Setelah selesai dengan urusan perut, Vanda dan Gibran kembali lagi ke rumah sakit untuk menemani Bulan. Sebelumnya dokter Firman juga sudah menelfon Vanda, dan memberitahukan bahwa sahabatnya itu sudah di pindahkan ke kamar rawat biasa. Vanda juga di beri tahu di mana kamar rawat Bulan; Kamar Mawar no 3.
Vanda membuka pintu pelan-pelan dengan Gibran yang ada di belakangnya. Melihat banyak kasur pasien yang berjejeran tetapi gadis itu tidak melihat sahabatnya sama sekali.
"Gib, kok Bulan gak ada ya?" Tanya Vanda khawatir dengan wajah yang sudah pucat pasi.
Gibran keluar kamar dan mengecek lagi nama ruangan ini tetapi mereka tidak salah masuk.
"Tapi ini beneran ruangan nya kok, Van, kita gak salah masuk."
Vanda mengecek dua kamar mandi di kamar ini. Tetapi Bulan tidak ada di dalamnya, membuat Vanda tambah khawatir. "Gib, Bulan kemana? Gibran bulan kemana?!" Vanda sudah cemas lalu berlari ke ruangan sebelah dan mencari sahabatnya itu tetapi ia tidak menemukannya.
Gibran yang hanya mengikuti kemana Vanda berlari ikut cemas. Tidak biasanya Bulan seperti ini, Bulan akan mengistirahatkan tubuhnya setelah melakukan cuci darah.
Vanda yang sudah mengelilingi semua ruangan mendudukan diri di lantai dengan lemas. Menahan tangis yang sedari tadi ia tahan, tetapi tangis itu menjadi pecah.
Gibran yang tahu perasaan gadis tersebut hanya bisa memeluk. "Jangan mewek, lu kan cewe bar-bar masa mewek sih, Van!" Ucap Gibran supaya gadis itu tenang.
"Gimana gue gak mewek, sahabat gue gak ada. Biasanya Bulan gak kaya gini, Gib, gue takut dia keluar dari rumah sakit ini."
"Sttt, udah ngapain di tangisin? Kita kan belum cek ke rooftop."
Mendengar ucapan Gibran, Vanda berdiri dari duduk nya lalu berlari ke arah rooftop berharap sahabatnya memang benar ada di sana.
"Gibran kita harus ke rooftop." Teriak Vanda yang sudah berlari jauh. Mungkin Vanda sedang lupa bahwa dirinya sedang ada di rumah sakit.
"Dasar cengeng." Ucap Gibran tanpa sadar dia tersenyum. Lalu mengikuti Vanda yang kini sudah berlari jauh.
💔💔
Pintu rooftop sedikit terbuka, Vanda berjalan melewati pintu tersebut dengan Gibran yang mengekor di belakangnya. Benar saja, Vanda melihat Bulan yang sedang melihat pemandangan tanpa objek itu sambil tersenyum penuh luka.
Vanda dan Gibran melangkah dengan pelan mendekati Bulan. Kini Vanda sudah berada di samping Bulan. Vanda melihat Bulan yang ada di sampingnya, tetapi gadis itu belum juga tersadar.
Gibran yang mengikuti Vanda duduk di sebelah kiri Bulan. Melihat paras Bulan yang begitu cantik, bibir pucat dan badan kurusnya adalah bukti bahwa gadis itu sedang berusaha untuk sembuh.
"Semesta itu pemilih ya?"
Vanda dan Gibran terkejut mendengar Bulan yang tiba-tiba bersuara. Mereka berdua hanya terdiam membisu saat Bulan bertanya tentang semesta.
"Kalian berdua bisu?" Ledek Bulan.
"Nggak!" Seru Vanda dan Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan Sad Story
Teen FictionNama aku, Bulan. Kata orang memeluk mama ketika lelah itu nyaman, kata orang memeluk mama saat sedih itu tenang, kata orang memeluk mama dengan bahagia itu rasanya istimewa. Tetapi aku tidak pernah merasakan pelukan yang orang lain bilang nyaman, te...