Kelulusan sekolah telah usai seminggu yang lalu, benar kata tania, dia dan anta menjalin kerjasama untuk mengelola usaha lukisnya.
Tak ada yang bisa membantah terhadap rencananya. Dengan perjanjian darah yang dilakukan itu, bisa saja tania lebih nekat jika diurungkan.
Semua hasil karya tania dipajang dan disusun secara rapi diruang bawah, itu adalah tugas anta. Termasuk menyiapkan alat dan bahan untuk tania melukis, bahkan yang bertemu dengan pelanggan pun anta. Dengan otomatis dia yang harus menjawab pertanyaan pertanyaan yang diutarakan mereka.
Tugas tania hanya melukis saja. Semua urusan yang lain diserahkan pada anta.
Sudah sekitar sebulan anta mengelola usaha itu, dan hasilnya lumayan bagus. Selain offline, anta juga menggunakan social medianya untuk memamerkan lukisan tania. Semuanya berjalan lanca. Banyak orang orang yang tertarik dengan lukisan yang dijualnya. Mulai dari seniman sampai orang biasa yang membelinya hanya sekedar untuk pajangan diruang tamu.
Hingga pagi ini, anta sedang membersihkan debu-debu yang menempel sudah banyak orang yang berkunjung.
''eee selamat pagi'' kata seorang laki-laki yang membuat anta menghentikan kegiatannya dan membalikan badan.
Dilihatnya laki laki dengan baju kemeja berbalut jas yang terlihat rapih dan elegan. Di tangan kirinya beliau menenteng koper hitam dan tampang yang terlihat agak sombong.
Sudah jelas, dia bukan orang sembarangan. Anta harus memanfaatkan momen ini.
''eee,,,pagi pak. Ada yang bisa saya bantu?'' Tanya anta sopan
Laki-laki itu tampak mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ''lukisan ini anda yang buat?'' tanyanya
''bukan pak,, saya hanya bertugas untuk menjual lukisan-lukisan ini saja.'' Jawab anta apa adanya
''bisa saya bertemu dengan pelukisnya?''
''tap..''
''anta gue butuh cat warna biru'' potong tania yang berlari menuju anta
Semua mata melihat kearahnya ''ohh ini ya pelukisnya?''tanya orang itu.
''anta mana cat birunya?'' Tanya tania mencuekan pelanggan.
''ini ada yang ingin ketemu dulu the'' jawab anta membat tania menatap sinis pelanggan itu.
''lukisan anda bagus, kita bisa bekerjasama agar lukisanmu cepet laku'' tawar pelanggan
Tania hanya menatap tanpa arti tak merespon tawarannya
''lukisan lukisanmu mirip dengan masaccio di italia, sangat mirip malah...''katanya sambil mengamati lukisansatu persatu.
''yang satu ini malah sama persis'' lanjutnya
''maksud anda,, gue itu plagiat?''
Pelanggan itu terlihat terkejut ''saya Cuma bilang sama''
''jadi iya maksud anda saya itu plagiat?'' Bentak tania
''PERGI!!!'' bentak tania
''PERGI!!!'' bentaknya lagi karena melihat orang itu masih didepannya
''GUE GAK MAU KETEMU ORANG ORANG LAGI!! GUE GAK MAU NGELUKIS LAGI!!'' teriak tania sambil berlari menuju atas dengan mata yang sudah berkaca kaca.
''the jangan gitu tehhh'' seru anta berlari menyusul tania
''tehhhh''
''tehhh''
Anta yang terus memanggil tak gue hiraukan. Inilah kenapa sejak awal gue gak mau berurusan dengan orang.
Gue mempercepat langkah menuju kamar yang berada diatas, lukisan lukisan yang ada didekat gue melayang satu persatu keluaran sana. Gue gak peduli lukisan itu mengenai apa.
''tehhh,,,berhenti teh''
diujung tempat tidur ini gue duduk dan mengatur napas yang terasa sangat engap dirasa. Sejenak melihat keujung kamar dan meraih sesuatu yang menurut gue bisa sedikit menyembuhkan. Mata gue tak berkedip menatap wajah itu, wajah yang sangat gue rindukan. Papa
Lukisan special yang gue buat ketika ia masih hidup.
''sabar teh'' kata anta yang ternyata udah duduk disebelah
Dengan tampak ragu anta mengalungkan tangannya keleher gue.
''kenapa ta,,, kenapa papa udah ngga ada''
Anta mengeratkan rangkulannnya tanpa bergeming.