Tanggal Sejarah

16 3 0
                                    


7 Juli 2020

"Bagaimana bisa dia kembali ke hidupku? Bagaimana bisa dia kembali dan menghancurkan semua rencana yang sudah aku buat? Bagaimana bisa dia mengetahui segalanya? Dan, masih banyak pertanyaan lain yang ada dalam kepalaku".

Rencana yang dibuat tanpa skenario. Rencana yang sudah dibuat dengan hati yang tulus. Bahkan, aku sendiri tak bisa tidur ketika aku memikirkan rencana itu. Sayangnya, rencana itu harus lenyap seketika hanya karena orang ketiga.

Lagi-lagi Kiki selalu mencari masalah, selalu saja dia muncul dalam hidupku lalu membagi deritanya kepadaku. Aku kecewa, sangat kecewa karena semua rencana yang ingin aku buat pada esok hari harus gagal begitu saja.

Aku tidak berdaya, aku hanya ingin berdiam diri lalu meluapkan emosiku dengan melempar sesuatu ke arah dinding. Bahkan, aku sendiri tidak mengerti mengapa aku harus melakukan itu.

Pagi ini aku memang sudah merasakan kalau ada kegagalan dalam pembuatan rencana ini. Karena, rasa yang aku alami bukanlah rasa yang biasanya, seperti diterpa badai, tetapi akar pohon yang semestinya terbang bersama angin malah sama sekali tidak menunjukkan keruntuhan.akar itu begitu kuar, seperti aku yang sudah cukup kuat menahan kegagalan.

Aku hanya diam seribu bahasa, tak berdaya, bahkan aku tak mau memakan apapun karena aku mengalami firasat yang mungkin akan terjadi.mungkin, pilihanku saat ini hanyalah berdiam diri di kamar.

...

Kiki kembali dengan strateginya yang ingin membuat sebuah masalah yang seharusnya ini tidak terjadi besok:

Kiki: "Nas"

Aku: "iya?"

Kiki: "besok jadinya jam berapa?"

"pake baju kembaran, yuk"

Ajakan itu membuatku gila, aku sampai tak berani untuk membalas pesannya waktu itu. Ini masih awal, aku tak akan tahu strategi apa lagi yang akan dia mainkan untuk menggagalkan semua rencana serba ambisius yang sudah aku buat.

Tak punya kata-kata untuk melawan. Tak punya senjata untuk dijadikan pelindung. Tak punya nyali untuk membela diri, dan tak punya kekuatan untuk berperang balik. Lesu, tak berdaya dan hanya sebatang kara.

Kalau dia memang benar mencintaiku, seharusnya dia merelakan kalau bahagiaku bukanlah bersamanya. Ratusan kali aku sudah mengatakan ini kepada Kiki. Ratusan kali aku bilang kalau Kiki bukanlah karakter utama dari semua cerita yang sedang aku garap, tapi dia sama sekali tidak mau mendengarkan perkataanku.

Aku tahu, aku tahu kiki tidak akan berdiam diri. Aku tahu Kiki tidak akan pernah menyerah sebelum dia berhasil mendapatkanku. Bahkan, dia akan bersedia menjadi seperti Algi jika aku menolaknya.

...

Senja, situasi dimana seharusnya aku memiliki pikiran yang tenang agar aku bisa menikmati matahari terbenam. Sayangnya, saat ini rasa gelisah ini menghampiriku terus. Aku seperti terjebak dalam jurang yang paling dalam, dan aku tidak bisa menemukan jalan keluar.

Kalau rencana itu sudah diizinkan, pasti akan ada seribu satu cara untuk mewujudkannya. Aku percaya itu, namun tidak untuk kali ini. Karena, hal itu sudah terlanjur terjadi dan aku tahu siapa yang sudah menggagalkan rencana itu.

Aku mengambil secangkir teh hangat, bergumam pada diri sendiri tentang rencana esok hari. Besok adalah hari jadian aku dan Algi, kami memang sudah satu tahun bersama, dan ingin rasanya sesekali membuat suatu kejutan yang tidak akan pernah dilupakan.

Entahlah, tapi hati ini terus bertanya-tanya kenapa selalu saja ada badai yang menghadang ketika ingin merencanakan sesuatu.

...

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang