1. Janji

808 56 38
                                    

🍁🍁🍁
"Haii guyss... kembali lagi dengan Ita di BIOH... kok ngakak ya singkatanya😂😂😂 biarin deh biar lucu😂 kan yg buatnya juga lucu nan imut😊😂

Oke lupakan

Hahhh...

Mau ngapain?

Ntar dulu ya bacanya Ita lagi ngupas bawang dulu😶

Oke lah

Happy reading guys

...

Walau waktu sudah menunjukan pukul 08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau waktu sudah menunjukan pukul 08.25 rumah megah nan mewah itu masih nampak sepi. Hanya terdengar suara peralatan masak dari arah dapur. Bisa tercium wangi masakan yang sudah dibuat Jidah Sohwa dan Icem.

Sementara itu yang lain masih asik merajut mimpi, dimana mereka bisa merasa bahagia tanpa ada kebencian, amarah dan masalah.

Jidah melepas apron pink nya, berjalan menuju lantai atas dimana semua kamar adik-adiknya terletak berjejer dan berhadapan.

Pertama Jidah memasuki kamar Thoriq, tak perlu lama untuk membangunkannya cukup diancam tak dapat jatah sarapan udah dia langsung bangun dan pergi mandi. Gampangkan😂

Lalu Jidah menuju kamar Iyyah dan Fatim. Biasa anak perawan pasti udah bangun jam segini ya cuma pasti langsung main hp. Hayo siapa yg baru bangun tidur langsung main hp...😂

Setelah dari kamar Iyyah dan Fatim, Jidah menuju kamar Saaih. Saat membuka pintu kamar Jidah dapat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi. Tapi tetap saja meski Saaih sudah bangun masih membuat Jidah jengkel dan kesal. Bagaimana tidak, lihatlah kamarnya yang seperti kapal pecah. Padahal seingatnya kemarin malam sebelum Saaih tidur kamar ini begitu rapih enak dilihat. Hah... mungkin Saat Saaih tidur telah terjadi perang dunia yang entah sudah keberapa.

Jidah memutuskan untuk memending omelannya. Lebih baik bangunkan Fateh saja, pikirnya. Karna pasti butuh kekuatan ekstra untuk membangunkannya.

"Kak Jidah!"

Jidah berbalik, ah ternyata Saaih yang sudah rapih penampilanya. Tapi yakinlah kamarnya masih berantakan.

"Kenapa?"

"Mau bangunin Ateh," ucap Saaih.

"Jangan jail terus Ih, kesian Fateh nya. Dia pasti masih capek habis syuting seharian, sekalian bangunin mereka," ceramah Jidah.

"Aelah... iya kak. Ga akan jail kok cuma iseng heheh," ujar Saaih lalu langsung masuk karna pasti akan disembur ceramahan yang lebih panjang.

Jidah hanya bisa menghelai nafas pasrah. Ia pun kembali kedapur untuk membantu menyiapkan makanan di meja makan.

Saaih melihat sang adik yang tertidur begitu pulas dan damai. Wajahnya begitu lucu saat tidur membuat Saaih gemas sendiri. Hingga sorot matanya jatuh pada orang yang tidur disebelah Fateh. Dia Muntaz, Saaih jadi ingat pesan Jidah tadi. Membangunkan mereka.

"Males banget," gerutu Saaih.

Diranjang yang satunya lagi terdapat Salehah dan Qahtan yang tertidur. Saaih mendekati ranjang mereka lalu menendang tempat tidur itu cukup kuat membuat Salehah dan Qahtan terbangun kaget.

"Kalau masih mau makan cepat bangun," ujar Saaih dingin tanpa melihat keduanya yang sudah siap menangis. Tapi... emang Saaih peduli? Jelas tidak. Ya bodo amat mau nangis atau apa Saaih tak peduli meski mereka nangis darahpun Saaih tak peduli.

Saaih menarik lengan baju Muntaz kuat membuat Muntaz mau tak mau harus duduk. Jangan harap Saaih menyentuh Muntaz. Sama sekali tak sudi.

"Awas!"

Sekali lagi Muntaz terpaksa beranjak berjalan menuju kedua adiknya yang sudah berpelukan menahan tangis. Muntaz memeluk keduanya, sakit? Tentu, mereka disini adalah adiknya tapi kenapa Saaih berprilaku kejam.

Saaih tak mempedulikan sosok mereka bertiga, dengan perlahan Saaih naik ketempat tidur. Diusapnya lembut rambut Fateh.

"Fateh bangun yuk dah siang kita sarapan bareng. Yang lain udah nunggu dibawah," ucap Saaih lembut.

Krek

Hancur berkeping-keping hati ketiganya melihat adegan manis antara abang dan adik. Mereka disini juga adik bukan? Bahkan Qahtan adalah anak bungsu dikeluarga ini. Qahtan semakin erat memeluk Salehah, perasaanya hancur. Ia masih kecil namun kenapa dunia ini sangat kejam?

"Bang Saaih?" Lirih Fateh dengan suara seraknya. Fateh menundukan dirinya menatap sekitar mencari ketiga adiknya karna takut. Ya takut, abangnya Saaih ada disini Fateh takut Saaih melukai ketiga adiknya yang selama ini ia jaga mati-matian.

Fateh beranjak menuju ketiga adiknya yang saling berpelukan. Pasti mereka ketakutan. Fateh tak peduli dengan wajah merah padam Saaih yang memendam kesal, yang ada dipikirannya hanya ketiga adiknya.

"Kalian udah bangun humm? Salehah, kamu mandi duluan ya," ucap Fateh lembut sambil mengusap kepala Salehah. Salehah hanya mengangguk lantas beranjak menuju kamar mandi dengan kepala tertunduk takut.

"Cepat lah yang lain sudah menunggu," ujar Saaih lalu pergi.

Fateh menghelai nafas pelan. Selalu saja begini, Fateh tak habis pikir kenapa mereka membenci Muntaz Salehah dan Qahtan, dan selalu pilihkasih terhadapnya. Mereka selalu melimpahkan kasih sayang terhadap Fateh namun kenapa tidak pada mereka bertiga?

"Kalian berdua mandi setelah Salehah, abang mau mandi dibawah," ucap Fateh.

"Jangan lama," ucap Qahtan.

"Iya, abang ga lama. Selesai abang langsung kesini," ucap Fateh sambil mencubit pipi gembul Qahtan.

Sejenak Fateh merasa tak percaya jika ia telah berhasil membesarkan ketiga adiknya ini. Fateh telah berjanji akan selalu menjaga melindungi ketiga adiknya.

"Umi. Ateh akan selalu menjaga mereka seperti yang umi bilang. Ateh sayang mereka melebihi diri Ateh sendiri, Ateh janji," batin Fateh.









Dorr

Bawang Ita habis jadi ga bikin nangis heheh... maaf ya...

Enak ga sih siang2 gini baca? Klo Ita enak malem...

Wkwkwk

Makhluk nocturnal biasa...

Oke

Sampai disini pertemuan kita kali ini...

Saya Ita yang imut nan manis tapi cool undur diri see you dadah good by...

Saya Fateh Halilintar

Saya Muntaz Halilintar

Saya Salehah Halilintar

And me Qahtan Halilintar

Pamit undur diri... dadahhhh

 dadahhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brother Is Our Hero (GH Kids)tamat✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang