10. Kacau.

55 16 6
                                    

Jangan lupa vote and Commentnya setelah membaca. Okay 😜
Jangan kabur.

Sejak dia mengantarku menggunakan audi hitamnya malam ini. Dia sudah tahu betul tempat tinggalku. Sampai sekarang aku belum sadar penuh dengan perlakuan Sean yang membuatku tidak mampu untuk menghapusnya. Yang kurasakan seperti bunga tidurku selama ini yang mendamba bisa dekat dengannya. Namun hari ini aku disadarkan kembali bahwa ini benar terjadi padaku. Aku ingin menyudahi semburat merah dipipiku namun mengapa menjadi menambah setelah kulihat didepan cermin. Sepertinya aku sudah gila, senyum-senyum sendiri didepan cermin. Seberpengaruh itukah Sean sampai aku tidak bisa menahan senyumku. Namun aku langsung menghentikan aksiku didepan cermin ketika Jennie membuka pintu dengan kencang.

"Sudah minum obat? Kenapa tidak tidur?" Kata Jennie cemas sembari melemparkan tas selempangnya dan mendekatiku.

"Sudah mendingan. Dan belum bisa tidur." Sepertinya semenjak aku mengenal Sean. Aku jadi ikut-ikutan jago berbohong pada Jennie.

"Sayang sekali tadi kau tidak lihat Sehun dengan aegyonya (*tingkah imut)."

"Wahh. Pasti imut sekali dia."

"Wuh jelas. Tapi Kai tetap sexy tadi." Aku memang menyesal meninggalkan konser yang sudah lama aku tunggu. Tapi tak apalah, terbayar dengan waktuku yang kuhabiskan dengan Sean tadi. Dan itu membuatku bahagia.
---

Hari ini aku sangat bersemangat sekali untuk melayani pengunjung di kafe. Semenjak kejadian semalam, hampir aku tidak lepas dari senyumanku. Aku bahkan dikatai gila oleh Jennie saat aku membuat sarapan untuknya karena senyumku yang terus mengembang. Cuaca Seoul sangat mendukung sekali hari ini. Sangat cerah, secerah hatiku saat ini. Kulangkahkan kaki penuh riang menuju pintu kafe. Namun saat kubuka pintu, beberapa meja didepan meja pentry terjatuh dan banyak air tertumpah dari gelasnya. Yeri, Hanbin dan yang lainnya menatapku dengan wajah sendu. Seketika senyumku juga luntur setelah melihat semua ini.

"Ada apa?" Tanyaku menghampiri Yeri dan yang lainnya.

"Unnie." Yeri menarik lenganku, kulihat matanya dipenuhi dengan air mata yang akan turun.

"Ada apa?" Aku memegang lengan Yeri untuk menguatkannya. Jemariku terangkat untuk menghapus air matanya.

"Seorang perempuan mengamuk mencari unnie. Dia bilang, unnie telah merebut kekasihnya." Aku terpaku mendengar penuturan Yeri barusan. Seketika pikiranku mengarah pada Ariana yang melakukan semua ini seperti waktu itu mengamuk dirumahku. Aku berusaha tenang didepan Yeri.

"Lalu?" Lanjutku.

"Perempuan itu meminta manager Nam untuk mengeluarkan unnie dari sini." Aku tak habis pikir, Ariana akan bertingkah sejauh ini padaku.

"Alana." Suara manager Nam memanggilku. Mengarahkanku untuk pergi keruangannya.
Apa yang harus kukatakan nanti pada manager Nam. Bahkan aku sendiri yang pusing memikirkan sesuatu yang sama sekali tidak kulakukan.

"Perempuan itu bilang apa pada maneger Nam?" Tanyaku pada laki-laki paruh baya dihadapanku.

"Maaf aku tak bisa mengatakannya."

"Berapa perempuan itu membayar kafe ini untuk tidak menerimaku bekerja disini lagi." Tidak ada tanggapan apa-apa dari pria dihadapanku.

"Lalu sanjangnim akan mengeluarkanku walau sama sekali bukan aku yang melakukan keributan diluar?" Lanjutku.

"Maafkan aku Lan. Ini terpaksa." Aku semakin pasrah mendengar penuturan atasanku barusan. Pikiranku kacau. Kacau sekali. Mengertilah, mencari pekerjaan di negeri orang tidak mudah untukku sebagai warga negara asing.

Come THRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang