19 Agustus 2020
"Tak ingin secepat itu menyerah. Karena, aku tahu semesta pasti akan memberikan kesempatan untuk melepaskan rindu lagi. Meskipun lama, tapi aku yakin ini adalah hal yang terbaik"
Hari esok, hari esok merupakan hari yang aku tunggu. Tidak terlalu menunggu, karena aku tahu betapa kuatnya dia berjuang untuk melewati hari-hari yang sulit. Dia yang masih berjuang ingin menemui diriku, itulah yang selalu aku tunggu setiap harinya.
Sebuah kegigihan yang dia perjuangkan demi cintanya yang membuatku tak mau melepaskan dirinya yang lugu, pemalu, terkadang menyebalkan, manja, bahkan aku sudah tak bisa menjelaskan lebih banyak lagi tentangnya.
Sebanyak apapun aku menjelaskan ini, hanya diriku dan dirinya saja yang akan memahaminya. Karena, memang kita berdua yang menjalankan hubungan ini, dan kita tak melibatkan orang lain di dalamnya.
Bukannya tak mau melibatkan, hanya saja kita tak mau ada orang ketiga yang mencoba mengusik permasalahan dalam hubungan kita. Meskipun sulit, tapi inilah satu-satunya cara untuk mempertahankan hubungan ini.
Kita belajar banyak tentang diri masing-masing. Aku belajar untuk lebih percaya diri dan bisa mempertahankan suatu hubungan, sedangkan Algi bisa belajar untuk mengendalikan emosinya.
Ya, hanya itu cara yang saat ini perlu dilakukan. Memang tampak sederhana, namun aku merasa ini cara yang terbaik dengannya.
Entah bagaimana orang bisa menembus dinding kekuatan ini, tapi aku dan dia akan terus mengarahkan kapal ke arah yang benar menuju sebuah tujuan yang memang seharusnya kita tempati.
...
siang, harusnya aku beristirahat saat ini, namun aku dengan sibuknya mengerjakan proposal Praktik Kerja Lapangan untuk semester lima nanti. Hanya sedikit yang aku kerjakan, karena aku tak mau memaksakan diriku terlalu keras.
Namun rasa ini semakin lelah, aku sudah hampir tak sanggup mengerjakan ini semua. Rasanya aku masih belum bisa menerima kenyataan kalau aku sudah senior dan menuju semester akhir.
Entahlah, mungkin hanya aku yang belum bisa beradaptasi. Sulit rasanya untuk menerima kenyataan kalau ini sudah menjadi bagian akhir dari perjalanan perkuliahan.
Hingga detik ini juga aku masih belum bisa merasakan bagaimana rasanya menyelesaikan banyak laporan-laporan yang menanti. Entahlah, tapi aku sama sekali tidak mau merasakannya.
Rasanya aku ingin sekali menyerah, lingkungan sama sekali tak mendukung keinginanku untuk keluar dari area ini. Sepertinya aku harus berjuang sendiri untuk keluar dari area ini.
Terkadang, ada saat dimana aku merasa kalau aku ini tak berguna. Namun, kebali lagi aku diberikan kekuatan oleh semesta melalui manusia gila yang saat ini sedang mengisi hidupku. Aku bingung, sihir apa yang dia gunakan untuk meluluhkan hatiku.
Bicara soal manusia gila, kebetulan saja manusia gila ini mengabariku disaat memang sedang membutuhkan teman:
Algi: "Nas"
Aku: "iya?"
Algi: "lagi ngapain?"
Aku: "aku abis mikir"
Algi: "mikirin apa?"
Aku: "mikir aja, kadang lingkungan yang ga mendukung justru membuat aku makin lemah"
Algi: "ini sebabnya aku selalu ada di sampingmu dari jauh"
"karena aku tau kalau kamu saat ini lagi berada di posisi yang membuat kamu ga nyaman"
Aku: "jawabannya itu loh"
Algi: "kenapa?"
Aku: "bijak dan meluluhkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You
AcakNaswa, seorang gadis pecinta es krim dan kopi yang suka sekali membaca buku dan menuliskan perasaannya lewat kata-kata yang bermakna. Ia hanyalah gadis yang terjebak dalam masa lalunya. Kehidupannya penuh dengan kegelapan, dia berusaha untuk mencoba...