Part 11🍂

467 53 63
                                    

Senja melangkah menghampiri keluarganya yang kini tengah menonton TV bersama. Sore tadi, Ivan menyuruh Senja untuk menghadapnya. Senjapun menunda sejenak aktivitas belajarnya dan ikut berkumpul bersama keluarga.

"Duduk sini,nak!" Rani menitah Senja untuk duduk di sampingnya, diantara Ivan dan Rani. Malam ini hanya mereka bertiga yang berkumpul.  Reza seperti biasa sibuk dengan acara kampusnya.

"Ayah sama Bunda ada yang mau diomongin?" Senja menatap Ivan dan Rani bergantian.

"Senja, ayah sudah memutuskan."Senja menaikkan alisnya bingung.

"Mulai besok kamu harus pake bodyguard." Mata Senja membola. Ia hendak melayangkan protes.

"Kami nggak menerima penolakan, Senja." Rani segera membungkam tatapan protes Senja.

"Tapi, Yah, Bun, masa tiap kemana-mana Senja harus diikutin bodyguard,sih? Bukannya kalo gitu malah bikin keluarga King curiga sama Senja? Sia-sia dong, kita selama ini menyembunyikan identitas aku." Senja memprotes.

"Itu sudah ayah pikirkan, Senja. Bodyguard tidak akan di sampingmu, tetapi menjagamu dari kejauhan."

Senja termenung. Ia mengangguk-angguk.

Ya, setidaknya itu lebih mending daripada harus di sampingku dan mengikutiku terang-terangan.

"Bagaimana, nak?" Rani bertanya.

"Oke, Senja setuju." Ivan dan Rani pun tersenyum lebar.

"Nah, gitu dong. Yaudah, sana kamu kalo mau belajar," titah Ivan.

"Okee, malam, Yah, Bun."

***

Senja berjalan menyusuri menuju gudang belakang sekolah membawa beberapa penggaris kayu. Pak Broto, guru matematikanya menyuruh Senja untuk mengembalikan penggaris tersebut ke gudang. Kebetulan, siswa yang  masih di kelas hanyalah Senja, karena ia sedang piket. Sementara,  temannya yang lain sudah kabur dengan berbagai alasan yang intinya tidak mau piket.

Senja menghela napasnya lelah.

Tau gitu tadi aku ikut kabur aja deh.

Langkahnya kemudian terhenti di depan pintu gudang. Ia melihat-lihat sekitar yang nampak sepi. Maklum, tempat gudang memang agak terbelakang.

Setelah itu, ia membuka pintu gudang dan memasukinya. Hal yang pertama kali menyambutnya adalah debu-debu dan barang-barang berserakan. Gudang di sekolahnya memang satu-satunya tempat yang dinistakan. Tak ada satupun yang mau membersihkan, saking kotornya.

Brukk!!

Senja terlonjak kaget. Matanya menatap sumber suara. Rupanya ia tak sengaja menendang tumpukan kardus dan menimbulkan kegaduhan yang mengagetkannya.

Setelah selesai, Senja berbalik dan berjalan keluar. Tangannya meraih knop pintu gudang.

Kok pintunya ketutup sih? Perasaan tadi engga, deh. Mungkin kena angin kali ya?

Cklek! Cklek!

"Kok susah sih?" Senja mengernyit heran. Ia mencoba memutar knop pintu lagi berkali-kali. Namun, tetap saja gagal.

"Jangan bilang kekunci lagi!! Astagaa." Senja menepuk kepalanya panik.

Hari ini niatnya ia ingin cepat-cepat pulang. Ia tak nyaman berada di sekolah lama-lama. Apalagi satu tempat dengan orang yang hendak merusak hidupnya.

"Aku harus minta tolong sama siapa dong? Aku ga bawa ponsel. Tempatnya sepi kaya gini lagi," gusarnya. Ia pun mencoba mengetok pintu tersebut. Barangkali orang yang tak sengaja lewat bisa mendengar.

Fajar dan Senja [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang