"Gimana, Lan, kepala lu masih pusing?" Tanya Vanda pada sahabat nya yang menyembunyikan wajah dengan lengan yang ada di atas meja.
Bulan mengangkat kepalanya menatap Vanda dengan mata yang sipit. "Enggak kok, udah hilang."
"Kalo masih pusing gue beliin kepala baru, di sopie banyak mumpung gue punya vocher gratis ongkir."
"Boleh request ga? Gue pengen pake kepalanya Lisa blek pink."
Vanda mengelus pelan pipi Bulan lalu di sentilnya. "Terus tu toko kudu mutilasi si Lisa hah!? Gue sleding ilang ni kepala."
Pak Bagus yang sedang menerangkan tulisan-tulisan yang tidak di mengerti oleh semua murid membalikan badan nya melihat ke arah meja Bulan dan Vanda.
"Ada apa di belakang?"
Vanda dan Bulan tersentak kaget.
"I-ini, Pak, lagi debat rumus yang bapak tulis itu." Ujar Vanda yang tentunya berbohong.
Kaki Bulan menginjak kaki Vanda lalu menatap nya melotot.
"Biar cepet, Lan." Ucap Vanda dengan suara kecil.
"Kalo di suruh ke depan gimana?"
"Wasallam aja udah."
Pak Bagus tersenyum bangga, dari 35 murid di kelas 12 IBB hanya 2 orang yang bekerja sama memecahkan rumus matematika.
"Bapak bangga! Coba kerjakan soal yang ini." Suruh Pak Bagus membuat mata Vanda dan Bulan membulat sempurna.
Bulan menepuk jidat nya pasrah.
"Ujian hidup, ujian sekolah, ujian cinta. Semua beban perasaan ada aja di pundak gue." Dengus Bulan kecil yang masih terdengar oleh Vanda.
Dengan ragu Vanda dan Bulan berjalan ke arah papan tulis untuk mengerjakan soal matematika yang sama sekali tidak mereka mengerti.
"Silahkan di kerjakan yang ini." Ucap Pak Bagus sambil menunjuk angka yang tertulis di papan tulis.
Vanda yang melihat soal banyak dengan angka dan huruf seketika pusing. "Mampus anak nya banyak banget." Gumam Vanda membisiki Bulan.
Tok ... tok ... tok
"Paket!" Sahut seisi kelas.
Saat pintu kelas terbuka Vanda dan Bulan mengelus dada sambil mengucapkan syukur. Karna hari senin selalu ada infak kelas sebelum istirahat yang di adakan oleh OSIS dan MPK. Pokoknya osis nagih infak pertanda bel istirahat akan berbunyi.
Pak Bagus dengan terpaksa menyuruh Vanda dan Bulan kembali duduk di meja nya. Dan sekarang giliran osis dan mpk untuk berbicara hingga berbusa.
"Assalamualaikum akang teteh, di sini kami anggota OSIS dan MPK ingin mengajak akang teteh sekalian untuk infak." Ucap satu orang perempuan mewakili 4 orang yang membawa kotak infak.
Lalu 4 orang dengan dua orang perempuan dan dua orang laki-laki berjalan ke arah meja.
Kangen banget sama ini moment.
"Infak nya kak." Ujar salah satu perempuan yang entah anggota osis atau mpk di meja Vanda dan Bulan.
Vanda memberikan uang lima ribu rupiah dan Bulan memberikan uang sepuluh ribu rupiah. Setelah itu perempuan yang di ketahui adik kelas nya itu mengelilingi meja lain.
"Ini dek, gope buat 4 orang ya." Jarwo memasukan uang gope pada kotak infak.
"Iya kak makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Sad Story
Teen FictionNama aku, Bulan. Kata orang memeluk mama ketika lelah itu nyaman, kata orang memeluk mama saat sedih itu tenang, kata orang memeluk mama dengan bahagia itu rasanya istimewa. Tetapi aku tidak pernah merasakan pelukan yang orang lain bilang nyaman, te...