13. Tidak akan diam.

31 9 3
                                    

Pengin bikin adegan romantis ala Drakor tapi masih bingung. Gimana pendapat kalian?
Vote and Comment. Jangan kabur!!
😜


"Selamat malam, aku mencintaimu." Lagi-lagi dia membuatku tersipu dengan kata-katanya. Rasa panas menjalar ke pipiku, menjadi semburat merah karena pria itu.
---

Malam ini aku dibuat gila, semakin gila dengan pesona sekaligus perilakunya padaku. Aku juga mencintaimu Jun Sean asal kau tahu, jauh sebelum kamu mengenalku. jauh sebelum aku bertemu denganmu.

Aku kembali melangkah menuju pelataran tempat tinggalku. Sedari tadi aku tidak bisa menahan senyumku yang tak kunjung hilang ini karena pria itu. Semoga saja Jennie tidak melihatku yang seperti orang gila ini ketika aku memasuki rumah. Ketika kubuka pintu, terdengar sebuah teriakan suara didalam sana yang membuatku semakin penasaran. Aku takut terjadi apa-apa dengan Jennie. Tanpa melepas sneakers ku, aku segera berlari menuju sumber suara.

"Nah. Datang juga orangnya!" Ariana. Lagi-lagi dia kembali membuat kericuhan ditempatku. Aku tak habis pikir dengan perlakuannya yang dengan mudah mengeluarkanku dari tempat kerjaku. Dan sekarang dia datang dengan kembali membuat kericuhan. Kulihat juga Dio sedang berusaha menghentikan ulah Ariana.

"Baru pulang? Habis cari pria hidung belang Lan?" Mungkin aku selama ini diam melihat ulahnya. Tapi kali ini perkataannya membangunkan amarah dalam diriku.

"Harga dirimu dimana Ariana? Bukannya Dio tidak pernah setuju dengan perjodohan kalian? Kau tampak mengemis cinta dari mantanku." Semua mata kini beralih memandangku. Terlihat Ariana mengepalkan tangannya dengan erat menahan emosinya. Tidak ada kata yang dia lontarkan. Dilihat dari sorot matanya dia tampak kelabakan atas perkataanku barusan.

"Kenapa diam? Harusnya kamu tahu alasan Dio lebih memilih mengurus perusahaannya disini bukan di jakarta." Mungkin aku melebih-lebihkan dalam perkataanku barusan. Melihat sikap Ariana yang terus-terusan menginjak harga diriku bahkan menghancurkan karirku. Aku tidak bisa diam.

"Mungkin karena dia lebih memilih mencariku lagi disini ketimbang di jakarta melihat kelakuanmu yang membuat Dio mudah malas denganmu. Aku tahu Dio lebih lama dibanding kamu. Dia sangat tidak suka perempuan emosional. Harusnya kamu tahu itu." Lanjutku.

"Tapi tenang saja Ri. Aku sudah mempunyai pengganti Dio. Dan dia membuat hari-hariku bahagia. Dan tolong jangan hancurkan Hari bahagiaku dengan mulut kotormu itu." Finalku. Selanjutnya aku lebih memilih meninggalkan semua orang disini dan berjalan kelantai dua menuju kamarku. Sebelumnya Dio menatapku dengan penuh pertanyaan. Kuharap setelah ini Dio tidak menanyaiku banyak hal atas pernyataanku yang banyak kulontarkan terhadap Ariana tadi.
---

"Alana!" Seru Jennie menghampiriku yang sedang sibuk dengan ponsel ditanganku.

"Kamu tahu? Tadi itu sangat keren. Belajar dari mana hem?" Jennie tak hentinya memelukku penuh gemas karena tingkahku barusan.

"Dari Jennie donk." Aku tersenyum kearahnya sembari mengangkat kedua alisku.

"Kenapa tidak dari dulu kamu seperti ini. Jadi kan si perempuan gila itu tidak menghina kamu terus." Aku hanya tidak ingin membuat keributan dengan Ariana. Makannya selama ini aku memilih untuk diam.

"Anyway, kamu benar sudah punya pengganti Dio?"

"Hah! Ehm- percaya sekali dengan ucapanku tadi." Aku tergagap dengan pertanyaan Jennie. Lagi pula kenapa aku bisa dengan enteng berkata seperti itu disaat perdebatanku dengan Ariana. Awalnya kupikir dengan membuat alibi seperti itu, Ariana tidak akan lagi menggangguku.

"Tapi ide bagus juga Lan kalau kamu segera mencari pacar." Celetuk Jennie yang sekarang sedang sibuk membersihkan mukanya dengan skincare.

"Ngaco kamu."

Come THRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang