Bulan merapatkan jaketnya dan memakai kaus kaki. Jam sudah menunjukan pukul 1 malam, tetapi matanya masih bisa menahan rasa kantuk karna sore tadi dirinya sudah tidur, beruntung besok hari Minggu jadi Bulan tidak perlu repot-repot berangkat pagi ke sekolah.
Kondisi badannya sudah membaik setelah 2 hari yang lalu melakukan cuci darah, perutnya yang sedari tadi berbunyi. Dengan terpaksa Bulan menuruni tangga menuju dapur.
Setelah sampai dapur Bulan membuka kulkas dan di dalamnya banyak sekali bahan makanan. Tetapi tangannya hanya mengambil satu butir telur dan kecap. Bulan mulai memasak telur mata sapi agar lebih cepat.
Langkahnya mengambil piring dan mengisinya dengan nasi. Membolak-balik telur dan tak lama telur itu jadi. Bulan mendudukan badannya di meja makan, berdoa sejenak lalu mulai memasukan makanan nya ke dalam mulut.
Brak
Mendengar suara seseorang terjatuh dari arah pintu utama, Bulan melangkahkan kakinya pelan. Melihat Nadin yang terjatuh dengan pakaian mini nya dan bau alkohol membuat Bulan tidak betah.
"Anak kesayangan mama, abis pulang jual diri." Cibir Bulan dengan ogah-ogahan membantu Nadin berjalan.
Tentu saja Nadin tidak sadar jika Bulan sedang membantunya. Mungkin kalau Nadin tau dia sudah malu pada perbuatannya yang selalu menorehkan luka pada Bulan.
"Nyusahin banget sial."
Langkahnya yang lambat karna Nadin terpengaruh alkohol membuat Bulan kesusahan menaiki anak tangga.
"Lu kalo hidup masih nyusahin gue, baik-baik deh sama gue. Toh kalo lu lagi kaya gini gak ada yang nolongin juga." Oceh Bulan yang tentunya tidak Nadin dengar.
Dengan susah payah akhirnya sampai di depan kamar Nadin yang isi nya jauh lebih mewah di bandingkan kamar dirinya. Bulan membuka pintu kamar Nadin dan merebahkan badan Nadin di kasur.
Bulan turun ke lantai bawah mengambil baskom yang berisi air hangat dan kain kecil untuk mengelap lalu kembali lagi ke kamar Nadin. Dengan pelan Bulan membuka sepatu Nadin yang begitu tinggi lalu mengelapnya agar, menggantikan Nadin pakaian agar gadis itu tidak merasa kedinginan, dan menghapus make up menor adik tirinya itu.
"Enak ya jadi lu, dapet kasih sayang dari orangtua lengkap. Walaupun papa lu harus menetap di negara yang berbeda, tapi lu masih dapet kasih sayang dari mama gue." Ucap Bulan sambil menghapus make up menor Nadin. Sedangkan Nadin sudah terlelap ke dalam mimpi.
"Sedangkan gue? Gue aja gak tau papa gue siapa, mama gue aja lebih sayang sama lu. Lu kalo ada masalah enak bisa lari ke pelukan mama. Lah gue? Ada Vanda sama Gibran aja gue udah bersyukur. Se-enggaknya gue bisa melepaskan penat di pelukan mereka."
Merasa sudah beres, Bulan merapihkan barang-barang Nadin. Lalu mengambil baskom dan berjalan ke arah pintu keluar kamar Nadin.
Sebelum itu, pigura yang tersimpan di meja belajar Nadin membuat Bulan mengurungkan niatnya untuk segera keluar dari kamar gadis itu. Melihat foto Nadin bersama mamanya, foto yang sama dengan di ruang tamu. Hanya saja di pigura itu hanya ada Nadin dan mamanya. Mungkin gambar dirinya di potong oleh Nadin.
"Miris banget jadi gue." Ucap Bulan lalu beranjak pergi.
💔💔
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Sad Story
Teen FictionNama aku, Bulan. Kata orang memeluk mama ketika lelah itu nyaman, kata orang memeluk mama saat sedih itu tenang, kata orang memeluk mama dengan bahagia itu rasanya istimewa. Tetapi aku tidak pernah merasakan pelukan yang orang lain bilang nyaman, te...