🌻HT=Enam Belas🌻

663 44 2
                                    

🚫Warning!!🚫

Kalo nemu typo tandain ya, atau ada penggunaan kata yang salah😁

Happy Reading!!!

                       ||||||

"Heughh" Keene mengelus kepala Keno sesekali menciumnya ketika bayi itu mengeliat mungkin merasa terganggu dengan bisingnya jalanan yang didominasi dengan lakson kendaraan pengemudi tidak sabaran.

∆∆∆∆∆∆

Brak!

Seorang pria dewasa dengan setelan kasual menutup pintu mobil dengan cara membanting untuk menyalurkan rasa murka yang menggebu. Pria itu melangkahkan kakinya memasuki tempat pembawa mudharat dengan wajah yang merah padam dan kedua tangan terkepal. Pria itu adalah Keene, ya siapa lagi. Setelah menitipkan Keno kerumah orang tua Anaya, Keene langsung melesat menuju tempat laknat yang sedang ia pijak saat ini.

Tanpa memperdulikan orang-orang yang menatapnya aneh, Keene terus menelusuri tempat ini mencari apa yang ia cari, setelah menemukannya tanpa ba-bi-bu pria itu langsung menyeret kedua gadisnya dengan sedikit kasar, maafkan Keene, ia tengah emosi. Jika keadaan tidak seperti ini ia tidak akan mungkin melakukan itu.

Tepat di parkiran mobil,  Keene membuka pintu dengan kasar , lalu mendorong kedua gadisnya memasuki bagian penumpang mobil. Anaya dan Nauka yang tau bahwa ini tanda bahaya hanya terdiam sambil menundukkan kepala. Mereka pun sadar ini adalah sebuah resiko  dari ketidak jujuran. Jika sudah begini mereka hanya bisa berandai, andai tidak  berbohong, andai tidak datang, dan andai lainnya.

Sementara Keene, pria itu tengah meremas stir mobil dengan kuat. Kekesalannya kian memuncak ketika jalanan yang ia lewati masih padat. Poor you Keene.

Sesampainya di rumah setelah sebelumnya menjemput Keno terlebih dahulu, Keene langsung memasuki rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun. Masuk kedalam kamar milik Keno lalu menguncinya dari dalam. Berikan Keene pengertian bahwa ia tengah meredam marah.

"Nay, Kak Bagas marah," lirih Nauka ketika mereka memasuki kamar milik Anaya dan Keene. Bukan menjawab Anaya malah menggulingkan badannya di kasur. Sungguh ia menyesal, ternyata hal sepele seperti ini bisa menjadi masalah. Perasaan Anaya sekarang bercampur aduk, anatara sedih, dan marah. Marah karena merasa kebebasan nya terganggu oleh pernikahan ini, dan sedih karena ia merasa durhaka telah berbohong kepada sang suami. Jujur saja ia tidak mau berada di situasi seperti ini.

Sekali lagi Anaya berandai, andai pernikahannya dengan Keene tidak ada pasti ia tidak pernah akan berada di situasi seperti ini.

"Nay, kok Lo diem sih. Gua takut Kak Bagas aduin ke mamah-papah, Nay," ujar Nauka membuyarkan lamunan Anaya. Anaya membalikkan badannya lalu berkata, "Nau, kalo gua gak nikah sama kakak Lo pasti gua gak ada di posisi sekarang. Antara ngerasa berdosa sama marah." Nauka menatap Anaya dengan mata memicing.

"Lo, gak serius bilang gitu kan Nay?" Tanya Nauka yang hanya dibalas senyum tipis dari Anaya.

"Jadi Lo nyesel nikah sama kakak gua?" Tanya Nauka sekali lagi. "Coba Lo jadi gua Nau, pasti Lo bakal ngerasain apa yang gua rasain sekarang," jawab Anaya.

"Gua tau, gua tau pasti berat banget kan nikah disaat kita masih sekolah apalagi ada babby Keno. Tapi Lo gak boleh bilang nyesel Nay, Lo yang milih adanya Keno disini."

"Gua gak bilang gua nyesel," ujar Anaya membela dirinya sendiri. "Dengan Lo bilang 'andai gua gak nikah' aja Lo udah nunjukin kalo Lo nyesel Nay," sarkas Nauka.

"Sorry, omongan  gua ngelantur."

                      |||||||||

Pagi harinya, keadaan masih sama bahkan lebih buruk. Pagi-pagi sekali Keene berangkat ke kantor guna menghindari kedua gadisnya, tapi bukan berarti ia lari dari masalah ia hanya takut di saat emosi nya belum stabil ia akan menyakiti kedua gadisnya.

Anaya menghembuskan nafasnya kasar begitupun dengan Nauka, ketika Bi Inem mengatakan jika tuan mudanya itu telah berangkat lebih dulu. Gagal sudah acara sungkeman sebagai ucapan minta maaf seperti yang di rencanakan keduanya semalam yang membuat mereka tidak tidur itu.

Dengan berat hati kedua gadis itu memakan makanannya, setelah itu lalu bergegas pergi kesekolah dikarnakan jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat yang artinya kurang dari lima belas menit lagi pintu gerbang akan ditutup.

"Kalian gak papa kan semalem?," tanya Gino yang ditujukan kepada Anaya dan Nauka. Yang di balas gelengan kepala oleh keduanya.

"Serius?," tanya Kevin memastikan.

"Gua kaget sumpah, kak Bagas tiba-tiba narik kalian" ujar Nasifa yang di angguki teman-temanya itu.

"Iya bener. Mana cuma pake kaos biasa lagi," sahut Annisha.

"Udah-udah slow kita gak papa," ucap Nauka sembari merentangkan tangan.

"Kak Bagas gak ada maen tangan kan?"

"Nggak lah," ucap Nauka serius, main tangan bukan gaya seorang Keene. Pria itu lembut walau sedikit tegas. Selama hidup bersama Keene, tidak pernah sekalipun Nauka kena pukulan Keene. Marahnya Keene ya diam, tidak seperti Keane yang menghancurkan seisi rumah ketika marah.

"Iya, Kak Bagas gak mungkin maen tangan," sahut Anaya menyetujui ucapan Nauka. Mengingat Keene, Anaya jadi rindu pria itu padahal belum ada dua puluh empat jam mereka tidak saling menyapa, tapi rasa rindu ini dengan tidak malunya datang menyapa. Biasanya setiap pagi pria itu akan memaksanya untuk mencium tangan.

Bel istirahat berbunyi, Anaya dan Nauka bergegas keluar dari ruang kelas berlarian menuju ruangan milik Keene. Lagi-lagi mereka harus menelan rasa kecewa ketika salah satu guru mengatakan bahwa Keene tidak hadir hari ini.

Oke, mereka tidak akan menyerah. Mereka akan mengunjungi kantor keluarga Dimitri's setelah pulang sekolah.

Bersambung...

Ada yang rindu?

Rindu Anaya?

Rindu Keene?

Rindu Keno?

Atau rindu Aku wkwkwk🤭

Maafkan aku yang baru update setelah berbulan-bulan. Maaf juga gak sesuai harapan dan ceritanya sedikit gaje hehe.

Eh btw, udah mau bulan ramadhan ya, ada yang punya group ramadhan gak? Mau dong masuk. Atau gak kita bikin:v

KEENAYA [Young Merriage]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang