Badai Cemburu

37 2 5
                                    

24 September 2018

Aku tak tahu apa yang aku rasakan sejak aku bangun pagi, tanganku bergetar dan badan rasanya keringat dingin. Aku tak mengerti apa yang sudah menimpaku, aku tak tahu apakah ini firasat baik atau buruk.

Sepanjang pagi aku hampir tak sarapan, selera makanku sangat berkurang saat itu. Aku merasa heran dengan diriku sendiri. Aku penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada diriku.

Aku memakai sepatu dan bergegas menuju kampus, saat itu jalanan cukup ramai. Entah mengapa aku merasa kesepian tanpa dirinya. Aku hanya bisa berandai dia menemaniku disaat sepi, aku tahu semua ini hanya sekedar mimpi belaka, sehingga aku berusaha melupakannya.

Akhirnya aku sampai juga di kampus, aku melihatnya sedang duduk di koridor kampus. Dia tampaknya sedang menggunakan earphone dan menyendiri, saat itu aku seolah sibuk mengerjakan tugas yang hampir selesai, ia terus menatapku seolah ia ingin mengatakan sesuatu. Tatapannya amat tajam, aku tahu mata tak bisa berbohong. Ia terus menerut menatapku, aku kaku dan tak mengerti apa yang harus aku lakukan.

Pada saat yang bersamaan Kiki datang dengan membawakan coklat yang aku suka, aku bingung dari mana dia tahu bahwa aku menyukai coklat. Hati ini berbisik untuk tak menerimanya tapi kebodohanku tak bisa aku terima, kebodohan yang aku lakukan adalah aku mengambil coklat itu. Aku tak mengerti apa yang membuat diriku mengambil coklat itu.

Sedikit interaksi saat Kiki memberikanku coklat:

Kiki: "Nas"

Aku: "iya?"

Kiki: "nih gua ada bawain lu coklat"

Aku: "loh, kan gue ga minta coklat, kok lo ngasih gue coklat?"

Kiki: "udah makan aja, gua kan sahabat lu"

Aku: "ooo oke, makasih ya"

Kiki: "sip"

Aku merasa bersalah pada diriku sendiri, aku sebodoh itu menerima coklat dari orang yang aku sama sekali tak memiliki perasaan dengannya dan dia memberiku coklat dengan alasan aku dan dia adalah sahabat, padahal kami baru saja bertemu beberapa kali.

Sinyal cinta terasa semakin aneh, aku merasa ada orang yang menusuk dari belakang. Aku tak pernah memberi tahu orang itu bahwa aku sedang jatuh cinta, tapi orang itu terus menerus mendekati lelaki yang sebenarnya dalam lubuk hati ini sangat aku cintai namun aku tak berani mengutarakannya.

......

Pada sesi pertama Agda menanyakan sesuatu pada seseorang yang aku cintai, ia menanyakan bagaimana menyelesaikan coding yang diberikan oleh dosen. Ia memberikan tugas miliknya untuk aku coba periksa, sejujurnya aku tak paham apa ini pengkodean dan semacamnya. Otaknya cukup cerdas untuk memahami ini, aku salut melihatnya sepintar itu sedangkan aku hanya manusia yang terbawa angin dan tak tahu arah.

Aku langsung memeriksa apa yang dia berikan padaku, lagi-lagi dia memberikan tatapan khasnya. Aku tak mengerti apa yang saat ini terjadi, ada apa dengannya sehingga dia memberikan tatapan seperti itu.

sedikit interaksi antara aku dan Agda:

Aku: "da, kenapa lo nanya ke dia?"

Agda: "dia yang ngerti, udah gitu dia ngasih jawaban langsung lagi"

Aku: "itu....orang yang gue taksirin agda"

Agda: "seriusan?"

Aku: "jangan keras-keras kagetnya, nantu dia tahu aja"

Ines menatapku dengan sinis, sepertinya ia mendengarkan apa yang sedang aku bicarakan. Ines selalu membicarakan orang itu dan selalu berhalusinasi tentang dirinya, kini aku semakin merasa dilema, apa yang ia inginkan, dan apa yang ia lakukan dengan tatapan itu.

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang