lo mulai ketularan tania deh'' potong cerli
''ih teteh mah gak tau,, itu namanya imajinasi teh''
''ah masa bodo.. gue mau pergi''
''gaikutan aja teh?''
''sory ga evel'' bantahya sambil pergi
Anta hanya bisa menggaruk kepalanya yang ga gatal ''padahal seru''
Dengan perlahan anta menghampiri tania yang sibuk sendiri dan bersembunyi dibalik pohon dekatnya.
''loh,, perasaan tadi udah dibawa''
Anta tampak terkekeh melihat tania yang mencari barang yang sekarang dipegangnya.
''biruuuu'' seru anta menyodorkan cat berwarna biru yang sedang dicari oleh tania.
''loh.. ko dikamu''
''Hahaha iya lah''
''oh jail ya'' ujar tania dengan badan yang siap mengejar anta kedua tangan yang siap mencubitnya..
''eitss gabisa gabisaa''
''awas yaa'''
''hahaha''
tetaplah seperti ini