Sebelas

2 4 0
                                    

Rea-die • Update

Vote

Coment

Happy Reading

☘☘☘

Hawa dingin pagi ini sangat nyaman membuat seorang remaja laki-laki yang tidur di kasur empuknya itu tak ingin membuka matanya. Ia sedikit bergerak dalam tidurnya untuk mencari posisi yang nyaman. Ia juga sudah memutuskan jika weekend ini akan dihabiskan dengan tiduran saja.

Tapi harapannya pupus tatkala mendengar suara seseorang yang menganggu telinganya.

"Bang! Bangun Bang," sekali.

"Abang! Buruan bangun," dua kali tapi tetap tak ada jawaban. Baiklah dia yang meminta.

"Pradipta Febryano!"

"Awww! Bun," ringis Dipta saat telinganya tiba-tiba ditarik oleh Bunda.

Bunda melepas telinga Dipta lalu menatap anaknya itu sambil berkacak pinggang!

"Kamu ini ya Bang! Cepat shalat, sebelum waktu subuh habis!" Walau masih dalam keadaan mengantuk Dipta tetap melakukan apa yang disuruh Bunda karena itu adalah kewajibannya.

Selesai melakukan ibadah subuh nya Dipta kembali menuju ke arah ranjang untuk melanjutkan tidurnya.

"Abang kok tidur lagi!"

"Astaghfirullah Bun, belum juga tiduran." Gerutu Dipta. "Aku juga udah selesai shalat kok."

"Abang kalo pagi jangan tidur lagi nanti rejekinya dipatok ayam." Nasehat Bunda.

"Ya udah gapapa lah Bun, Dipta udah sering dapet rejeki sekarang giliran ayamnya." Jawabnya nyeleneh.

"Pokoknya bunda nggak mau tahu, nanti jam tujuh Abang harus udah mandi terus anterin Bunda ke pasar." Sebagai anak yang baik yang dilakukan Dipta hanya diam dan menurut.

"Dengar Bang?!"

"Iya Bundaku yang cantik....." Bunda langsung berbalik keluar kamar anak laki-lakinya itu dengan wajah puas.

Sedangkan Dipta? Jangan ditanya, walau mulutnya berkata 'iya' tapi yang ia lakukan malah kembali tidur. Kau memang ingin bunuh diri Dipta.

Satu jam kemudian...

"Bang buruan, udah mau siang ini." Bunda masih dengan mode cerewetnya. Entah benda apa yang di buruh oleh wanita paruh baya yang masih nampak muda dan cantik itu dipasar sampai sampai ingin datang pagi. Dipta tak habis pikir.

"Iya Bunda. Ini juga belum ada jam delapan, mana ada siang." Jawab Dipta malas.

"Ini udah mau siang tau. Abang sih, bunda suruh bersih-bersih malah tidur lagi."

"Udah ayo berangkat!" Dipta menghela napas. Bunda yang melihat anaknya frustasi pun hanya terkekeh simpul.

☘☘☘

Sesampainya di pasar Dipta yang dipaksa Bunda untuk ikut kedalam pun hanya mengekor dibelakang. Dia benar benar pasra sekarang. Dan terus mengikuti langkah Bunda yang sesekali berhenti disalah satu penjual daging dan ikan.

"Daging udah, ikan juga udah. Tinggal sayur sama bumbu-bumbu dapur ini," gumam Bunda.

Wanita itu berganti menatap anaknya. "Bang, kita ke penjual sayur ya." Dipta hanya mengangguk saja.

Berjalan masih tetap dibelakang Bunda, mata Dipta tiba-tiba menangkap sesosok gadis yang sangat dikenalinya. Benar. Itu dia, tak mungkin salah.

"Rea," gumamnya sangat pelan. Tapi walau begitu Bunda masih dapat mendengar dengan jelas.

Bunda menatap kearah Dipta. Melihat anaknya yang tengah melihat kearah lain pun bunda langsung menatap kearah yang sama.

"Siapa Bang?" Bisik Bunda ditelinga Dipta. Tentu saja Dipta terkejut. Astaga hanya karena melihat gadis itu Dipta  bahkan melupakan keberadaan sosok ibu yang ada disampingnya ini.

Bunda menatap anaknya dengan tanya. "Teman," jawab Dipta akhirnya.

Bunda berbinar. Dipta yang melihat itu pun sontak menelan ludah. Bundanya tak akan melakukan hal yang aneh-aneh 'kan?

Dan harapannya pupus. Sial.

Bunda sudah berjalan kearah Rea. Bagaimana bisa bunda langsung tau yang dimaksud Dipta teman adalah gadis itu. Apa mungkin itu pengaruh dari ilmu psikolognya? Astaga kenapa kearah sana.

Buru-buru Dipta menyusul Bunda. Dan yang dapat Dipta lihat, Rea cukup terkejut setelah mendapat sapaan dari Bunda yang notabenenya adalah orang asing. Tapi tiba-tiba ia menatap kearah Dipta begitu juga dengan Bunda.

"Bang, disapa dong temannya." Ucapan bunda menyadarkan Dipta juga Rea yang tadinya saling tatap.

Sapa? Tentu saja itu bukanlah kebiasaan seorang Pradipta.

Bunda mendengus melihat anak laki-lakinya yang sama sekali tak mengindahkan ucapannya. Kaku seperti Ayahnya.

"Nak Rea bener teman Abang?" Rea bingung harus menjawab apa. Ia memang mengenal Dipta tapi mereka sama sekali tidak berteman.

"I...yah Tante,"

Bunda tersenyum. "Mau belanja apa?"

"Sayur sama ikan Tante,"

"Wah Tante juga habis belanja ikan, terus mau beli sayur-sayuran juga. Nak Rea sendiri kan? Bunda ikut gabung gapapa ya,"

"Hah?" Bukan hanya Rea yang terkejut, Dipta pun sama terkejutnya. Apa lagi yang akan dilakukan Bunda?!

Rea menatap kearah Dipta dengan sorot tanya.

"Hmm, terserah Tante."

Akhirnya mereka, Bunda, Rea dan Dipta belanja bersama. Bunda berjalan berdampingan dengan Rea sedangkan anaknya ini ditinggal dibelakang. Ngenes sekali.

Dipta menghela napas, lagi.

________________________________

TBC

Jangan sungkan² kalo mau kritik atau kasih saran ya:)

Semoga kalian suka;)

Jangan lupa tekan ⭐
Karena itu gratis.

Kasih komentar juga ya;)

#angkah6.project adalah project pemula untuk penulis pemula. Ceritanya pun benar-benar awal dan bebas genre. Jadi jika ada kekeliruan mohon dikoreksi. Karena kita lagi sama-sama belajar.

Baca cerita yang lain juga!!!!
Senin & Kamis : Sweet Door
Bermulai dari menghilangnya anak kecil secara misterius lalu secara perlahan rahasia mulai bermunculan. titaniananda
Selasa & Jumat : Rea-die
Kisah seorang perempuan yang bisa tau apa yang seharusnya tidak diketahui. (Saya)
Rabu & Sabtu : Senyawa
Ini bercerita tentang keterikatan antara dua orang. Mengupas cara mereka menyikapi takdir yang terlalu bercanda dengan kehidupan mereka. rialusiandari
Rabu & Minggu : Entah lah
Cerita masa lalu yang belum usai datang bersamaan dengan masalah lainnya. Lihat mana yang diprioritaskan. elisa49725
Sabtu & Minggu : Gas "Substitute"
Menceritakan tentang seorang wanita yang bimbang dalam memilih takdirnya serta laki-laki gagah yang tampan nan kaya. cahya0905

Satu vote dan komen dari kalian sangat berarti buat kami.......

Salam Bahagia...
18082020

Asyamaisya⚛

Rea-dieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang