Part 15 🍂

357 52 105
                                    

Hai!!
Mungkin part ini isinya bakal agak berat dan kaku. Entahlah.

🍁🍁🍁

Senja mendudukkan dirinya di hadapan Fajar yang sedang menikmati segelas es teh. Senja hanya membeli sebotol air mineral seolah sudah tau bahwa pembicaraan ini tidak akan memakan waktu lama.

"Sen, to the point aja ya?"

Senja mengangguk, di dalam jantungnya sudah berdetak tak karuan menanti pertanyaan Fajar.

"Lo ada hubungan apa sama keluarga Wiranegara?"

Senja tersentak kaget. Ia tak menyangka pertanyaan ini yang akan terlontar. Ia pikir Fajar akan ... ah lupakan.

"Kenapa kamu bisa nanyain itu?"

"Reza Pradana Wiranegara, tunangan lo, kan?" Pertanyaan Fajar membuat Senja ingin menguliti abangnya.

Mentang-mentang identitasnya disembunyikan, ia main diaku aja sama abangnya. Ya walaupun pura-pura, tetapi Senja kesal.

Awas aja Bang Reza kalo sampe rumah

"Kamu tau dari siapa?"

"Gue ketemu sama Reza pas lo di rumah sakit." Fajar menguatkan hatinya yang terasa nyeri, "dia bilang hubungan lo sama dia lebih dari seorang pacar. Bener?"

Senja terdiam, terlihat ragu untuk menjawab.

"Hm, i-iya bener,"

Dia 'kan abang aku, lanjutnya dalam hati.

Fajar menghembuskan napasnya kecewa.

"Gue udah ga ada harapan, ya?" Fajar bergumam lirih.

"Kamu ngomong apa, Jar?" Senja mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan samar-samar dari Fajar.

"Sen, sorry ya kalau misalkan ini bikin lo kaget. Ehm, dari dulu gue ngerasa ... gue gabisa biasa aja kalau sama lo. Lo beda dari semua cewek yang gue temui selama ini. Cuma lo yang bisa bikin sikap kaku gue ke wanita hilang. Yah, anggep aja, lo itu spesial buat gue. Gue udah berpikir berulangkali dan mungkin ini saatnya gue bakal ngomong sama lo."

Fajar menarik napasnya pelan, setelah itu ia melanjutkan perkataannya.

"Kalau gue suka sama lo, gimana?"

Senja terbelalak kaget,"Kamu bercanda?"

"Gue serius."

"Ta-tapi, sejak kapan?"

"Sejak pertemuan pertama kita."

Senja termenung.

"Aku gatau, Jar. Aku--"

"Lo gaperlu jawab apapun. Gue cuma mau ngungkapin aja kok, engga bermaksud apa-apa. Gue tahu ada hati yang harus lo jaga."

Senja tersenyum kikuk. Ia bingung harus menanggapi apa. Akhir-akhir ini ia menyadari nama Fajar lebih banyak menguasai otaknya. Namun, ia tak bisa untuk mendeskripsikan perasaan yang ia punya kepada Fajar. Ia masih bingung dan tidak bisa memahami hatinya.

"Gue cuma berpegang teguh sama satu hal sih. Kalau janur kuning belum melengkung, gue masih ada kesempatan menikung, ya gak?"

Senja kali ini beneran kaget. Sedangkan Fajar merutuki bibirnya yang lancang sekali berbicara seperti itu. Ajaran sesat kedua temannya nyatanya menjadi alternatif bagi Fajar untuk merebut hati Senja.

"E-eh, bukan gitu maksud gue. Maksudnya kan ya belum ada hubungan yang serius gitu, ya kita jalani aja. Siapa tau kita emang jodoh, ya  kan?" Fajar berucap dengan percaya dirinya.

Kali aja besok tunangannya mati, batin Fajar dengan kurang ajarnya.

Andai Fajar tau orang yang dia sumpahin besok mati itu adalah calon kakak iparnya. Huh

Senja tersenyum kikuk lagi, dihadapkan pada sisi lain Fajar yang benar-benar berbeda dari biasanya membuatnya geli sendiri. Ia ingin meluruskan, namun harus berpikir berulangkali karena takut berimbas ke identitasnya.

Tapi, bukankah aku percaya sama Fajar? Nggakpapa kan aku bilang yang sebenarnya sama Fajar?

Senja bergulat di dalam pikirannya. Ia berusaha meyakinkan apa langkah yang akan ia ambil itu adalah yang paling tepat.

"Jar, sebenarnya aku sama Bang Reza nggak ada hubungan apapun. Aku--" Senja menghela napas dalam-dalam," kita deket dan dia udah aku anggap kakak bagi aku kok. Itu mungkin cuma akal-akalan Bang Reza karena takut kamu cowok ga bener yang bikin aku sakit hati nantinya."

Fajar membuang napasnya lega. Matanya berbinar. Hilang sudah predikat Fajar yang kaku dan sedikit berandal. Kali ini ia seolah bertranformasi menjadi seorang anak kecil menang lotre.

Ya Allah kaga salah gue tuh semalem minta restu sama Pras dan Jono. Emang temen terdebes mereka tuh. Hehe

Fajar sekarang rasanya ingin menjadi orang gila yang bisa tersenyum dan teriak sesuka hati.

"Jar, kamu gapapa, kan? Kok daritadi diem aja?" Senja memecah lamunan Fajar.

"Eh, sorry-sorry. Ehm, jadi kalo gue berharap lebih dari temen, lo bisa ga?"

"Kamu tau prinsip aku, Jar. Aku belum mau hubungan yang aneh-aneh. Cukup sebatas teman aja."

Fajar berusaha menebalkan hatinya yang sedikit kecewa.

It's okey, Jar. Yang penting lo udah ngungkapin semua isi hati lo. Okey, tenang.

***

Reza memasuki kamar adiknya dengan wajah datar.

"Kamu ada hubungan apa sama Fajar?"

Senja menengok, menatap abangnya heran.

"Nggak ada apa-apa kok."

"Bohong kamu, ya?" Reza memicingkan matanya.

"Enggak, Bang. Serius, cuma temen kok."

Inilah alasan Senja tak mau memiliki hubungan lebih dari teman kepada lelaki. Abangnya satu ini sangat posesif jika menyangkut adiknya. Reza diam-diam selalu mengawasi Senja lewat bodyguard yang dikirim ayahnya. Segala hal yang terjadi pada Senja hari ini, tentu Reza tahu. Dan, Reza juga tidak akan membiarkan adiknya berpacaran dengan lelaki manapun. Ia tak mau Senja disakiti.

"Jangan pacaran sama Fajar. Berandalan, pemabuk, suka balap liar. Apaan itu plus nya? Ga ada, minus semua."

Jleb.

Untuk urusan cowok, Reza akan mengulik semua minusnya dan mengabaikan plusnya. Alasannya satu, biar Senja ilfeel sama cowok tersebut.

Senja terdiam sejenak. Otaknya berusaha berpikir.

"Tapi, Bang, aku pikir Fajar kaya gitu mungkin karena faktor pergaulannya. Pasti ada hal yang menyebabkan dia kaya gitu. Semua manusia juga punya hal buruk, tapi bukan berarti mereka gabisa berubah dan meninggalkan hal buruk itu."

"Dikasih apasi sampai kamu belain dia segitunya? Biasanya Abang ngomong kek gini dulu kamu langsung nurut."

"Abang nggak ngerti."

"Iya emang nggak ngerti dan nggak mau ngerti. Dengerin kata abang! Kalau kamu mau ngeyel terserah. Jangan ngadu ke abang kalau kamu patah hati."

Reza berjalan keluar tanpa menunggu respon adiknya. Senja menghembuskan napas kasar. Ia beneran bimbang dengan segala hal yang membuatnya harus mengambil keputusan di akhir-akhir ini.

Aku berharap aku tidak salah langkah. Mencoba membuka hati tidak buruk, kan?

Fajar dan Senja [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang