Angin malam berdesir menggoyangkan pohon diluaran sana. Suhu yang lebih dingin dari biasanya tak menghentikannya untuk berkarya sekaligus membagikan perasaannya.
Sudah hampir satu jam Tania asik dengan meja belajarnya. Upss, bukan meja belajar, tetapi meja melukis. Yapsss karena disini tania bukan belajar tetapi melukis. Menurutnya melukis adalah hal yang sangattt membahagiakan.
''biru,, hijau,,,air,, pohon...''
Tangannya menari narikan kuas yang dipegang .''Apa ya?'' tanyanya pada diri sendiri.
''mmm'' kedua matanya memandang langit langit, seakan disana tergambar sesuatu yang sangat indah.
''ahhh ikan ''
Tania langsung melukisnya dengan rapih sampai lukisan itu benar benar mirip dengan yang nyata. Tidak hanya satu atau dua yang sudah dia lukis, tetapi puluhan bahkan ratusan. Dan semua itu adalah ungkapan rasa kecewa, sedih, bahagia, gelisah bahkan rindu yang dirasakannya.
Namun semua itu dirasanya kecewa karena tidak ada orang yang mengerti dengan hal yang tersirat didalamnya.
Tania berharap suatu saat nanti Tania bisa menemukan orang yang mengerti tentang dunianya. Ya, semoga saja.
''tania!!''
Tok tok tok
Seorang cowo sudah berada dibalik pintu rumahnya.
''TANIA!'' suara cowo itu terdengar lebih keras.mungkin karena dia tidak direspon oleh adeknya sendiri yang jelas jelas ada didalam sana dan pasti mendengarnya.
TOK TOK TOK Suara ketukan yang terdengar kasar.
''TANIA! BUKA PINTUNYA!!''
Siapa lagi kalau cowo itu bukan galang. Galang Nugraha, kakak pertama Tania.
''males'' ucap Tania lirih dan dipastikan tidak terdengar.
''biar bibi saja''
''yaudah cepet''kata galang sedikit ketus. Dan memundurkan tubuhnya.
''non. Buka pintunya non. Bibi sudah bawain nasi telor orak ariknya non.''
''yess'' kata Tania mengepalkan tangannya
Dengan sigap Tania membuka sedikit pintu. Ya hanya sedikit. Yang penting piring itu masuk ke rumahnya.
Saking tidak inginnya dia berinteraksi dengan orang lain, Tania memilih tinggal sendiri dengan rumah minimalisnya. Walaupun jarak yang cukup berdekatan dengan rumah ibunya, tetapi ini membuatnya lebih leluasa.
''nih'' katanya menyodorkan piring pertama dan satu porsi lagi sudah siap disantap.
Selain suka melukis, Tania juga suka Nasi telor orak arik, bukan suka lagi tetapi suka banget. seolah tak ada rasa bosan, hampir setiap hari makanan itu masuk ke perutnya.
Setelah ia berhasil mendapatkan satu porsi makan Tania langsung menutup pintunya rapat rapat dan memastikan tidak ada orang yang bisa nyelonong masuk keruangannya.
****
Matahari yang bersinar terik membuat siswa siswi SMA Panca berebut membeli minum dikantin. Begitu juga dengan Tania, ia terlihat datang lebih awal. Dia tengah duduk santai dengan buku lukis yang tak pernah ketinggalan kemanapun ia pergi.
''teh tatan. Lagi apa disini?'' Tanya nya dengan sopan
''ohhh anta tau, pasti teh tatan laperkan?'' lanjutnya walaupun diacuhkan lagi dan lagi
''teh tatan jangan diem terus atuh, anta jadi bingung mau apa''
''yaudah deh, kita makan yu, nih....''
''ingat!!! Satu, jangan panggil gue teh tatan,'' katanya sambil menekuk jarinya satu persatu.
''dua, gue gak mau berurusan sama lo'' Tania sedikit menahan napasnya ''tiga, gue gak mau makan makanan lo'' lanjutnya sambil menutup buku dan beranjak pergi.
Anta mulai membuka wadah yang dibawanya''nih anta bawa rendang, terus ada tahu berontak, ada balado telur'' lanjutnya tak peduli Tania sudah mau pergi ''dan ada krupuk enak banget dimakan sama nasi telor orak arik,, uhhhh'' lanjutnya.
Tania menghentikan langkahnya, mengurungkan niatnya untuk meninggalkan cowo udik itu karena satu makanan itu.
Tania membalikkan badannya dan siap untuk menikmati hidangan yang sudah menggiurkan itu.
''teh tatan, dia juga mau ikut makan.'' Kata anta menunjuk cowo yang sudah disampingnya
Tania terlihat kurang setuju, namun melihat makanan yang dibawa sangat banyak dan tidak mungkin dihabiskan oleh mereka berdua, Tania menganggukkan kepalanya.
Satu persatu teman anta berdatangan dan bergabung untuk makan bersama
Anta tersenyum melihat Tania memakan masakannya dengan lahap. Sebuah awal yang baik.
Eitss tunggu dulu, bukan hanya Tania yang makan lahap, tetapi teman temannya yang lain juga.
''mmm enak banget ta'' kata salah satu temannya
''iya ta, bener''
''iya ta,, kenalin ya gue romli''
''sumpah ta, enak banget''
Kata teman temannya bersahutan dan kembali melanjutkan makannya.
'' eh jangan dihabisin'' celetuk Tania
Anta menoleh kearahnya ''tenang aja masih banyak. Kalo perlu setiap hari anta bawain'' katanya dengan senyum tipis.
Tania tidak merespnnya dan tengah menikmati nasi telor orak arik itu lagi.
''oh iya, selamat ulang tahun teh tatan'' sambungnya singkat.
Mendengarnya berbicara seperti itu, Tania menoleh kearahnya. Seperti ada kata kata asing yang masuk ketelinganya.
Bagaimana tidak, ini pertama kalinya Tania diucapin selamat ulang tahun. Jangankan teman temannya, keluarganya pun tidak pernah ada yang peduli tanggal kelahirannya. Bahkan Tania sendiri juga melupakannya.
Sejenak ia memandang wajah udik itu dan kembali menyantap makanannya.
'bagaimana dia bisa tau hari ulang tahun gue'