5. Kertas Biru penuh haru.

141 35 30
                                    

Adakah pecinta K-pop? Kapan mulai menyukainya dan siapa idol pertama kalian?
***

Setelah mendengar berita kencan Sean satu minggu lalu, hampir aku tidak mengikuti berita-berita terbarunya lagi. Akhir-akhir ini aku lebih sering mendengarkan lagu-lagu Exo diponselku ketimbang aktiv dimedia sosial.

Seperti biasa, disore hari caffe lebih ramai dengan pengunjung. Aku dan semua rekan kerjaku sibuk melayani, kadang sampai tidak bisa meneguk segelas air untuk membasahi tenggorokan.

Sudah satu minggu ini aku bertugas sebagai cashier disini, karena cashier sebelumnya telah mengundurkan diri dari caffe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah satu minggu ini aku bertugas sebagai cashier disini, karena cashier sebelumnya telah mengundurkan diri dari caffe. Dan hari ini aku sempat dibuat linglung dengan secarik kertas kecil berwarna biru bertuliskan nomor Telepon yang ada di bawah credit card yang aku terima dari pelanggan dihadapanku sekarang ini. Pria berjaket Denim dan bertopi putih yang menjadi pusat perhatian baik pelanggan maupun karyawan selainku. Dia Sean, Jun Sean yang kini datang lagi dengan memesan ice americano di caffe ini. Aku sempat tidak percaya pada hari ini, aku berada sangat dekat dengannya kembali setelah beberapa minggu yang lalu. Baru minggu lalu aku menghujatnya karena pemberitaannya dimedia. Tapi kenapa saat berhadapan seperti ini rasanya meleleh sekali.
"Terimakasih, atas kedatangannya." Ucapku diselingi dengan senyuman, ya mungkin senyuman terbaikku.

"Terimakasih." Jawabnya dengan meraih pesanan yang ia beli. Kemudian berlalu kearah pintu keluar.

***

Sempat menjadi perbincangan caffe ini setelah dikunjungi Sean minggu lalu, tepat saat memesan ice cappuccino disini. Aku heran bisa secepat itu media mengedus segala aktivitasnya. Tempat ini lebih rame daripada sebelumnya, entah karena tempatnya yang asyik, atau menunya yang enak, atau bahkan karena Sean yang telah berkunjung. Tidak masalah bagiku, aku dan teman-teman kerjaku jadi lebih bersemangat. Tentunya aku. Itu juga jika dia datang kembali.

"Lelah sekali, ingin sekali aku berendam ketika sampai rumah hahh". Keluh Yeri sembari membersihkan meja-meja yang sudah sepi dari pengunjung.

"Yeri aku antar yah." Seorang laki-laki menawarkan tumpangan pada Yeri sembari menyodorkan orange juice.

"Terimakasih minumannya, tapi tidak dengan tumpangannya."

"Terima ri. kasihan loh Jinno, rela menunggu sampai malam. Padahal lebih baik rebahan dirumah ketimbang kesini menunggumu." Ucapku seraya menyenggol lengan Yeri.
Jinno memang pria yang tidak mudah pantang menyerah, sudah beberapa kali ditolak oleh temanku ini. Tapi kegigihannya patut diacungi jempol. Aku jadi teringat dengan Dio. Dia sama seperti Jinno, tidak mudah menyerah. Padahal pria muda nan tampan seperti Jinno, bisa memacari 2 wanita sekaligus. Tapi Yeri adalah pawangnya.

"Tapi unnie."

"Jinno, Yeri mau loh diantar." Terika ku pada pria berkulit Tan itu, seraya melepas apron yang Yeri pakai, dan mendorongnya ke kamar ganti untuk bersiap-siap pulang bersama Jinno yang sudah menunggu.

Come THRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang