Hari kian sunyi seiring dengan rembulan yang tampak meninggi. Anta baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih terlihat basah. Ia baru beberapa langkah melewati pintu, berjalan menuju tempat tidurnya untuk merebahkan tubuhnya saat lagi lagi sakit kepala hebat menyerang. Sakit kepala serta mual tak tertahankan. Pria itu nyaris terjatuh jika saja dia salah melangkah.
Sesekali ia memegangi kepalanya yang kian menyerang. Ia teringat sudah beberapa bulan ini anta sengaja tidak memeriksakan dirinya ke dokter. Ia sudah terlalu bosan dengan berbagai macam obat bahkan tubuhnya yang sering menerima suntikan.
''antaaa''
Sebuah teriakan yang membuatnya mengurungkan niat untuk merebahkan diri.
Teriak seseorang yang sangat familiar dengannya. Tania.
Saat itu juga anta tidak menghiraukan rasa sakit yang menggerogoti kepalanya. Dengan perlahan ia berhasil sampai didepan pintu dan membukanya.
''antaaa''
''anter aku kerumah gery,, ''
''aku gatau kenapa. Aku gabisa tidur kepikiran gery ta''
Satu persatu rengekan itu keluar dari mulut tania.
Ekspresi bingung yang kini berubah menjadi senyum terulas diwajah anta
''kok malah senyum senyum gitu. Ayo anter ta'' Tarik tania
Tak mungkin ada penolakan dari anta ketika misi anta berhasil dilakukan.
Akhirnya waktu yang ditunggu sudah tiba
''anta tau teteh kenapa'' ucapnya membuat tania menghentikan langkah tania
''apa?''
''teteh sedang jatuh cinta''
tania tertawa dengan terlalu keras sehingga ia buru buru menutup mulutnya.
Tunggu dulu.
Tania menghentikan gerakannya, ia menatap anta sesaat. Sepersekian detik, lalu mengalihkan pandangannya kesembarang arah
Jatuh cinta
Benarkah saat ini ia sedang merasakan jatuh cinta? Rasa yang sering anak muda rasakan? Apakah kini ia sedang merasakannya juga?
Anta menatap tania parau. Ia harusnya senang karena misinya sudah tercapai tapi kenapa hatinya berkata lain?.
Hatinya seakan terhantam batu besar. Sesak, sakit, perih yang dirasa. Waktu seakan berhenti saat itu juga. Walaupun begitu, otaknya tetap mengatakan
lo harus bahagia