Kenalan, yuk

75 7 7
                                    



14 September 2018

Malam ini aku harus bergegas untuk mempersiapkan apa saja yang harus aku bawa untuk orientasi mahasiswa baru di kampus esok hari. Namun, pikiran negatif menghantuiku sepanjang melakukan persiapan.

Sebelum tidur aku mengecek WhatsApp group untuk memastikan apakah barang yang aku bawa sudah sesuai, akupun mengeceknya tiga hingga lima kali. Bukannya aku tidak memperhatikan, tapi aku hanya ingin memastikan apakah barang itu benar-benar dibawa atau tidak.

Setelah beberes aku beranjak ke lantai bawah untuk makan malam. Sejujurnya aku belum siap untuk mendapat pertanyaan seputar kuliah karena aku masih ragu. Aku adalah orang yang kurang suka dipertanyakan secara spontan karena aku mudah tertekan dengan situasi.

Percakapan malam itu:

Mama: "gimana? kamu udah siap buat hari pertama besok?"

Aku: "Begitulah...."

Alasan aku menjawab begitu adalah karena aku memang belum siap menghadapi dunia baru. Aku selalu yakin kalau aku tak bisa menjalankan proses ini dengan baik. Aku amat resah hingga mengalami insomnia saat itu.

Satu malam penuh insomnia ada seorang teman yang bertanya apakah aku sudah mempersiapkan barang yang dibawa untuk orientasi nanti, aku menjawab sudah dengan hati yang cukup berat karena pikiran-pikiran aneh itu.

Percakapan malam itu pukul 02.30 dini hari:

Chacha: "Wa lu koo belom tidur?"

Aku: "iya, gue kepikiran nih besok gimana orientasi"

Chacha: "tidur lu besok kan ormik"

Aku: "bangunin tapi"

setelah melakukan sedikit percakapan dengan temanku, aku berusaha untuk tidur walaupun sebentar. Jujur ini sangat amat sulit karena aku masih merasa belum siap menghadapi dunia baru dan membuka lembaran diriku yang baru.

Salah satu sebab lain adalah karena aku adalah orang yang sulit untuk berbaur dengan orang baru. Aku benci keadaan ini. Apakah keadaan ini akan berlanjut? kurasa mungkin.

Setelah itu aku mencoba tidur walaupun hanya beberapa jam saja. Tak nyaman tidur semalaman karena pikiran. Aku berharap pagi besok aku bisa menerima keadaan dengan baik.

15 September 2018

Waktu menunjukkan pukul 4 subuh, dan aku harus hadir di kampus pada pukul 6:30. Dengan mata mengantuk aku segera mengambil botol minumku dan turun ke lantai bawah untuk mengambil seragam putih hitam untuk kupakai di orientasi nanti.

Percakapan pagi itu:

Mama; "Selamat pagi mahasiswa baru, udah siap jalani kehidupan baru?"

Aku: "iya gitu sih, antara siap dan ga siap hehehe"

Mama: "harus siap dong, kan waktunya buka lembaran baru"

Aku: "hehehe, mungkin aku lagi banyak pikiran"

Dengan segera aku menghabiskan roti bakarku yang kubuat sebagai sarapan pagiku. Aku benar-benar gugup saat itu, pikiranku kosong, tanganku bergetar dan bercucuran keringat. Dengan rasa ragu aku berusaha kuat untuk menikmati proses baru yang harus aku hadapi.

Aku masuk kedalam mobil, aku termenung membayangkan apa yang akan terjadi disana. Aku merasa bahwa aku telah berprasangka buruk pada awalnya. Rasa tak bersemangat muncul saat berada di lampu merah.

Entah apa yang aku pikirkan aku selalu menganggap bahwa bertemu teman baru itu menyeramkan, padahal aku belum mencobanya. Aku hanya diam dan mendengarkan pembicaraan kakakku dan keponakan perempuanku di bagian depan. Aku benar-benar bingung dengan diriku sendiri. aku hanya berharap semoga hari ini dipenuhi dengan kebahagiaan.

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang