Bab 5

31 9 3
                                    

"Apa setelah ini kita akan tidur bersama dengan wanita, lalu menikmati aroma tubuh dan merobek hasrat mereka" ceracauku lagi.

Mereka diam dan saling menatap. Setelahnya mereka menatapku sambil tersenyum, berusaha membuat suasana menjadi normal. Kehidupan semacam ini sudah sangat aku tahu ciri khasnya. Berkumpul dengan teman-teman bangsat lalu berencana merusak hidup anak gadis orang. Aku tahu semua itu. Aku terka mereka akan berencana tidur bersama malam ini. Mereka tak tahu, ketika aku melihat pria kaya yang mengenakan pakaian dan arloji mahal itu, ada alat kontrasepsi disakunya. Aku bahkan tahu merk-nya. Kurasa 3 pria ini belum seahli diriku dulu.

"Apa ada yang salah, Tian?" Grace bertanya padaku.

"Tidak" jawabku singkat sambil terus menatap sengit ketiga pria yang duduk .

Atmosfir ditempat kami kini menjadi kaku dan tegang dengan sikapku. Aku tak peduli dan hanya melanjutkan hisapan nikotin. Kutelaah lebih dalam rasa dari tembakau yang begitu mahal ini. Semuanya menjadi tak bersuara. Pria dengan jaket kulit tampaknya tak sabar dan sedikit risih dengan tingkahku.

"Apa sebenarnya yang mau kau katakan, huh?"

"Mark, sudah. Dia mungkin sedang mabuk" Sarah mencoba menenangkan pria tersebut.

"Tak ada. Aku hanya ingin minum dan merokok seperti yang kalian mau" kataku sarkas.

"Jika kau tidak mau. Ehh, maksudku jika kau tidak sanggup minum, maka jangan minum" Pria yang dipanggil sebagai Mark itu tersulut emosi. Lagi-lagi memori saat aku SMA kuingat. Ketika aku memancing emosi 5 orang berandal yang ada di atap sekolah. Kali ini berbeda. Aku tak mau melawan. Aku bukan Watson. Aku ini Christian.

"Kalian harus berubah! Jangan mau merusak diri seperti ini"

"Astaga, Grace. Kau salah membawa bocah ini kesini. Dia belum dewasa sama sekali" dia melihat Grace kecewa lalu pergi meninggalkan kami. Aku hanya tertawa meremehkan, yang belum dewasa disini bukan aku, tapi dia.

"Ada apa denganmu, Watson?" Grace berbalik menatapku.

"Aku berkata ini demi kamu. Jangan pernah datang ketempat seperti ini lagi. Tempat ini memberimu identitas semu. Kau bukanlah Grace saat datang kesini. Kalian semua juga, jika ingin bersenang-senang lakukan saja hobi kalian" ceramahku sambil pergi meninggalkan mereka disitu.

Christian.

Nama yang begitu simbolis dan juga penuh beban. Aku keluar dari bar itu sebagai Christian – bukan Watson. Kulewati orang-orang yang ada di dalam bar dengan begitu sombong. Aku merasa begitu bangga bisa keluar dari bar dengan pikiran dan juga akal sehatku. Diriku saat ini tidak mabuk dan juga tidak sedang berpikiran negative tentang gadis-gadis yang berpakain mini dengan belahan dada yang dibuat semenarik mungkin. Suara-suara dalam bar yang dulu seperti nyanyian merdu bagiku, kini seperti teriakan minta tolong.

To be Continued ...

Dear God, I AM FALLING IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang