PART 1

402 175 24
                                    

Plak!

Pipi Bulan seketika memerah karna tamparan Sarah---mama Bulan. Sarah yang masih tersulut emosi menjambak rambut Bulan lalu di benturkannya jidat Bulan ke dinding tembok.

"Ampun, Mah, sakit." Lirih Bulan kesakitan. Pipinya yang masih panas akibat tamparan Sarah dan kini jidat nya sudah membiru.

"Saya bukan mama kamu!"

"Kamu lihatkan tadi, gara-gara kamu anak saya lecet kaki nya!"

"Nadin bukan anak mama! Aku yang anak mama!" Sentak Bulan.

Plak!

"Keterlaluan kamu Bulan!"

Nadin---adik tiri Bulan yang terpaut 1 tahun. Menyaksikan Bulan yang sedang di siksa dari lantai atas kamarnya sambil bersidekap. Bulan membantu Nadin karna adik tirinya itu terjatuh dari motor matic nya, tetapi Nadin melaporkan pada Sarah dan membalikan fakta.

Semenjak Sarah menikah lagi, Bulan sangat-sangat kekurangan kasih sayang. Sarah lebih menyayangi Nadin yang jelas-jelas hanyalah anak tiri.

Bulan yang merasakan kepalanya mulai berputar akibat benturan tadi, memegang dinding tembok menahan dirinya agar tak jatuh.

Sarah berjalan ke arah meja mengambil pisau lipat dan di berikannya pada Bulan. Bulan menerima pisau lipat dengan bingung.

"Putus urat nadi kamu sekarang! Saya gak mau liat kamu lagi di sini, Bulan!" Perintah Sarah.

Bagai petir yang menyambar hati. Bulan menatap Sarah dengan tatapan kosong, ibu nya benar-benar ingin dirinya mati.

"M-mama mau a-aku mati?" Tanya Bulan tidak percaya kepada mama nya itu.

Sarah mengangguk mantap. "Saya kasihan sama kamu Bulan, hidup di dunia yang tidak berlimpahkan kebahagiaan. Jadi saya bantu kamu untuk bertemu dengan tuhan."

Air mata yang sedari tadi Bulan tahan akhirnya menetes. Bulan mulai membuka pisau lipat lalu di arahkan pada urat nadi nya.

"Aku berusaha sembuh untuk mama, untuk menemani masa tua mama. Tetapi mama menginginkan aku mati." Batin Bulan.

Brak

Lelaki berbadan tegap membuka pintu rumah kasar. Dengan cepat lelaki itu mengambil pisau lipat yang ada di tangan Bulan, membuat Sarah kesal pada lelaki itu.

Lelaki itu bernama Gibran---sepupu tirinya yang sangat peduli. Sudah berapa kali laki-laki itu membantunya. Gibran mendekati Sarah yang bersidekap dada.

"Tante gila ya?!"

"Jangan halangi dia untuk bertemu tuhan, Gibran."

"TANTE YANG HARUS NYA BERTEMU DENGAN TUHAN!" Sentak Gibran membuat Sarah terdiam.

"Dan apa tadi? Tante memanggil Bulan dengan sebutan 'Dia'. Bulan anak tante! Putri tante!"

"Dia bukan anak tante, Gibran, anak tante hanya Nadin!"

Bulan yang mendengar itu tersenyum tipis.

Bulan Sad StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang