Cuma kisah tentang rumitnya percintaan Haechan dengan Kak Lisa.
***
Under 97L series, can ended on part 10/15
Rank #19 in haechanlee [080820]
Rank #17 in haechanlee [120820]
Rank #6 in lisamanoban [130820]
Rank #12 i...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Udah makan?" Tanya Haechan pada Lisa untuk memecah keheningan. Terasa cukup canggung setelah seminggu lebih tak berinteraksi sama sekali.
"Udah," jawab Lisa tanpa menoleh ke Haechan. Tatapannya masih terpaku dengan induk dan anak kucing yang sedang memutari kakinya. Sesekali ia mengelus kepala si anak kucing.
Haechan tersenyum melihat Lisa mengelus lembut anak kucing. "Sama anak kucing aja sayang, apalagi anak anak kita nanti." Lisa langsung melirik Haechan sinis.
Sadar salah bicara, Haechan merutuki dirinya sendiri. Gimana bisa dia ngegombal disaat saat menegangkan seperti ini. Bodohnya. "E-eh maksudnya, anu-becanda Kak."
Lisa memutar bola matanya malas. Anak ini benar benar menyebalkan. "Terserah!"
Haechan menghela nafas. "Jadi gini, waktu aku masalah berantem itu, Renjun dipukulin sama si sialan Bomin itu cuma karena Renjun julid. Yaelah Kak, kan emang dia orangnya begitu harusnya dia paham dong. Mana Renjun lembek gitu, mana bisa ngelawan. Makanya aku bantuin biar adil, sama sama sakit."
Lisa diam menunggu penjelasan selanjutnya.
"Terus waktu itu aku mau jelasin ke Kak Lisa, tapi Kak Lisa udah jalan duluan. Aku pas itu lagi stress banget Kak, tiap hari aku cuma ngadepin buku buku tebel itu. Belum lagi aku sampe ikut les. Aku butuh Kakak buat cerita pas itu, tapi karena Kakak lagi marah. Lami dateng, bantuin aku buat ngeluarin keluh kesah-tapi bukan selingkuh! Eh? Maksudnya bukan aku suka sama dia. Hati aku kan cuma sama Kakak..." Lanjutnya dan mengecilkan suaranya diakhir kalimat.
Lisa menatap Haechan dalam. "Aku risih Kak sebenernya, tapi aku tau diri. Dia udah aku jadiin tempat curhat, masa aku biarin gitu aja disaat dia lagi kesepian."
Haechan menggenggam tangan Lisa lembut. "Soal rangkul, aku rangkul dia karena dia mau nangis pas aku tolak dia mau suapinin aku. Daripada disangka jahatin dia, mending aku iyain." Haechan menatap polos Lisa.
Mata Lisa berkaca kaca, dia jadi pengen tabok muka polos Haechan. "Bohong!"
"Yaampun Kak kurbanin aja Jaemin kalau aku bohong." Lisa malah ketawa.
Tanpa diketahui Jaemin bersin bersin. Sambil mikir siapa yang ngomongin dia.
"Bego ah!" Haechan ikut ketawa denger Lisa ngatain dia bego.
Haechan mencolek colek bahu Lisa. "Jadi kita baikkan nih?"
Lisa geleng geleng. "Belum sampe kamu kenalin aku ke cewek itu."
Haechan diem diem seneng Lisa udah mau ngomong aku-kamu. "Mau ngapain? Jangan pegang pegang dia."
Lisa melotot. "Kenapa?! Kamu kok-
"Aku gak mau dia kecipratan kecantikkan Kakak," potong Haechan sambil menyengir.
Pipi Lisa langsung bersemu. Dia mukul lengan Haechan pelan. "Gak usah gitu!" Haechan ketawa kecil lalu ngangguk ngangguk.