Pandemic Date

12 0 0
                                    

25 Juli 2020

"Setelah sekian lama tak jumpa. Akhirnya, kita bisa melampiaskan rasa rindu kita dengan cara menemui satu sama lain untuk kesekian kalinya. Hati yang kini semakin tak sabar untuk melihatnya, kini penantian itu segera terwujudkan"

Hari ini, hari yang sangat mendadak bagi diriku. Tak ada angin, tak ada hujan, aku heran mengapa tiba-tiba dia mengajakku kencan.

Ini adalah kali pertama aku kencan, setelah sekian lama kencan tertahan karena meluasnya wabah pandemi COVID 19. bukan hanya aku yang sukup kesal dengan keadaan itu, namun semua orang di penjuru dunia juga kesal dengan wabah itu.

Setelah sekian lama, akhirnya aku mencoba untuk berdandan lagi. Mungkin, aku sudah tiga sampai empat bulan ini tidak berdandan karena aku tak pernah pergi keluar.

...

Ini sudah jam sembilan, dan aku sama sekali belum membereskan diriku. Pada sisi lain aku berpikir ini masih terlalu pagi, jadi aku memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu.

Untung saja aku sudah mengganti bajuku. Jadi,, aku tak perlu terlalu memikirkan baju apa yang akan aku gunakan hari ini.

Aku tak ingin terlihat seperti wanita pada biasanya, jadi aku berdandan sesuai dengan kemauanku. Lagipula, dia adalah orang yang tidak menuntut lebih dalam suatu hal.

Ponselku berbunyi pada saat sedang bersiap-siap, aku yakin Algi pasti bertanya-tanya aku kemana. Karena, aku memang belum sempat mengabarinya:

Algi: "sayang?"

Aku: "iya?"

Algi: "lagi ngapain?"

Aku: "aku lagi siap-siap"

Algi: "kerajinan"

Aku: "loh? Emang kamu ngapain dari tadi?"

Algi: "aku belum mandi"

Aku: "udah tau mau jalan, dasar, males"

Algi: "hehehe"

Aku: "ini kan hampir jam sepuluh, mandi sana"

Algi: "iya, ratu bawel. Sebentar lagi pangeran rusuh kesana"

Algi itu aneh, disaat seperti ini dia masih saja menyempatkan diri untuk melakukan suatu hal yang menyebalkan.

Keanehannya justru membuatku mengerti kalau cinta itu sederhana. Anehnya, entah mengapa dia selalu membuat kata-kata yang aneh. Apa yang dimaksud dengan "pangeran rusuh?". Dia itu, selalu ada cara untuk membahagiakan orang yang dia sayang.

Aku tak tahu apa yang dia pikirkan, aku hanya berharap semoga rasa ini bisa bertahan lama dengannya.

Kata-kata aneh itu masih saja terlintas di kepalaku. Teringat bagaimana cara dia mengatakannya, lalu aku membayangkan betapa menyebalkan wajahnya ketika dia mengatakan "pangeran rusuh" di hadapanku.

...

Tiga puluh menit berlalu, lagi-lagi si rusuh itu mengabariku. Namun, kali ini benar-benar tidak masuk akal:

Algi: "Nas"

Aku: "iya?"

Algi: "lagi ngapain?"

Aku: "aku lagi siap-siap"

Algi: "Nas'

"mau tau aku abis apa?"

Aku: "apa?"

Algi: "aku baru selesai mandi"

Aku: "penting sekali kabarnya"

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang