Chapter 21~Tercyduk

952 93 69
                                    

Olahraga dulu lah kuy kuy kuy kuyyy, biar tetap sehat jiwa dan raganya😃 

enwan
(😗/
    ))
   ((

entu
\😙/
   ))
  ((

entri
😘/
<))
((

encok
😫
<))>
((

_________________________________________
Monggo dibaca😊


.
.
.

Seorang laki-laki bertubuh jangkung baru saja keluar dari salah satu kamar rawat. Langkah tegapnya menelusuri koridor menuju ke sebuah ruangan yang di pintunya terdapat papan kecil bertuliskan "dr. Ian Al-Farezi, Sp.B"

Memasuki ruangan persegi yang didominasi dengan cat putih ini, ia melepaskan snelli yang dipakai lantas menggantungnya di samping almari pakaian. Ian berdiri di depan cermin panjang sambil sedikit merapikan kerah serta lengan kemejanya.

Tak lama kemudian ponsel miliknya berdering, terlihat sebuah panggilan masuk.

"Halo, iya Ma?"

"Pulang jam berapa nanti kamu?"

"Mmm, habis ini Ian udah gaada jadwal sih. Kemungkinan bisa pulang cepet. Kenapa?"

"Bagus deh. Rencananya nanti malam Mama pengen ngajakin kamu sama kakakmu makan malam bareng, kamu bisa kan Ian?"

"Bisa-bisa aja. Nanti tinggal share lokasinya. Emang si Abang ga sibuk?"

"Engga katanya, dia juga bisa."

"Oh, yaudah ntar kabarin lagi aja. Aku mau makan siang dulu."

"Oke, sayang. I love u."

"Love you too mam."

Baru saja selesai menutup teleponnya, Ian kembali dikejutkan oleh kehadiran seorang gadis berambut semu pirang—berdiri diambang pintu—tersenyum lebar kearahnya. Melihat Snelli putih yang dikenakan, sudah pasti wanita ini juga seorang dokter.

 Melihat Snelli putih yang dikenakan, sudah pasti wanita ini juga seorang dokter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"dr. Winda Setyaningrum, Sp. An." Begitulah nama yang tertera pada name tag di snelli putihnya. Ia berjalan mendekati Ian sambil menenteng sebuah kotak bekal dan dua kotak susu.

"Ada apa?" tanya Ian bernada dingin.

"Makan siang bareng yuk, aku udah bawain nasi goreng telur kesukaan Kak Ian," jawab Winda dengan semangat. Tanpa menunggu izin, ia meletakkan kotak-kotak bekal itu lantas menatanya dengan rapi di atas meja.

Akantetapi, Ian nampaknya kurang suka dengan yang dilakukan Winda. Bukan yang pertama kali dokter cantik ini membawakannya makan siang, bisa dibilang sering malah. Dan mungkin karena itulah, Ian mulai agak risih. Seolah-olah wanita itu memang sengaja mencari perhatian padanya.

My Pre-WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang