Part 8🍂

515 64 60
                                    

Senja melangkah ke dapur menghampiri Rani, Bundanya.

"Bunda manggil Senja?"

"Iya, nak. Bantuin Bunda nyiapin makan malam."

Senjapun mengangguk, lalu mulai membantu sang Bunda. Sepasang ibu dan anak itu sesekali berbagi cerita untuk mengisi suara.

"Bara masih berulah, nak?"

"Tentu saja masih, Bun. Bunda kan tahu sendiri Bara orangnya gimana. Dia nggak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai."

"Ya, selalu hati-hati, nak. Pastikan kamu selalu cerita sama Ayah. Biar ayah yang akan mengirim orang buat nglindungin kamu."

"Tapi, Bun--"

"No!  Bunda ngga mau ya kamu ngeyel kalo dikasih bodyguard. Ini demi kebaikan kamu. Kita nggak akan tahu apa yang dilakukan Bara nanti. Senja nggak lupa juga, kan? Identitas Senja setiap waktu harus dipastikan aman."

Senja menghela napas jengah,"Bun, apa kata temen-temen kalo aku diikutin bodyguard? Anak presiden juga bukan. Berlebihan banget, Bun. Senja masih bisa jaga diri kok. Senja kan udah janji kalo emang mendesak Senja bakal pake bodyguard. Janji beneran deh. "

Gantian Rani yang menghela napas kesal. Anaknya yang satu ini memang ngeyel kalau dibilangin.

"Terserah kamu deh. Bunda nyerah nasihatin kamu tuh."

"Maaf, Bunda. Janji kok besok kalo bener-bener darurat bakal pake bodyguard." Senja memeluk Rani.

"Iya, iya. Dah, anak Bundaa." Rani membalas pelukan sang anak bungsu dengan gemas.

"YUHUUU, ABANG GANS SEJAGAT RAYAA PULANGG!!!"  Reza memasuki rumah dengan penuh semangat. Lelaki 20 tahun itu melangkah menuju dapur seolah memang sudah tahu bahwa penghuni rumahnya yang lain sedang di dapur.

"Wahh, pada ngapain nih peluk-peluk? Ikutan dong!" Reza segera menghambur kearah Rani dan Senja yang sedang berpelukan. Dia memeluk kedua perempuan tersayangnya itu dengan erat. Sangat erat.

"ABANGG, SESEK!!!" Senja meronta keras-keras. Reza tak menggubrisnya.

"Abang, ini Bunda beneran encok kalo kamu meluknya kaya gitu! Ya Ampun." Rani mengomel kesal. Pasalnya, selain memeluk, Reza juga sekalian menumpukan berat badannya pada sang Bunda. Ga sadar berat badan. Dasar.

"Ekhemm. Pelukan mulu. Keburu laper nih." sindir seseorang dari belakang mereka.

"Ayahh!! Abang nih!" adu Senja seraya berusaha melepaskan diri dari dekapan sang Abang.

"Udah udah. Bersih-bersih sana!  Kita segera makan malam." titah Ivan.

"Ayo bersih-bersih, cil. Aduan banget si, dek. Hihhh. " Reza menyeret sang Adiknya menuju lantai atas kamar mereka. Senja mendengus kesal.

***

Seorang laki-laki berjalan melalui ruang makan tanpa menggubris orang-orang yang ada di ruangan tersebut. Bahkan ia melenggang dengan santainya tanpa menyapa ataupun berpamitan hendak kemana.

"Fajar! Mau kemana kamu?" Sang Kepala Keluarga menyentak anaknya tersebut dengan keras.

Yang dipanggil hanya memutar bola matanya malas. Ia tak berniat menoleh ke arah suara.

"Pergi. Males di rumah banyak setan," ucapnya lalu melanjutkan langkah.

"Fajar, ayah nggak pernah ngajarin kamu tidak sopan begitu ya!"

Fajar dan Senja [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang