Bangunan berwarna abu-abu gelap dengan desain yang simpel. Di bagian atapnya terdapat tulisan "The Java Cafe" yang tercetak besar berwarna silver. Sekilas terlihat sederhana, tapi gedung ini seperti memiliki daya tarik tersendiri bagi para penikmat kopi terutama anak-anak muda.
Siapa saja yang masuk ke kafe ini pasti akan dibuat kagum dengan interiornya yang jauh dari kata sederhana. Terlihat simpel dari luar, tapi mewah di dalam. Wajar saja tempat ini selalu ramai utamanya pada malam hari.
"Wihhh, sumpah. Ini kafe keren banget! Gue betah lama-lama di sini," ujar seorang gadis bersurai coklat. Matanya menatap sekeliling sambil terus berdecak kagum.
"Lo kaya ngga pernah liat kafe aja sih, Na," timpal perempuan bermata sipit di hadapannya.
"Kenapa Ngomong-ngomong, abang lo dimana, Vin? Kok gue belum liat dari tadi."
"Lagi di belakang mungkin," jawab laki-laki berkemeja navy. "Gue pesen dulu, kalian mau minum apa?"
"Gue americano," sahut Ocha.
"Tunggu, Vin. Hari ini gue yang traktir, jadi biar gue aja yang pesen. Kalian cari kursi aja dulu." Gadis bersurai coklat itu pun langsung beranjak pergi untuk memesan minuman.
Malam ini Anna, Ocha, dan Kevin nongkrong di kafe milik kakaknya Kevin. Dan sesuai kesepakatan, kali ini Anna yang akan mentraktir ketiga rekannya.
Salah satu faktor yang membuat kafe ini ramai selain karena tempatnya yang nyaman, tapi juga karena barista sekaligus pemilik kafe ini orangnya sangat tampan. Oleh karenanya, mayoritas pengunjung kafe ini rata-rata kaum wanita.
"Gea!" panggil Anna pada seorang cewek berkacamata yang tengah sibuk membuat kopi. "Mas Dafa kemana?"
"Tuh, barusan nganter pesanan," balas Gea seraya menunjuk ke arah pria yang kini berjalan mendekat pada mereka.
Anna tertegun melihat pria yang sekarang berdiri di hadapannya. Kemeja putih dengan lengan baju yang tergulung rapi. Tubuhnya yang tinggi, kulit putih dan potongan rambut comma hair yag membuat pria tersebut terlihat makin berkharisma. Sempurna.
Dafa-pria tersenyum menampakkan lesung pipitnya. Manis. Hingga mampu membius Anna yang sedari tadi tak berkedip menatapnya.
"Kok ngelamun?" tanya Dafa sambil menjentikkan jari di depan muka Anna.
"Ngeliatin Mas Dafa," jawab Anna dengan tersenyum malu.
Gea menatap malas sahabatnya itu. Dasar si Anna kalo liat yang cakep dikit, penyakit capernya langsung kambuh.
Kenapa ada manusia seganteng ini?
Pria itu terkekeh geli. "Mau pesan apa?"
"Ummm," ucap Anna, "creamy latte satu, caramel frappe satu, sama ice americano satu gulanya di pisah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pre-Wedding
RomansaJarang interaksi dan hampir ga pernah komunikasi tiba-tiba diajak nikah? Itu yang dialami Gea seorang mahasiswa kedokteran ketika Rezvan yang mendadak melamar dirinya. Bingung sekaligus kaget dengan ajakan serius dosennya yang mengajaknya menikah t...